SISTEM
PENGISIAN GENERATOR AC (ALTERNATOR)
Sistem pengisian AC paling banyak
digunakan, baik sistem pengisian dengan regulator mekanik (konvensional) maupun
dengan IC Regulator.
Komponen sistem pengisian regulator
mekanik terdiri dari :
- Alternator yang berfungsi merubah energi gerak menjadi energi listrik. Listrik yang dihasilkan merupakan arus bolak-balik (AC), untuk merubah arus AC menjadi arus DC digunakan diode yang dipasang menjadi satu bagian dengan alternator.
- Regulator berfungsi untuk mengatur tegangan dan arus yang dihasilkan alternator dengan cara mengatur kemagnetan pada rotor altenator. Regulator juga berfungsi untuk mengatur hidup dan matinya lampu indikator pengisian.
- Sekering untuk memutus aliran listrik bila rangkaian dialiri arus berlebihan akibat hubungan singkat.
- Kunci kontak untuk menghubungkan atau memutus aliran ke lampu indicator dank e regulator. Aliran listrik ke regulator diteruskan ke altenator berfungsi untuk menghasilkan magnet pada altenator.
- Baterai menyimpan arus listrik dan stabilizer tegangan yang dihasilkan sistem pengisian.
ALTERNATOR
Alternator yang berfungsi merubah
energi gerak menjadi energi listrik. Listrik yang dihasilkan merupakan arus
bolak-balik (AC), untuk merubah arus AC menjadi arus DC digunakan diode yang
dipasang menjadi satu bagian dengan Alternator.
PRINSIP KERJA ALTERNATOR
Bila pada generator DC sebuah
penghantar dibentuk “U”, di ujung penghantar dipasang komutator, pada komutator
menempel sikat. Sikat “A” merupakan sikat positip dan sikat “B” adalah
sikat negatip, maka pada generator AC (altenator) kedua ujung penghantar
dihubungkan ke slip ring dan jenis sikat sudah tidak jelas karena berubah ubah
sesuai posisi penghantar. Saat penghantar diputar maka penghantar
tersebut akan memotong medan magnet sehingga menghasilkan induksi elektromagnetik.
Arah arus yang dihasilkan akan berubah-ubah, pada posisi (1) arah arus menuju
sikat “A”, namun pada posisi (2) arah arus berubah menuju sikat “B”. Perubahan
tersebut dapat digambarkan dalam fungsi gelombang sinus.
KONSTRUKSI ALTERNATOR
Pada altenator terdapat 4 terminal
yaitu terminal B,E,F dan N. Terminal B merupakan terminal output altenator yang
dihubungkan ke baterai, beban dan regulator terminal B. Terminal E berhubungan
dengan sikat negatip, bodi alternator dan terminal E regulator. Terminal F
berhubungan dengan sikat positip dan dihubungkan ke terminal F regulator,
Terminal N berhubungan dengan neutral stator coil, saat altenator menghasilkan
listrik maka terminal N juga menghasilkan listrik, listrik yang dihasilkan
terminal N dialirkan ke regulator terminal N, untuk mematikan lampu indicator
pengisian.
Pada regulator terdapat 6 terminal
mempunyai terminal B,E,F,N, IG dan L. Empat dari 6 terminal tersebut
berhubungan dengan terminal altenator yaitu B, E,F, N. Dua terminal
regulator yang lain yaitu terminal IG dan L, berhubungan dengan terminal IG
kontak dan lampu.
KOMPONEN UTAMA ALTERNATOR
Pulley
Berfungsi untuk tempat V belt
penggerak alternator yang memindahkan gerak putar mesin untuk memutar
alternator.
Kipas (fan)
Berfungsi untuk mendinginkan
komponen altenator yaitu diode maupun kumparan pada alternator.
Rotor
Fungsi rotor untuk menghasilkan
medan magnet, kuat medan magnet yang dihasilkan tergantung besar arus listrik
yang mengalir ke rotor coil. Listrik ke rotor coil disalurkan melalui
sikat yang selalu menempel pada slip ring. Terdapat dua sikat yaitu sikat
positip berhubungan dengan terminal F, sikat negatip berhubungan dengan
massa atau terminal E. Semakin tinggi putaran mesin, putaran rotor
altenator semakin tinggi pula, agar listrik yang dihasilkan tetap stabil maka
kuat magnet yang dihasilkan semakin berkurang sebanding dengan putaran mesin.
Bila rotor dirangkai seperti gambar
diatas, maka arus listrik akan mengalir dari positip baterai, variable
resistor, amper meter, slip ring, rotor coil, slip ring dan ke negatip baterai.
Adanya aliran listrik pada rotor menyebabkan rotor menjadi magnet, saat
tahanan pada variable resistor kecil maka arus yang mengalir sangat besar,
magnet pada rotor sangat kuat, namun bila tahanan variable resistor besar maka
arus yang mengalir ke rotor coil menjadi kecil sehingga kemagnetan juga menjadi
kecil. Pada saat tahanan variable resistor kecil maka voltmeter yang
dipasang pada slip ring menunjukan tegangan yang besar, sebaliknya saat tahanan
variable resistor besar maka tegangan pada slip ring menjadi kecil.
Stator
Stator berfungsi sebagai kumparan
yang menghasilkan listrik saat terpotong medan magnet dari rotor. Stator
terdiri dari stator core (inti stator) dan stator coil. Disain stator
coil ada 2 macam yaitu model “delta” dan model “Y”. Pada model “Y”,
ketiga ujung kumparan tersebut disambung menjadi satu. Titik sambungan ini
disebut titik “N” (neutral point). Pada model delta ketiga ujung lilitan dijadikan
satu sehingga membentuk segi tiga (delta). Model ini tidak memiliki terminal
neutral (N). Stator coil menghasilkan arus listrik AC tiga phase. Tiap ujung
stator dihubungkan ke diode positip dan diode negatip.
Dioda (rectifier)
Dioda berfungsi untuk
menyearahkan arus AC yang dihasilkan oleh stator coil menjadi arus DC,
disamping itu juga berfungsi untuk menahan agar arus dari baterai tidak
mengalir ke stator coil. Sifat diode adalah meneruskan arus listrik satu
arah. Gambar 4.12 a. merupakan diode positip yang dirangkai seri dengan lampu
pada sebuah baterai 12 V. rangkaian tersebut merupakan rangkaian bias maju (forward
direction voltage) sehingga diode dapat mengalirkan arus listrik, lampu menyala.
Bila hubungan kabel ditukar yang kabel yang berhubungan dengan positip dipindah
ke negatip dan sebaliknya maka diode mendapat bias mundur (reverse direction
voltage) sehingga diode tidak dapat mengalirkan arus listrik, maka lampu
padam.
Pada altenator jumlah diode terdiri
dari 6 atau 9 buah diode yang digabungkan. Menurut pemasangannya diode
ini dapat dibagi menjadai 2 bagian yaitu diode positip dan diode negatip.
Membeda diode posistip dan negatip saat terpasang pada dudukannya dengan
cara dioda negatip plat pemegang bodi diode dibautkan langsung ke bodi
alternator tanpa isolator, sedangkan pada diode positip plat pemegang bodi
diode dipasang ke rumah alternator dengan menggunakan isolator.
Membedahkan diode lebih akurat menggunakan Ohm meter.
Prinsip kerja penyearahan arus
listrik yang dihasilkan stator coil pada altenator adalah sebagai berikut:
Saat rotor altenator berputar maka
terjadi induksi elektromagnetik pada stator coil, gambar di atas: a,
menunjukkan bahwa ujung stator coil “A” negatip dan ujung stator coil “C”
menghasilkan arus positip, arus yang dihasilkan stator coil “C”
disearahkan oleh diode positip “C” , kemudian dialirkan ke baterai (battery).
Rotor terus berputar sehingga stator coil “C” yang tadinya menghasilkan arus
positip menjadi menghasilkan arus negatip, arus positip dihasilkan oleh stator
coil “B”, arus yang dihasilkan stator coil “B” disearahkan oleh diode
positip “B” , kemudian dialirkan ke baterai. Demikian seterusnya sehingga
secara bergantian stator coil mengasilkan gelombang listrik dan disearakan oleh
diode, selisih gelombang satu dengan yang lain 120º.
Sikat (brush)
Sikat berfungsi untuk mengalir arus
listrik dari regulator ke rotor coil. Pada altenator terdapat dua sikat, yaitu
:
- Sikat positip yang berhubungan dengan terminal F alternator
- Sikat negatip berhubungan dengan bodi altenator dan terminal E
Sikat selalu menempel dengan slip
ring, saat rotor berputar maka akan terjadi gesekan antara slip ring dengan
sikat, sehingga sikat menjadi cepat aus. Kontak sikat dengan slip ring
harus baik agar listrik dapat mengalir dengan baik, agar kontak sikat
dengan slip ring baik maka sikat ditekan oleh pegas.
Sikat merupakan bagian yang sering
menjadi penyebab gangguan pada altenator, karena cepat aus. Sikat yang sudah
pendek dapat menyebabkan aliran listrik ke rotor coil berkurang, akibat tekanan
pegas yang melemah. Berkurangnya aliran listrik ke rotor coil menyebabkan
kemagnetan rotor berkurang dan listrik yang dihasilkan altenator
menurun. Bila sikat suda pendek harus segera diganti, sebab kalau sampai
sikat habis maka slip ring akan bergesekan dengan pegas sikat sehingga menjadi
aus. Sikat yang sudah habis dapat menyebabkan liran listrik ke rotor coil
terputus, kemgnetan rotor hilang, altenator tidak dapat menghasilkan listrik,
tidak terjadi proses pengisian.
Sikat patah dan pecahnya rumah
sikat sering dijumpai akibat kesalahan saat merakit altenator. Saat rotor
dilepas sikat akan keluar akibat tekanan pegas, pada kondisi tersebut bila
seseorang merakit rotor, maka bearing rotor akan menekan sikat sehingga sikat
patah dan hal ini dapat pula menyebabkan rumah sikat pecah, untuk menghindari
hal tersebut maka sikat harus dimasukkan ke rumahnya dan ditahan menggunakan
kawat yang dimasukan melaui lubang kecil yang sedah tersedia, bila sikat sudah
tertahan oleh kawat maka rotor dapat dimasukkan dengan aman.
Regulator
Regulator berfungsi untuk mengatur
arus dan tegangan yang dihasilkan oleh altenator. Arus yang dihasilkan
altenator sampai putaran 2000 rpm sebesar 10 A atau kurang, namun saat beban
lampu dihidupkan maka arus yang dihasilkan pada putaran 2000 rpm sebesar 30 A
atau lebih sesuai kapasitas dari altenator dan beban listriknya. Tegangan yang
dihasilkan altenator dijaga tetap stabil pada 13,8-14,8 Volt.
Regulator mekanik 6 terminal
mempunyai terminal E, F, N, B, IG dan L. Pada regulator ini terdiri dari dua
bagian yaitu voltage regulator yang berfungsi untuk mengatur arus dan tegangan
pengisian dan voltage relay yang berfungsi untuk mengatur hidup dan matinya
lampu indicator pengisian sebagai indikasi sistem pengisian berfungsi.
Pola susunan terminal pada regulator
tipe A adalah IG,N,F dan E,L,B, sedangkan pola susunan terminal pada regulator
tipe B adalah B,L,E dan F,N,IG. Meskipun terminal regulator mempunyai pola
tertentu, namun kita sering mengalami kesulitan dalam menentukan terminal
regulator, sehingga kita kesulitan menentukan apakah regulator tertentu tipa A
atau tipe B. Cara menentukan terminal regulator mekanik 6 terminal adalah:
1. Tentukan mana
bagian voltage regulator, mana bagian voltage relay. Voltage regulator mudah
dikenali karena mempunyai ciri mempunyai resistor.
2. Identifikasi
terminal pada voltage regulator, dimana voltage regulator mempunyai 3 terminal
yaitu IG, F dan E.
Identifikasi terminal IG, F, dan E pada Voltage Regulator
Identifikasi terminal IG, F, dan E pada Voltage Regulator
3. Identifikasi
terminal pada voltage relay, dimana voltage relay mempunyai 3 terminal yaitu B,
L dan N.
PERAWATAN
SISTEM PENGISIAN 1
Sistem pengisian harus dirawat
dengan baik supaya arus listrik tidak mengalami gangguan selama digunakan. jika
sistem pengisian tidak dirawat dengan baik akan muncul beberapa akibat,
seperti:
- Pengisian baterai kurang sempurna, energi listrik yang disimpan baterai kurang dan mesin tidak dapat distarter.
- Baterai tidak dapat menyimpan energi listrik.
- Usai pemakaian baterai lebih pendek.
Perawatan sistem pengisian meliputi
beberapa hal, antara lain:
- Perawatan baterai
- Pemeriksaan V belt, Pemeriksaan pada V belt meliputi: pemeriksaan tegangan V belt dan kondisi fisik V belt, seperti keretakan.
- Pemeriksaan arus dan tegangan pengisian.
MERAWAT BATERAI
Pada kendaraan baik mobil maupun
sepeda motor, baterai mempunyai peranan yang penting, baik saat mesin hidup
maupun saat mesin distarter. Perawatan baterai yang baik akan memberikan
beberapa manfaat seperti:
- Mencegah baterai dari kemungkinan kekurangan elektrolit baterai, Kekurangan elektrolit terjadi karena saat proses pengisian dan pengosongan terjadi penguapan. Jika elektrolit pada baterai kurang maka menyebabkan baterai menjadi panas, terjadi kristalisasi pada sel-sel baterai, dan bahan aktif pada sel baterai lepas. Jika bahan aktif baterai lepas menyebabkan efektifitas baterai menurun dan bahan aktif sel yang lepas akan jatuh di dasar kotak atau terselip di antara sel sehingga baterai dapat terjadi pengosongan sendiri (self discharge).
- Terminal baterai menjadi awet, Kerusakan yang terjadi pada terminal baterai biasanya adalah korosi. Korosi disebabkan oleh uap dari elektrolit dan panas akibat terminal kendur.
Gangguan yang sering dirasakan
adalah fungsi saat mesin distarter, dimana jika bateri kurang baik maka energi
yang disimpan tidak cukup untuk melakukan starter sehingga kendaraan sulit
distarter atau bahkan tidak bisa distarter.
Penyebab energi listrik tidak cukup
untuk melakukan starter disebabkan beberapa hal, yaitu:
- Energi listrik yang dihasilkan sistem pengisian lebih kecil dari energi listrik yang dibutuhkan untuk starter.
- Baterai sudah lemah sehingga tidak mampu menyimpan energi listrik atau terjadi pengosongan sendiri.
- Kontak pada terminal baterai maupun motor starter kotor atau kurang kuat.
Jika kendaraan tidak digunakan dalam
waktu yang lama maka energi yang tersimpan di baterai dapat kosong atau habis
dengan sendirinya, hal ini disebut dengan self discharger. Besarnya self
discharger ditunjukan dalam persentase kapasitas baterai. Besarnya self
disharger biasanya berkisar 0,3-1,5% per hari pada temperatur 20-30 derajat
celcius tiap hari, atau baterai dapat kosong sendiri dalam waktu 1-3 bulan.
Self discharge atau pengosongan
sendiri pada baterai disebabkan beberapa hal, yaitu:
- Adanya bahan aktif yang rusak dan menempel antar sel baterai.
- Ketidak murnian logam seperti besi atau magnesium yang bercampur dengan elektrolit. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa menambah elektrolit harus menggunakan air suling atau air yang tidak mengandung logam.
- Bahan aktif baterai.
- Temperatur elektrolit baterai.
Grafik pengaruh temperatur dan bahan
aktif terhadap pengosongan sendiri
KEGIATAN YANG DILAKUKAN DALAM
MERAWAT BATERAI
Perawatan baterai meliputi dua hal,
yaitu:
- Membersihkan terminal baterai dari karat atau kotoran yang lain.
- Memeriksa jumlah dan berat jenis elektrolit.
Membersihkan terminal baterai
Terminal baterai merupakan bagian
yang mudah mengalami kerusakan akibat korosi, bila terminal korosi maka
tahanan pada terminal bertambah dan terjadi penurunan tegangan pada beban
sehingga beban tidak dapat berfungsi optimal. Untuk mencegah hal tersebut
maka terminal harus dibersihkan. Pembersihan terminal baterai dilakukan dengan
cara:
1. Kendorkan baut pengikat baterai
sesuai dengan kontruksi baterai.
2. Bila terminal tersebut melekat
dengan kuat pada pos baterai, jangan memukul atau mencungkil terminal baterai
untuk melepaskannya. Ini dapat merusak posnya atau terminal baterai. Gunakan
obeng untuk melebarkan terminal, kemudian tarik dengan traker khusus.
Melepas
terminal Baterai
3. Bersihkan terminal baterai
menggunakan amplas atau sikat khusus.
4. Oleskan grease atau vet pada
terminal dan konektor, kemudian pasang terminal dan kencangkan baut
pengikatnya.
5. Lakukan pemeriksaan tahanan pada terminal baterai dengan menggunakan volt meter. Caranya: Colok ukur positip dihubungkan terminal pisitip baterai dan colok ukur negatip dihubungkan konektor baterai Lakukan starter mesin, dan tegangan pada volt meter harus tetap Nol, bila volt meter menunjukkan tegangan maka terdapat tahanan pada terminal baterai.
5. Lakukan pemeriksaan tahanan pada terminal baterai dengan menggunakan volt meter. Caranya: Colok ukur positip dihubungkan terminal pisitip baterai dan colok ukur negatip dihubungkan konektor baterai Lakukan starter mesin, dan tegangan pada volt meter harus tetap Nol, bila volt meter menunjukkan tegangan maka terdapat tahanan pada terminal baterai.
Memeriksa
Tahanan terminal Baterai
Memeriksa jumlah dan berat jenis
elektrolit
Dalam pemeriksaan elektrolit ada dua
hal yang dilakukan yaitu: pemeriksaan jumlah elektrolit dan berat jenis
elektrolit.
Jumlah elektrolit di dalam baterai
dapat berkurang karena beberapa hal, seperti:
- Cairan elektrolit menguap, Selama proses pengisian maupun pengosongan listrik pada baterai terjadi efek panas sehingga eletrolit baterai menguap sehingga jumlah elektrolit berkurang. Jumlah elektrolit yang baik adalah diantara tanda batas Upper Level dengan Lower Level. Jumlah elektrolit yang kurang menyebabkan sel baterai cepat rusak, sedang jumlah elektrolit berlebihan menyebabkan tumpahnya elektrolit saat batarai panas akibat pengisian atau pengosongan berlebihan. Untuk menambah jumlah elektrolit yang kurang cukup dengan menambah H2O atau terjual dengan nama Air Accu.
- Over Charging, Penyebab elektrolit cepat berkurang dapat disebabkan oleh overcharging, oleh karena bila berkurangnya elektrolit tidak wajar maka periksa dan setel arus pengisian.
- Baterai retak, Keretakan baterai dapat pula menyebabkan elektrolit cepat berkurang, selain itu cairan elektrolit dapat mengenai bagian kendaraan, karena cairan bersifat korotif maka bagian kendaraan yang terkena elektrolit akan korosi.
Elektrolit baterai yang dijual
ada dua macam yaitu air accu dan air zuur. Air accu
merupakan air murni (H2O) dengan sedikit asam sulfat, sedangkan air
zuur kandungan asam sulfatnya cukup besar sehingga berat jenisnya lebih
tinggi. Air accu digunakan untu menambah elektrolit baterai yang
berkurang, sedangkan air zuur digunakan untuk mengisi baterai pada kondisi
kosong. Penambahan elektrolit dengan air zuur menyebabkan berat jenis
elektrolit terlalu tinggi. Kesalahan ini dapat menyebabkan interprestasi hasil
pengukuran keliru, sebab hasil pengukuran menunjukkan berat jenis elektrolit
baterai tinggi tetapi kapasitas listrik yang tersimpan kecil.
Selain jumlah elektrolit pemeriksaan
juga perlu dilakukan terhadap berat jenis elektrolit. Pemeriksaan berat jenis
elektrolit baterai menggunakan alat hidrometer. Pemeriksaan berat jenis
elektrolit baterai merupakan salah satu metode untuk mengetahui kapasitas
baterai. Baterai penuh mempunyai Bj 1,27-1,28, baterai kosong Bj 1,100-1,130.
Hubungan berat jenis dan kapasitas adalah sebagai berikut:
Berat jenis elektrolit berubah
sebesar:
Rumus
untuk mengoreksi hasil pengukuran berat jenis elektrolit
Dari hasil pengukuran akan diperoleh
data kondisi elektrolit, bila berat jenis elektrolit lebih dari 1,280 maka
tambahkan air suling agar berat jenis berkurang 1.280 penyebab terllu tingginya
berat jenis dapat disebabkan kekeliruha waktu menambah elektrolit, saat
lektrolit kurang harus ditambahkan air suling bukan elektrolit atau air zuur.
Lakukan pengisian penuh, bila hasil pengukuran urang dari 1.210 atau ganti
dengan baterai baterai baru.
Perbedaan berat jenis antar sel
tidak boleh melebihi 0.040, bila hal ini terjadi maka lakukan pengisian penuh,
kemudian ukur kembali beratjenisnya, bila berat jenis antar sel melebihi 0.030,
setel berat jenis dengan menambah air suling atau menambah air zuur sampai
elektrolit hamper sama, namun bila tidak bisa dilakukan, ganti dengan baterai
baru.
Terdapat beberapa produsen baterai
menggunakan indicator berat jenis baterai yang menjadi satu kesatuan dengan
sumbat baterai, atau dipasang satu indicator tersendiri. Adanya indicator berat
jenis baterai membuat perawatan lebih mudah, karena saat perawatan pemeriksaan
berat jenis membutuhkan waktu yang cukup lama, dan bila tidak dilakukan
degan hati-hati elektrolit dapat tumpah/menetes pada kendaraan.
Indikator pada baterai jenis ini
mempunyai 3 warna, yaitu:
- Warna hijau (green) , sebagai indikasi baterai masih baik
- Warna hijau gelap (dark green) , sebagai indikasi baterai perlu diperiksa elektrolitnya dan diisi
- Kuning (yellow), sebagai indikasi baterai perlu diganti
PERAWATAN
SISTEM PENGISIAN 2
PEMERIKSAAN V BELT
Pada sistem pengisian V belt
berfungsi untuk meneruskan putaran mesin ke alternator. Apabila tegangan V belt
kurang maka akan menyebabkan terjadinya slip sehingga kecepatan putaran
alternator kurang dan akibatnya out put alternator kurang.
Penurunan tegangan V belt disebabkan
oleh keausan V belt karena faktor usia atau perubahan penyetelan. Kerusakan
yang terjadi pada V belt akibat dimakan usia, diantaranya: V belt aus,
elastisitas menurun dan V belt menjadi pecah. apabila kerusakan pada V belt
tidak diperhatikan maka terdapat kemungkinan V belt putus pada saat kondisi
mesin hidup.
Langkah-langkah dalam pemeriksaan V
belt, yaitu:
1. Lepas V belt dari kemungkinan retak, rip lepas retak atau cacat
2. Pasang kembali dan setel tegangan V belt dengan menekan dengan kekuatan 10 kg, standar defleksi untuk belt lama = 7-10mm dan untuk belt baru = 5-7 mm.
1. Lepas V belt dari kemungkinan retak, rip lepas retak atau cacat
2. Pasang kembali dan setel tegangan V belt dengan menekan dengan kekuatan 10 kg, standar defleksi untuk belt lama = 7-10mm dan untuk belt baru = 5-7 mm.
Untuk jenis v belt juga harus
memeriksa pemasangannya terhadap pully. Pemeriksaan Belt tipe multi V. Besar
difleksi untuk belt lama sebesar 7-8 mm, sedangkan belt baru 5-7 mm dengan
tegangan belt 45-55 kg untuk belt baru dan 20-35 kg untuk belt lama.
PERAWATAN
SISTEM PENGISIAN 3
PEMERIKSAAN ARUS DAN TEGANGAN
PENGISIAN
PEMERIKSAAN ARUS DAN TEGANGAN
PENGISIAN TANPA BEBAN
Langkah-langkah pemeriksaan arus dan
tegangan pengisian tanpa beban meliputi:
1. Hubungkan clem positif volt meter dengan terminal positif baterai dan clem negatif volt meter dengan terminal negatif baterai.
2. Pasang amper meter dengan memasang clem induksi pada kabel positif baterai.
1. Hubungkan clem positif volt meter dengan terminal positif baterai dan clem negatif volt meter dengan terminal negatif baterai.
2. Pasang amper meter dengan memasang clem induksi pada kabel positif baterai.
3. Hidupkan mesin, atur putaran
mesin dari putaran idle sampai putaran 2000 rpm.
4. Periksa penunjukan pada Volt-Amper meter.
Standar penunjukan untuk sistem pengisian regulator mekanik: Arus kurang dari 10 A dan tegangan: 13,8-14,8 volt.
Standar penunjukan untuk sistem pengisian IC regulator: Arus kurang dari 10 A dan tegangan untuk regulator tipe A: 13,8-14,1 volt sedangkan tegangan tipe M: 13,9-15,1 volt.
4. Periksa penunjukan pada Volt-Amper meter.
Standar penunjukan untuk sistem pengisian regulator mekanik: Arus kurang dari 10 A dan tegangan: 13,8-14,8 volt.
Standar penunjukan untuk sistem pengisian IC regulator: Arus kurang dari 10 A dan tegangan untuk regulator tipe A: 13,8-14,1 volt sedangkan tegangan tipe M: 13,9-15,1 volt.
PEMERIKSAAN ARUS DAN TEGANGAN
PENGISIAN DENGAN BEBAN
1. Pasang Volt meter yaitu
menghubungkan clem positif pada terminal positif baterai dan clem negatif pada
terminal negatif baterai.
2. Pasang amper meter dengan memasang clem induksi pada kabel positif baterai.
2. Pasang amper meter dengan memasang clem induksi pada kabel positif baterai.
3. Hidupkan mesin, atur putaran
mesin dari putaran idle sampai 2000 rpm, Hidupkan lampu kepala dan fan AC.
Periksa penunjukan pada Amper-Volt meter.
Standar penunjukan untuk regulator mekanik , arus lebih dari 30 A dan tegangan: 13,8-14,8 A.
Standar penunjukan tegangan untuk sistem pengisian IC regulator, IC tipe A: 13,8-14,1 volt sedangkan regulator tipe M: 13,9-15,1 volt.
Standar penunjukan untuk regulator mekanik , arus lebih dari 30 A dan tegangan: 13,8-14,8 A.
Standar penunjukan tegangan untuk sistem pengisian IC regulator, IC tipe A: 13,8-14,1 volt sedangkan regulator tipe M: 13,9-15,1 volt.
Apabila setelah dilakukan
pemeriksaan seperti di atas dan hasil dari pemeriksaan arus serta tegangan
kurang dari spesifikasi, maka lakukan langkah berikut:
- Periksa tegangan antara terminal positif baterai dengan terminal B alternator, tegangan harus NOL volt, jika ada tegangan berarti ada sambungan yang kurang kuat atau putus.
- Periksa tegangan antara bodi alternator dengan terminal negatif baterai, tegangan harus NOL volt, bila ada tegangan maka pemasangan alternator kurang baik, terminal kotor atau kabel massa kendor/berkarat.
Jika hasil pemeriksaan arus dan
tegangan menunjukan sistem pengisian tidak berfungsi, yaitu tidak ada arus
pengisian maka:
- Tipe regulator mekanik: Hubungkan terminal F dengan terminal B menggunakan kabel jumper, dengan langkah ini jika arus pengisian normal maka kemungkinan yang rusak adalah regulator, fuse atau kabel regulator lepas. Bila tidak ada arus pengisian kemungkinan alternator yang rusak maka harus dioverhaul.
- Tipe IC regulator: Pada sistem pengisian dengan IC regulator bila tidak ada arus pengisian, maka hubungkan terminal F dengan bodi alternator menggunakan kawat atau penghantar. Bila arus pengisian menjadi normal maka kemungkinan yang rusak adalah IC regulator. Jika tetap tidak ada pengisian kemungkinan yang rusak adalah alternatornya dan harus dioverhaul.
Terimakasih ..materinya sudar diringkas secara lengkap...sangan mudah untuk dipelajari
BalasHapus