BAB 2
SISTEMATIKA PROPOSAL PTK
1. JUDUL
Judul PTK
hendaknya dinyatakan dengan akurat dan padat permasalahan serta bentuk tindakan
yang dilakukan peneliti sebagai upaya pemecahan masalah. Formulasi judul
hendaknya singkat, jelas, dan sederhana namun secara tersirat telah menampilkan
sosok PTK bukan sosok penelitian formal.
2. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam latar
belakang permasalahan ini hendaknya diuraikan urgensi penanganan permasalahan
yang diajukan itu melalui PTK. Untuk itu, harus ditunjukkkan fakta fakta yang
mendukung, baik yang berasal dari pengamatan guru selama ini maupun dari kajian
pustaka. Dukungan berupa hasil penelitian penelitian terdahulu, apabila ada
juga akan lebih mengokohkan argumentasi mengenai urgensi serta signifikansi
permasalahan yang akan ditangani melalui PTK yang diusulkan itu. Karakteristik khas PTK yang berbeda dari
penelitian formal hendaknya tercermin dalam uraian di bagian ini.
3. PERMASALAHAN
Permasalahan
yang diusulkan untuk ditangani melalui PTK itu dijabarkan secara lebih rinci
dalam bagian ini. Masalah hendaknya benar benar di angkat dari masalah
keseharian di sekolah yang memang layak dan perlu diselesaikan melalui PTK.
Sebaliknya permasalahan yang dimaksud seyogyanya bukan permasalahan yang secara
teknis metodologik di luar jangkauan PTK. Uraian permasalahan yang ada
hendaknya didahului oleh identifikasi masalah, yang dilanjutkan dengan analisis
masalah serta diikuti dengan refleksi awal sehingga gambaran permasalahan yang
perlu di tangani itu nampak menjadi perumusan masalah tersebut. Dalam bagian
ini dikunci dengan perumusan masalah tersebut. Dalam bagian inipun, sosok PTK
harus secara konsisten tertampilkan.
4. CARA PEMECAHAN MASALAH
Dalam bagian ini
dikemukakan cara yang diajukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Alternatif
pemecahan yang diajukan hendaknya mempunyai landasan konseptual yang mantap
yang bertolak dari hasil analisis masalah. Disamping itu, juga harus
terbayangkan kemungkinan kemanfaatan hasil pemecahan masalah dalam rangka
pembenahan dan/atau peningkatan implementasi program pembelajaran dan/atau
berbagai program sekolah lainnya.Juga harus dicermati artikulasi kemanfaatan
PTK berbeda dari kemanfaatan penelitian formal.
5. TUJUAN PENELITIAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan PTK
hendaknya dirumuskan secara jelas.paparkan sasaran antara dan akhir tindakan
perbaikan.perumusan tujuan harus konsisten dengan hakekat permasalahan yang
dikemukakan dalam bagian bagian sebelumnya. Dengan sendirinya,artikulasi tujuan
PTK berbeda dari tujuan formal. Sebagai contoh dapat dikemukakan PTK di bidang
IPA yang bertujuan meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran IPA
melalaui penerapan strategi PBM yang baru, pemanfaatan lingkungan sebagai
sumber belajar mengajar dan sebagainya. Pengujian dan/atau pengembangan strategi PBM baru bukan merupakan rumusan
tujuan PTK. Selanjutnya ketercapaian tujuan hendaknya dapat diverfikasi secara
obyektif.Syukur apabila juga dapat dikuantifikasikan.
Disamping tujuan PTK, juga perlu diuraikan
kemungkinan kemanfaatan penelitian. Dalam hubungan ini, perlu dipaparkan secara
spesifik keuntungan keuntungan yang dijanjikan, khususnya bagi siswa sebagai
pewaris langsung (direct beneficiaries) hasil PTK, di samping bagi guru
pelaksana PTK, bagi rekan rekan guru lainnya serta bagi para dosen LPTK sebagai
pendidik guru. Berbeda dari konteks penelitian formal, kemanfaatan bagi
pengembangan ilmu. Teknologi dan seni tidak merupakan prioritas dalam konteks
PTK, meskipun kemungkinan kehadirannya tidak ditolak.
6. KERANGKA TEORETIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Pada bagian ini diuraikan landasan substantive
dalam arti teoritik dan/atau metodologik yang dipergunakan peneliti dalam
menentukan alternative, yang akan diimplementasikan. Untuk keperluan itu, dalam
bagian ini diuraikan kajian baik pengalaman peneliti pelaku PTK sendiri nyang
relevan maupun pelaku pelaku PTK lain disamping terhadap teori teori yang lazim
termuat dalam berbagai kepustakaan. Argumentasi logic dan teoretik diperlukan
guna menyusun kerangka konseptual. Aras kerangka konseptual yang disusun itu,
hipotesis tindakan dirumuskan.
7. RENCANA PENELITIAN
§ Setting penelitian dan karakteristik
subjek penelitian
Pada bagian ini disebutkan di
mana penelitian tersebut dilakukan, di kelas berapa dan bagaimana karakteristik
dari kelas tersebut seperti komposisi siswa pria dan wanita. Latar belakang
sosial ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan,tingkat kemampuan dan
lain sebagainya. Aspek substantive permasalahan seperti Matematika kelas II
SMPLB atau bahasa inggris kelas III SMLB, juga dikemukakan pada bagian ini.
§
Variabel yang diselidiki
Pada bagian ini ditentukan variabel variabel penelitian yang dijadikan
titik titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut
dapat berupa (1) variabel input yang terkait dengan siswa, guru, bahan pelajaran,
sumber belajar, prosedur evaluasi, lingkungan belajar, dan lain sebagainya; (2)
variabel proses pelanggaran KBM seperti interaksi belajar-mengajar,
keterampilan bertanya, guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa,
implementasi berbagai metode mengajar di kelas, dan sebagainya, dan (3)
varaibel output seperti rasa keingintahuan siswa, kemampuan siswa
mengaplikasikan pengetahuan, motivasi siswa, hasil belajar siswa, sikap
terhadap pengalaman belajar yang telah digelar melalui tindakan perbaikan dan
sebagainya.
§
Rencana Tindakan
Pada bagian ini digambarkan
rencana tindakan untuk meningkatkan pembelajaran, seperti:
Þ Perencanaan, yaitu persiapan yang
dilakukan sehubungan dengan PTK yang diprakarsai seperti penetapan entry
behavior. Pelancaran tes diagnostic untuk menspesifikasi masalah. Pembuatan
scenario pembelajaran, pengadaan alat alat dalam rangka implementasi PTK, dan
lain lain yang terkait bdengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan alternative alternative solusi yang
akan dicobakan dalam rangka perbaikan masalah.
Þ Implementasi Tindakan yaitu deskripsi
tindakan yang akan di gelar. Scenario kerja tindakan perbaikan dan prosedur tindakan
yang akan diterapkan.
Þ Observasi dan Interpretasi yaitu uraian
tentang prosedur perekaman dan penafsiran data mengenai proses dan produk dari
implementasi tindakan perbaikan yang dirancang.
Þ Analisis dan Refleksi yaitu uraian tentang
prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi berkenaan dengan
proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan digelar, personel yang akan
dilibatkan serta kriteria dan rencana bagi tindakan daur berikutnya.
8. DATA DAN CARA PENGUMPULANNYA:
Pada bagian ini ditunjukkan
dengan jelas jenis data yang akan dikumpulkan yang berkenaan dengan baik proses
maupun dampak tindakan perbaikan yang di gelar, yang akan digunakan sebagai
dasar untuk menilai keberhasilan atau kekurangberhasilan tindakan perbaikan
pembelajaran yang dicobakan. Format data dapat bersifat kualitatif,
kuantitatif, atau kombinasi keduanya.
Di samping itu teknik pengumpilan data yang diperlukan juga harus
diuraikan dengan jelas seperti melalui pengamatan partisipatif, pembuatan
juranal harian, observasi aktivitas di kelas (termasuk berbagai kemungkinan
format dan alat bantu rekam yang akan digunakan)penggambaran interaksi dalam
kelas (analisis sosiometrik), pengukuran hasil belajar dengan berbagai prosedur
asesmen dan sebagainya.selanjutnya dalam prosedur pengumpulan data PTK ini
tidak boleh dilupakan bahwa sebagai pelaku PTK, Para guru juga harus aktif
sebagai pengumoul data, bukan semata-mata sebagai sumber data.
Akhirnya semu teknologi pengumpulan data yang digunakan harus mendapat
penilaian kelaikan yang cermat dalam konteks
PTK yang khas itu. Sebab meskipun mungkin saja memang menjanjikan mutu
rekaman yang jauh lebih baik. Penggunaan teknologi perekaman data yang canggih
dapat saja terganjal keras pada tahap tayang ulang dalam rangka analisis dan
interpretasi data.
- Indikator kinerja
Pada
bagaian ini tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara
eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya untuk tindak perbaikan melalui PTK
yang bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa misalnya perlu ditetapkan
kriteria keberhasilan dalam bentuk pengurangan (njumlah jenis dan atau tingkat
kegawatan)miskonsepsi yang tertampilkan yang patut diduga sebagai dampak dari
implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud.
- Tim peneliti dan tugasnya
Pada
bagian ini hendaknya dicantumakan nama – nama anggota tim peneliti dan uraian
tugas peran setiap anggota tim peneliti serta jam kerja yang dialokasikan
setiap minggu untuk kegiatan penelitian.
9. JADWAL
PENELITIAN
Jadwal kegiatan penelitian disusun dalam matriks yang menggambarkan
urutan kegiatan dari awal sampai akhir.
10. RENCANA ANGGARAN
Komponen – komponen pembiayaan;
Rencana anggaran meliputi kebutuhan dukungan financial untuk tahap
persiapan pelaksanan penelitian, dan pelaporan. Secara lebih rinci, pembiayaan
yang termasuk dalam setiap bidang adalah sebagai berikut :
a.
Persiapan
Kegiatan persiapan antara lain meliputi pertemuan anggota tim peneliti
untuk menetapkan jadwal penelitian dan pembagian kerja, menyusun instrument
penelitian, menetapkan format pengumpulan data, menetapkan teknik analisis
data, dan sebagainya.
b.
Kegiatan operasional di lapangan
Dalam kegiatan operasional dapat tercakup antara lain pelancaran tes
diagnostic dan analisis hasilnya, gladi resik implementasi tindakan, perbaikan,
pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi dan interpretasi pelaksanaan tindakan
perbaikan, pertemuan refleksi, perencanaan tindakan ulang, dan sebagainya.
c.
Penyusunan Laporan Hasil PTK
Pembiayaan yang termasuk dalam bagian ini adalah penyusunan konsep
laporan, review konsep laporan, penyusunan konsep laporan akhir. Seminar local
hasil penelitian, seminar nasional hasil penelitian, dan sebagainya. Juga
termasuk dalam pembiayaan adalah penggandaan dan pengiriman laporan hasil PTK,
serta pembuatan artikel hasil PTK dalm bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
Cara Merinci Kegiatan dan Pembiayaan;
Biaya penelitian harus dirinci
berdasarkan kegiatan operasional yang dijabarkan dari metodologi yang
dikemukakan. Agar dapat dihitung biayanya, kegiatan operasional itu harus jelas
namanya, tempatnya, lamanya, jumlah pesertanya. Sarana yang diperlukan
dan output yang diharapkan.
§ Beberapa patokan pembiayaan satuan
kegiatan penelitian;
a.
Honorarium
Þ
Ketua Peneliti
Þ
Anggota tim peneliti
Þ
Tenaga Administrasi
Besarnya honorarium
tergantung pada sumber pandanaan
b.
Bahan dan Peralatan penelitian
Þ
Bahan habis pakai
Þ
Alat habis
Þ
Sewa alat
c.
Perjalanan
Þ
Biaya perjalanan sesuai dengan ketentuan
Þ
Transportasi local sesuai harga setempat
Þ Lumpsum termasuk konsumsi sesuai dengan
ketentuan
Þ Monitoring dari PGSM minimal untuk satu
orang, satu kali, selama dua hari
Þ Konsultasi ketua tim peneliti ke PGSM
selama dua hari
2.
Laporan Penelitian
Þ
Penggandaan
Þ Penyusuinan artikel berbahasa Indonesia
dan inggris
Þ
Pengiriman
a.
Seminar
Þ Seminar lokal, konsumsi sesuai harga
setempat, biaya penyelenggaraan sesuai dengan harga setempat
Þ
Seminar nasionala minimal untuk dua orang (satu
dosen LPTK dan satu guru pelaku PTK)
11. DAFTAR PUSTAKA
Daftar
pustaka disusun menurut urutan abjad pengarang . hendaknya pustaka benar benar
relevan dan sungguh sungguh dipergunakan dalam penelitian.
12. LAMPIRAN DAN LAIN – LAIN
Bagian
lampiran dapat berisi curriculum vitae ketua dan para anggota tim inti.
Curriculum vitae tersebut memuat identitas ketua anggota tim peneliti, riwayat
pendidikan, pelatihan di bidang penelitian yang telah pernah diikuti, baik
sebagai penatar/pelatih maupun sebagai peserta, dan pengalaman dalam penelitian
termasuk di PTK. Hal hal lain yang dapat memperjelas karakteristik kancah PTK
yang diusulkan dapat disertakan dalam usulan penelitian ini.
BAB 3
LANGKAH-LANGKAH
PTK
1. PENDAHULUAN
Anda telah mempelajari bahwa PTK dilaksanakan melalui tahapan-tahapan yang
dikenal dengan istilah siklus (daur). Siklus / daur dalam PTK meliputi 4 tahap,
yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan
refleksi (reflecting).
|
|||||||||
|
|||||||||
Gambar Tahap-Tahap dalam PTK
Keempat tahap tersebut merupakan suatu siklus atau daur, sehingga setiap
tahap akan selalu berulang kembali. Hasil refleksi dari siklus sebelumnya yang
telah dilakukan akan digunakan untuk merevisi rencana atau menyusun perencanaan
berikutnya, jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil memperbaiki
proses pembelajaran atau belum berhasil memecahkan masalah yang menjadi
kerisauan guru. Namun, tahapan tersebut selalu didahului oleh suatu tahapan pra
PTK yaitu identifikasi masalah, analisis masalah, perumusan masalah, dan
perumusan hipotesis tindakan.
2. IDENTIFIKASI MASALAH
Salah satu
ciri PTK adalah munculnya masalah memang dirasakan oleh guru sebagai sesuatu
yang masih sulit dipecahkan, namun guru menyadari bahwa ada sesuatu yang perlu
diperbaiki guna memecahkan masalah tersebut. Agar Anda dapat merasakan adanya
masalah dan mampu mengungkap masalah tersebut, maka Anda sebagai seorang guru dituntut
untuk jujur pada diri sendiri dan menyadari bahwa pembelajaran yang dikelola
merupakan bagian penting dari dunia Anda.
Identifikasi masalah dilakukan dengan mencari masalah-masalah yang muncul
di kelas. Jika telah ditemukan, maka sebaiknya dituliskan semua.
Contohnya:
- Rata-rata hasil tes siswa pada tahun sebelumnya selalu rendah < 5,0
- Kemampuan berfikir rasional siswa sangat lemah.
- Tingkat kehadiran siswa rendah (setiap kali pertemuan lebih dari 3 orang bolos tanpa izin).
- Siswa kurang aktif dan cenderung pasif, setiap diberi pertanyaan tidak satupun siswa berani menjawabnya. Demikian juga, setiap diberi kesempatan bertanya, tidak satupun siswa yang berani untuk bertanya.
- Siswa tidak dapat melihat hubungan antara topik yang satu dengan lainnya.
- Perhatian siswa cenderung tidak fokus.
- Kegiatan praktikum tidak pernah dilakukan, karena keterbatasan alat dan bahan.
- Sebagian besar (40 %) siswa berasal dari keluarga tidak mampu (ekonomi lemah).
- Siswa kurang dapat mengaitkan isi pelajaran dengan keadaan alam sekitarnya.
- Kurangnya dukungan orang tua terhadap belajar anak.
- Siswa kurang terampil, jika diberi tugas mengerjakan sebuah keterampilan.
3. ANALISIS MASALAH DAN PERUMUSAN MASALAH
Setelah masalah di kelas berhasil Anda identifikasi, selanjutnya lakukanlah
analisis dengan instrospeksi diri melalui pertanyaan-pertanyaan:
- Mengapa hasil belajar dan peran serta siswa dalam pembelajaran selalu rendah ?
- Apakah cara mengajar saya yang kurang menarik ?
- Apakah contoh-contoh yang selalu saya berikan kurang konkrit dan sulit diterima siswa?
- Apakah saya dalam mengajar menggunakan istilah-istilah yang sulit dipahami siswa?
- Apakah nada suara saya tidak bisa didengar oleh siswa ? dan sebagainya.
Dari pertanyaan tersebut, lalu
pikirkanlah apa yang harus anda lakukan untuk mengatasi masalah-masalah di
atas, lalu seleksi masalah mana yang paling mungkin dilakukan dan dipecahkan
melalui PTK?. Perhatikan rambu-rambu dalam merancang PTK dengan melihat bidang
yang layak dijadikan fokus PTK. Bidang tersebut adalah yang:
- melibatkan proses belajar dan mengajar.
- ditangani oleh guru
- sangat menarik minat guru
- ingin diubah / diperbaiki dan mudah dilakukan oleh guru melalui PTK.
Masalah yang berhasil dianalisis mungkin lebih dari satu dan masih cukup
luas untuk dikaji. Oleh sebab itu, guru perlu memfokuskan perhatiannya pada
masalah yang mungkin dapat dipecahkan dengan PTK. Selanjutnya, masalah tersebut
perlu dirumuskan yang pada umumnya dalam bentuk kalimat tanya. Misalnya dari
contoh masalah yang berhasil diidentifikasi di atas, masalah ekonomi orang tua,
dukungan orang tua, keterbatasan alat dan bahan, dan tidak layaknya prasarana
adalah masalah-masalah yang tidak mudah dipecahkan dengan PTK.
Contoh rumusan masalah:
- Apakah penerapan metode eksperimen berbasis lingkungan dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas X SMA Swadhipa Natar dalam belajar kimia?
- Tugas dan bahan ajar yang bagaimana yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII SMP ”SS” Gunungmadu dalam belajar Bahasa Inggris?
- Bagaimana pengembangan pembelajaran berbasis PBL (Problem Based Learning) pada mata pelajaran IPS untuk kelas V SDN 04 Bandar Lampung?
4. PERUMUSAN HIPOTESIS TINDAKAN
Setelah masalah dirumuskan, guru perlu
menyusun rencana tindakan dengan terlebih dahulu merumuskan hipotesis tindakan.
Hipotesis tindakan adalah dugaan guru tentang
cara yang dianggap terbaik dalam mengatasi masalah. Hipotesis ini disusun
berdasarkan kajian berbagai teori, hasil penelitian yang pernah dilakukan dan
relevan, diskusi dengan teman sejawat, serta refleksi pengalaman sendiri
sebagai guru.
Contoh:
§
Penerapan
metode eksperimen berbasis lingkungan pada pembelajaran kimia kelas X SMA
Swadhipa Natar dapat meningkatkan aktivitas siswa baik dalam pembelajaran
maupun dalam eksperimen kimia.
§
Tugas
akan lebih menantang dan berhasil dalam meningkatkan motivasi belajar siswa
kelas VII SMP ”SS” Gunungmadu dalam belajar Bahasa Inggris, jika materi
tugasnya diambil dari buku pelajaran yang dimiliki siswa atau dari lingkungan
kehidupan siswa sehari-hari.
§
Penerapan PBL pada
mata pelajaran IPS akan lebih menarik dan dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa kelas V SDN 04 Bandar Lampung , jika disajikan melalui diskusi dan
masalah yang di bahas adalah masalah yang masih hangat dan terkait dengan
kehidupan sehari-hari atau dari lingkungan siswa.
Berangkat dari hasil pelaksanaan pra-PTK, maka perancangan
PTK dapat kita buat, melalui tahapan-tahapan dalam PTK
5. PERENCANAAN TINDAKAN
Berdasarkan masalah dan
hipotesis tindakan yang telah berhasil dirumuskan, selanjutnya susunlah
perencanaan tindakan untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan yang telah
ditentukan di atas. Rencana tindakan ini mencakup seluruh langkah tindakan
secara rinci. Tuliskanlah rencana tindakan yang diperlukan untuk melaksanakan PTK,
mulai dari materi / bahan ajar, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran
yang mencakup metode / teknik mengajar, sampai pada instrumen pengamatan
(observasi) dan evaluasi.
Contoh ilustrasi
Bapak Yamin, seorang guru
Kelas IV SDN 01 Endangrejo Lampung Tengah telah berhasil mengidentifikasi
masalah yang terjadi pada pembelajaran IPA di kelasnya dan berhasil merumuskan
masalah sebagai berikut: ”Apakah pembelajaran dengan metode eksperimen pola
SEQIP pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan
materi siswa kelas IV SD 01 Endangrejo?”. Kemudian Pak Yamin, merumuskan
alternatif tindakan untuk memecahkan masalah tersebut dan merumuskan hipotesis
tindakan (jawaban sementara terhadap masalah tersebut) yaitu ”Pembelajaran IPA
Kelas IV SD dengan menggunakan metode eksperimen pola SEQIP dapat meningkatkan
aktivitas dan penguasaan materi IPA siswa”. Selanjutnya, Pak Yamin melakukan
persiapan dan perencanaan untuk melaksanakan PTK di kelasnya. Perncanaan yang
disusun Pak Yamin adalah:
§ menetapkan materi pokok pada
mata pelajaran IPA yang menjadi sumber masalah rendahnya hasil belajar siswa.
§ menetapkan rencana siklus
tindakan, yaitu PTK akan dilakukan dalam tiga siklus tindakan.
§ menyusun silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran.
§
menyusun
bahan ajar berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang berisi eksperimen pola SEQIP
(Science Education Quality Improvement Project).
§ menyusun
alat (instrumen) observasi baik untuk siswa maupun untuk guru peneliti.
§ menyusun
rencana evaluasi (tes hasil belajar) untuk melihat tingkat penguasaan materi
siswa pada tiap siklusnya.
6. PELAKSANAAN TINDAKAN
Pada tahap ini merupakan tahap
implementasi (pelaksanaan) dari semua rencana tindakan yang telah dibuat. Strategi
dan skenario
pembelajaran yang telah ditetapkan pada perencanaan harus benar-benar
diterapkan dan mengacu pada kurikulum yang berlaku. Tentu saja rencana tindakan
di atas harus sudah ”dilatihkan” kepada pelaksana tindakan (guru peneliti)
untuk dapat dilaksanakan di kelas agar sesuai dengan skenario pembelajaran yang
dibuat. Pada PTK yang dilakukan oleh guru, pelaksanaan tindakan ini umumnya
dilakukan dalam waktu antara 2 sampai 3 bulan, dengan jumlah siklus tertentu.
Waktu dan jumlah siklus yang dilakukan tersebut dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan
sajian beberapa materi pokok dari mata pelajaran tertentu. Contoh berikut menyajikan
ringkasan skenario pembelajaran yang akan dilakukan pada tahap pelaksanaan
tindakan.
7. TAHAP PENGAMATAN / OBSERVASI
Tahap pengamatan / observasi ini
sebenarnya berjalan bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan. Pada tahap
ini, guru sebagai peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal-hal yang
diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan
data ini dilakukan dengan menggunakan lembar / instrumen observasi / evaluasi
yang telah disusun. Termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario
pembelajaran dari waktu ke waktu dan dampaknya terhadap proses dan hasil
belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes,
ulangan harian, presentasi, nilai tugas, dll), tetapi juga data kualitatif yang
menggambarkan keaktivan siswa, partisipasi siswa dalam pembelajaran, kualitas
diskusi, dan lain-lain. Lembar pengamatan yang disusun bergantung dari data apa
yang akan dikumpulkan, misalnya guru peneliti akan mengkaji aktivitas siswa
dalam pembelajaran, guru dapat mengamati aktivitas Off Task (yaitu aktivitas
yang tidak dikehendaki) atau aktivitas On Task (yaitu aktivitas siswa yang
diinginkan).
8. TAHAP REFLEKSI
Dengan dibantu oleh hasil analisis
data, guru merenungkan diri: mengapa satu kejadian berlangsung? dan mengapa
seperti itu kejadiannya?. Guru juga merenung:
mengapa satu usaha perbaikan berhasil dan mengapa usaha yang lain gagal?.
Dengan melakukan refleksi, guru akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai
dari PTK yang dilakukannya, apa yang belum dapat dicapai, dan apa yang masih
perlu diperbaiki lagi pada pembelajaran berikutnya. Refleksi dalam PTK mencakup
kegiatan analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas
tindakan yang telah dilakukan. Hasil refleksi berupa kesimpulan yang mantap dan
tajam. Hasil refleksi digunakan untuk menentukan langkah-langkah lebih lanjut
dalam upaya mencapai tujuan PTK. Bila masalah PTK belum tuntas atau indikator
belum tercapai, maka PTK akan dilanjutkan pada siklus berikutnya melalui
tahap-tahap yang sama dengan siklus sebelumnya.
9. MENYUSUN PROPOSAL
(USULAN) PTK
Peneliti PTK dalam bentuk
kolaborasi dapat terdiri dari dosen LPTK dan guru (TK, SD, SMP, SMA/SMK).
Usulan / proposal PTK merupakan langkah awal dari kegiatan PTK, sedangkan
langkah akhirnya adalah pelaporan PTK dan desiminasi.
Sistematika Usulan
PTK
1. Judul.
Judul
PTK haruslah dirumuskan secara singkat dan jelas, namun mampu menggambarkan
masalah yang diteliti, tindakan perbaikan, hasil yang diharapkan, dan tempat
penelitian. Judul penelitian hendaknya disusun tidak lebih dari 18 kata, bahkan
ada pihak sponsor yang mensyaratkan jumlah kata pada judul PTK tidak boleh
lebih dari 15 kata.
2. Pendahuluan Bagian
ini merupakan bagian yang menjelaskan tentang masalah pembelajaran di kelas,
proses identifikasi masalah, penyebab timbulnya masalah, dan alasan mengapa
masalah itu penting untuk diteliti, atau dengan kata lain bagian ini menguraikan
/ menjelaskan Latar Belakang Masalah.
3. Perumusan dan Pemecahan
Masalah
a. Perumusan masalah.
Pada bagian ini umumnya terdiri dari jabaran
tentang perumusan masalah. Sebaiknya rumusan masalah dibuat dalam bentuk
kalimat tanya. Perhatikan kembali bagian B (b) di atas. Dalam rumusan masalah
dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian.
Selanjutnya dicari alternatif pemecahan masalahnya.
b. Pemecahan masalah.
Pada bagian ini berisi uraian tentang alternatif
tindakan yang diambil untuk memecahkan masalah. Pendekatan dan konsep yang
digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti hendaknya sesuai dengan kaidah
penelitian tindakan kelas (PTK). Cara pemecahan masalah ditentukan berdasarkan
pada akar penyebab timbulnya masalah dalam bentuk tindakan (action) yang
jelas dan terarah.
4. Tujuan dan manfaat
penelitian
a. Tujuan:
Kemukakan secara singkat
tujuan penelitian tindakan kelas yang ingin dicapai dengan mendasarkan pada
rumusan masalah yang telah dikemukakan. Tujuan penelitian ini berkaitan dengan
usaha mencari jawaban apakah tindakan perbaikan yang kita lakukan berhasil
sebagaimana yang diharapkan
b.
Manfaat Penelitian:
Uraikan
manfaat PTK ini terhadap kualitas pembelajaran dan/atau pendidikan, sehingga
nampak manfaatnya bagi siswa, guru, sekolah, dan mungkin juga komponen sekolah
lainnya. Lihat pembahasan sebelumnya.
5. Kajian
pustaka
Pada
bagian ini dicantumkan uraian kajian teori dan pustaka yang relevan dan
menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan PTK. Kemukakan juga teori, temuan,
dan hasil penelitian lain yang mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi
masalah yang terjadi pada pembelajaran di kelas. Pada bagian akhir dapat
dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan indikator keberhasilan
tindakan yang diharapkan.
Sebagai
contoh, seorang guru melakukan PTK dengan menerapkan model
pembelajaran berkelompok (learning together), maka pada kajian pustaka
harus jelas dapat dikemukakan:
§ Bagaimana
teori learning together itu, siapa saja tokoh-tokoh yang mendukung /
mengemukakan teori tersebut, apa yang spesifik dari teori ini, apa
persyaratannya, dan lain-lain.
§ Bagaimana
bentuk tindakan yang dilakukan dalam penerapan teori tersebut pada
pembelajaran, strategi pembelajarannya, skenario pembeljarannya, dan sebagainya.
§ Bagaimana
keterkaitan atau pengaruh penerapan model pembelajaran tersebut dengan
perubahan yang diharapkan atau terhadap masalah yang akan dipecahkan, dan
hendaknya dijabarkan dari berbagai hasil penelitian yang sesuai.
§ Bagaimana
prakiraan hasil (hipotesis tindakan) dengan dilakukannya penerapan model
tersebut pada pembelajaran terhadap masalah yang akan dipecahkan.
6. Metode penelitian / Prosedur penelitian
Prosedur
penelitian hendaknya dirinci mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi dan evaluasi, hingga analisis dan refleksi yang bersifat daur ulang
atau siklus tindakan. Tunjukkan juga siklus-siklus tindakan yang hendak
dilakukan dengan menguraikan indikator keberhasilan yang ingin dicapai dalam
setiap siklusnya. Jumlah siklus yang dilakukan bergantung pada kepuasan
peneliti, tetapi hendaknya lebih dari satu siklus dan minimal 2 (dua) siklus
tindakan. Perhatikan daur (siklus) PTK
berikut:
Gambar Skema
SiklusPenelitian
7. Jadwal kegiatan
penelitian
Jadwal pelaksanaan
penelitian meliputi persiapan, pelaksanaan, analisis dan persiapan siklus
berikutnya, penyusunan laporan, dan penyerahan laporan. Jadwal penelitian
sebaiknya dibuat dalam bentuk bar chart dan disusun sesuai dengan waktu
yang ditetapkan.
8.
Personalia penelitian
Seluruh
tim peneliti yang terlibat harus tercantum dengan jelas, nama, nip, pangkat /
golongan, jabatan, bidang keahlian, alamat sekolah, alamat rumah, telpon, dan
tugas pada pelaksanaan PTK.
9. Biaya
penelitian
Berisi
rincian pengeluaran biaya penelitian, mulai dari honor/upah peneliti,
persiapan, pelaksanaan (pra observasi, pelaksanaan observasi, analisis data,
dll), sampai pada penyusunan laporan.
10. Daftar
Pustaka
Semua
pustaka yang dirujuk guna mendukung penelitian yang dilaksanakan harus
dituliskan pada bagian ini. Daftar pustaka ditulis secara konsisten mengikuti
urutan abjad dan mengikuti aturan tertentu, misalnya American Psychology
Association (APA).
• Untuk buku teks: Nama penulis, Tahun., Judul
buku., Penerbit, Kota penerbit.
• Jika sumber bacaan (buku atau lainnya) tidak ada
nama penulis, maka nama penulis diganti dengan sebutan ”Anonim”.
• Untuk Jurnal/Majalah: Nama Penulis, Tahun.,
Judul Tulisan., Nama jurnal/majalah (huruf miring), No., Volume.
• Untuk Hasil Penelitian/Laporan Penelitian: Nama
Peneliti, Tahun., Judul penelitian, Jenis penelitian., Sponsor/Sumber dana,
Kota.
Contoh:
Anonim., 2005. Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Penelitian
Tindakan Kelas Tahun Anggaran 2006. Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga
Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Jakarta.
Heri Purwanto., 2001.
Pembinaan Tutor Sebaya sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Kognitif Mahasiswa
dalam Proses Pembelajaran Fisika Dasar I di Jurusan Fisika FMIPA UNS., Prosiding
Seminar dan Lokakarya Nasional Inovasi Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Universitas
Lampung. Bandar Lampung.
Sunyono, 2005., Optimalisasi Pembelajaran Kimia
pada Siswa Kelas XI Semester 1 SMA Swadhipa Natar melalui Penerapan Metode
Eksperimen Menggunakan Bahan yang Ada di Lingkungan., Laporan Hasil
Penelitian (PTK), Dit.PPTK & KPT Ditjen Dikti, 2005.
Vossen, H., 1986. Kompendium Didaktik Kimia., Penerbit: CV. Remaja Karya. Bandung.
11. Lampiran
Pada
bagian beisi lampiran-lampiran yang diperlukan untuk mendukung usulan PTK,
umunya meliputi:
§
Instrumen Observasi
dan Evaluasi
§ Rancangan Pembelajaran
(Silabus dan RPP)
§ Curriculum Vitae Semua Tim
Peneliti (jika kelompok)
§ Lain-lain yang dianggap perlu.
10. MELAKSANAKAN DAN MELAPORKAN PTK
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Melaksanakan PTK
Berdasarkan uraian materi pada Kegiatan Belajar 1, setidaknya ada tiga hal
penting yang perlu diingat, yaitu:
§ PTK merupakan penelitian yang
mengikutsertakan secara aktif peran guru dan siswa dalam berbagai tindakan.
§ Kegiatan refleksi
(perenungan/pemikiran) dilakukan berdasarkan pertimbangan rasional (menggunakan
konsep ilmiah dan ada dasar teorinya) yang mantap dan valid guna melakukan
perbaikan tindakan dalam upaya memecahkan masalah yang muncul.
§ Tindakan perbaikan terhadap
situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan dengan segera dan dilakukan secara
praktis (dapat dilakukan di kelas).
Oleh sebab itu, dalam melaksanakan PTK hendaknya selalu memperhatikan
hal-hal berikut ini:
§ PTK tidak boleh mengganggu
proses pembelajaran dan tugas-tugas guru di sekolah.
§ PTK tidak boleh selalu
menghabiskan banyak waktu, karena itu PTK harus dirancang dan dipersiapkan
secara rinci dan matang.
§ Pelaksanaan PTK harus
konsisten dengan rancangan yang telah dibuat.
§ Pelaksanaan
PTK harus mengikuti etika kerja yang berlaku (ada ijin dari kepala sekolah, ada
usulan, menyusun laporan, mempublikasikan, dsb).
§ Dalam
melaksanakan PTK, harus disadari bahwa guru harus mampu dan mau melakukan
perbaikan pembelajaran, sehingga rancangan yang dibuat benar-benar dapat
dilaksanakan dengan penuh kesungguhan.
§ PTK
harus dilaksanakan secara berdaur (bersiklus), setiap siklus harus dilakukan
evaluasi melalui refleksi guna perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya.
Melaksanakan PTK
Anda masih ingat bahwa data yang
perlu dikumpulkan dalam pelaksanaan PTK dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu
data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif merupakan data yang
diperoleh melalui tes penguasaan materi siswa yang berupa nilai siswa dalam
setiap daur (siklus). Data kualitatif merupakan data yang diperoleh melalui
observasi (pengamatan) langsung terhadap jalannya proses pembelajaran. Data
kualitatif diperoleh melalui instrumen pengamatan yang dapat berbentuk angket,
lembar isian, pedoman wawancara, alat rekaman (audio/video), catatan lapangan,
dan sebagainya. Contoh-contoh lembar observasi telah diuraikan pada Kegiatan
Belajar 1 (bagian B3), dan untuk melakukan observasi pada kegiatan pembelajaran
Anda perlu mengenal prinsip dasar observasi, dan jenis-jenis observasi.
Þ
Prinsip
observasi
Ada lima prinsip dasar observasi
yang akan dijelaskan secara singkat di bawah ini, yaitu:
1. Perencanaan bersama;
Observasi
yang baik diawali dengan melakukan perencanaan bersama antara peneliti,
pengamat, dan yang diamati. Caranya:
o
Lakukan
pertemuan dengan semua anggota tim (jika kolaborasi) untuk menyamakan persepsi.
o
Lakukan
penjelasan kepada murid tentang kegiatan dan pengamatan yang akan dilakukan.
o
Jika
PTK dilakukan secara mendiri, penyamaan persepsi dilakukan bersama murid untuk
memberikan penjelasan tentang kegiatan pembelajaran, mata pelajaran, waktu,
buku sumber, dan kelengkapan lainnya.
2. Fokus;
Ada dua jenis fokus dalam pelaksanaan observasi, yaitu fokus umum dan fokus
khusus.
o
Fokus
umum adalah seluruh kegiatan yang berkaitan dengan PTK, terutama keseluruhan
proses pembelajaran.
o
Fokus
khusus adalah tindakan-tindakan yang telah dirumuskan dalam hipotesis tindakan
(biasanya ditunjukkan pada skenario pembelajaran).
Dalam melakukan observasi fokus,
perlu diperhatikan manfaat dan faktor subjektif yang mungkin saja dapat
terjadi.
3. Membangun Kriteria;
Observasi akan mudah dilakukan dan membantu guru dalam pelaksanaan PTK, jika
kriteria keberhasilan PTK telah disepakati dan ditetapkan sebelumnya.
4. Keterampilan Observasi;
Dalam melakukan observasi yang harus dikuasai oleh pengamat adalah Penggunaan
segala jenis instrumen, sebelumnya perlu dilakukan uji coba instrumen. Setiap
indikator yang terjadi dalam proses pembelajaran untuk direkam dalam
pembelajaran. Menahan diri untuk tidak cepat mengambil keputusan dalam
menginterpretasikan suatu peristiwa, artinya mencatat data apa adanya, jangan
membuat penafsiran atau pendapat pada saat mengumpulkan data. Menciptakan
suasana kondusif dan menghindari terjadinya sesuatu yang dapat menakuti guru
atau siswa.
5. Balikan
/ Feedback; Hasil observasi harus dievaluasi guna memperoleh
balikan, untuk memperoleh balikan ini, hal yang perlu diperhatikan adalah:
o
Balikan harus segra dilakukan setelah pengamatan dalam
bentuk diskusi.
o
Balikan diberikan berdasarkan data faktual yang direkam
secara cermat dan sistematis.
o
Data hasil pengamatan diinterpretasikan dengan melihat
kriteria keberhasilan yang telah disepakati sebelumnya.
o
Guru peneliti yang diobservasi harus diberi kesempatan
pertama untuk memberikan penafsiran data.
o
Diskusi yang dilakukan harus mengarah kepada perkembangan
strategi pembelajaran untuk membangun konsep pembelajaran yang disepakati
bersama.
Þ
Jenis-Jenis Observasi
Bila dilihat dari cara
melakukan, observasi dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
1. Observasi Terbuka; Dalam
observasi terbuka, pengamat tidak menggunakan lembar observasi, tetapi hanya
menggunakan kertas kosong untuk merekam kejadian dalam pembelajaran yang
diamati. Pengamat dapat menggunakan teknik-teknik tertentu dalam merekam
jalannya pembelajaran. Teknik tersebut dapat berupa penggunaan catatan
lapangan, alat perekam audio/video, dan lain-lain.
2. Observasi terfokus; Observasi
terfokus secara khusus ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dalam
proses pembelajaran, misalnya: partisipasi siswa dalam pembelajaran, dampak
penguatan pada siswa, jenis pertanyaan yang diajukan guru, keterampilan siswa
dalam merangkai alat, dan sebagainya.
3. Observasi terstruktur; Dalam
observasi terstruktur ini, pengamat menggunakan instrumen observasi yang
terstruktur dan siap pakai, pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda check list
(V) pada tempat yang disediakan.
4. Observasi sistematik; Dilihat dari
aspek yang akan diamati, observasi sistematis ini lebih rinci dibanding
observasi terstruktur. Dalam pelaksanaannya, pengamat mengandalkan penggunaan
koding atau skala interaksi yang melihat interaksi guru dan murid. Sama dengan
observasi terstruktur, pengamat hanya membubuhkan tanda (V). Misalnya, aspek
yang diamati adalah pemberian penguatan guru, maka data yang diamati
dikategorikan menjadi penguatan verbal dan non verbal.
Contoh 1, Catatan lapangan
Catatan lapangan ini dapat berupa
catatan harian guru, yang berisi rekaman perkembangan guru dalam melaksanakan
tugas pembelajaran. Misalnya; Pak Yamin (Guru SDN 01 Endangrejo) melaksanakan
PTK untuk siklus 1. Pada pertemuan pertama
catatan yang ditulis oleh pengamat adalah;
Nama Guru yg Diamati:
|
Yamin
|
Kelas tempat Mengajar:
|
IV
|
Tanggal Pengamatan :
|
12 September 2006
|
Mata Pelajaran :
|
Ilmu Pengetahuan Alam
|
Nama Pengamat :
|
Suharyanto
|
Kejadian yang diamati :
|
Ketika Guru mengajukan
pertanyaan: ” Mengapa permukaan bulan yang terlihat dari bumi hampir selalu
sama?
|
Respon siswa :
|
-
Tidak ada yang
menjawab pada kesempatan pertama
-
Setelah diberi
arahan dan dituntun, ada 2 anak yang menjawab
|
Lain-Lain :
|
-
Anak-anak kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran
-
Guru kurang memotivasi siswa, perhatian belum mengarah pada semua siswa,
dan contoh yang diberikan tidak menyentuh kebutuhan siswa.
|
11. ANALISIS DAN REFLEKSI
Analisis data
Analisis data setelah observasi tidak sama dengan interpretasi yang
dilakukan pada saat observasi. Interpretasi dilakukan pada saat observasi atau
pada saat diskusi balikan, sedangkan analisis data dilakukan setelah satu paket
(siklus) pembelajaran dilaksanakan secara keseluruhan. Misalnya, jika
pembelajaran siklus 1 direcanakan 3 kali pertemuan, maka analisis data
dilakukan setelah ketiga pembelajaran tuntas dilaksanakan. Dengan demikian,
pada setiap pertemuan pembelajaran akan muncul interpretasi pengamat atau guru
yang dimanfaatkan untuk melakukan penyesuaian rencana perbaikan pembelajaran,
dan pada setap akhir daur (siklus) pembelajaran diadakan analsis data secara
keseluruhan untuk menghasilkan informasi yang dapat menjawab masalah dan
menguji hipotesis tindakan yang telah dirancang guru. Analisis data ini dapat
dilakukan dengan beberapa tahap, misalnya:
§ Tahap seleksi dan
pengelompokan data; Pada tahap ini, data diseleksi dan jika memungkinkan data direduksi atau
ada yang dibuang. Kemudian data diorganisasikan sesuai dengan hipotesis atau
pertanyaan masalah penelitian yang ingin dicari jawabannya.
§ Tahap pemaparan dan deskripsi
data; Data
yang telah diorganisasikan selanjutnya dideskripsikan sehingga memiliki makna.
Mendiskripsikan data dapat dilakukan dalam bentuk narasi, grafik, tabel,
diagram, dan lain-lain.
§ Tahap penyimpulan atau
pemberian makna; Setelah dideskripsikan dibuatlah kesimpulan dalam bentuk pernyataan atau
uraian singkat.
Contoh :
Data tentang aktivitas siswa dalam
pembelajaran dan hasil tes penguasaan materi siswa pada mata pelajaran kimia di
kelas XI semester 1 dengan penerapan metode eksperimen berbasis lingkungan.
Refleksi
Refleksi
dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan
berdasarkan data yang telah terkumpul dan kemudian melakukan evaluasiguna
menyempurnakan tindakan berikutnya. Untuk lebih memahami bagaimana refleksi
dilakukan, berikut diberikan satu contoh:
Contoh
refleksi
Berdasarkan
data hasil observasi dan tes hasil belajar siswa yang dilakukan pada akhir
siklus 1, Pak Yamin dan Pak Suharyanto (observer) duduk bersama dan dihadiri
pengawas (sebagai pakar) membahas hasil-hasil pengamatannya selama pembelajaran
berlangsung. Hasil pengamatannya menunjukkan: Hanya 2 orang siswa yang mendapat
kesempatan menjawab pertanyaan guru, dan hanya satu yang benar pada pertemuan
pertama. Sedangkan pada peretemuan-pertemuan berikutnya meningkat tetapi masih
sangat sedikit, yaitu secara keseluruhan hanya 8 orang saja (dari 3 kali
pertemuan). Ketika
percobaan (eksperimen) dilakukan terjadi keributan kecil, karena semua anak
ingin mencoba. Partisipasi siswa dalam pembelajaran juga tidak memuaskan, hanya
30% siswa yang selalu aktif bertanya, terampil melaksanakan percobaan, dan
berdiskusi.
Berdasarkan
data yang terkumpul tersebut, Pak Yamin berusaha menelaah untuk mencari masalah
yang muncul pada pembelajaran yang telah dilaksanakannya. Hasilnya
bahwa hasil tes penguasaan materi siswa sudah cukup baik (rata-rata di atas
ketuntasan belajar minimal sekolah) meskipun pembelajaran belum optimal dimana
sedikit sekali siswa yang aktif dan guru tidak fokus dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil telaah ini, Pak Yamin melakukan refleksi dengan mengajukan
pertanyaan sebagai berikut:
Þ Mengapa
saya tidak dapat menyebarkan pertanyaan kepada minimal 10 siswa untuk setiap
kali pertemuan?
Þ Mengapa
perhatian saya saat pembelajaran hanya terpusat pada beberapa siswa saja?
Þ Apakah
saya terpaku kepada siswa tertentu yang duduk di depan atau di belakang? Apakah
siswa yang duduk di tengah tidak pernah mendapat perhatian saya dan tidak
pernah saya beri kesempatan untuk menjawab pertanyaan dan bertanya?
Þ Mengapa
pembentukan kelompok dan eksperimen mebuat siswa menjadi ribut? Apakah saya
tidak menentukan aturan pembentukan kelompok dan tidak membacakan aturan dalam
bereksperimen?
Selanjutnya
dengan dibantu teman sejawat dan pengawas, Pak Yamin membuat rencana perbaikan
pada pembelajaran siklus 2, yaitu:
Þ Sebaran
pertanyaan akan diusahakan lebih merata (minimal 10 anak).
Þ Perhatian
guru harus menyeluruh, tidak terfokus dan terpaku pada siswa tertentu saja.
Þ Memperbanyak
jumlah pertanyaan yang akan diberikan kepada siswa.
Þ Pada
pembentukan kelompok, guru akan menetukan aturan dan syarat pengelompokan.
Þ Sebelum
melaksanakan percobaan, guru lebih dahulu membacakan aturan melaksanakan
percobaan.
Þ Pembelajaran
akan lebih dioptimalkan dengan memaksimalkan sarana yang ada (misdalnya alat
bantu/media).
Þ Setelah
percobaan, setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil
kerjanya.
12. MENYUSUN LAPORAN PTK
Sistematika laporan PTK
Sistematika laporan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang telah di
keluarkan oleh Dirjen PMPTK (Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan)
adalah
Bagian awal; Bagian ini meliputi:
§ Halaman Judul (Kulit Muka)
§ Halaman Pengesahan
§ Abstrak
Abstrak merupakan uraian singkat tetapi lengkap
yang memuat hal-hal pokok yang diawali dengan judul penelitian, permasalahan
dan tujuan, prosedur pelaksanaan, hasil temuan/penelitian, dan kesimpulan.
Abstrak sebaiknya ditulis dalam Bahasa Inggris atau dapat juga dalam Bahasa
Indonesia dan tidak lebih dari 250 kata.
§ Kata Pengantar
Kata pengantar sebaik tidak terlalu panjang, cukup
pendek saja sekitar satu halaman, di dalamnya dikemukakan tujuan penelitian,
masalah yang muncul, siapa penyandang dananya (sponsor) dan ucapan terima kasih
kepada yang memberikan bantuan. Kata pengantar ini sebaiknya ditulis oleh
peneliti itu sendiri.
§ Daftar isi
Daftar ini menunjukkan bagian-bagian dari laporan
dan dari sini dapat dilihat hubungan antara bagian yang satu dengan bagian
lainnya. Untuk
tabel, grafik, diagram, gambar, maupun peta sebaiknya dibuat daftar isi sendiri
dengan nama daftar tabel, daftar grafik, daftar diagram, atau daftar gambar.
Bagian isi; meliputi:
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemukakan
hal-hal yang memicu terjadinya permasalahan mulai dari yang kaitannya kurang
erat sampai kepada yang kaitannya sangat erat (khusus) terhadap masalah.
Ungkapkan gejala-gejala kesenjangan yang terdapat di kelas selama ini sebagai
dasar pemikiran untuk memunculkan permasalahan. Ada baiknya kalau diutarakan
kerugian-kerugian apa yang bakal muncul apabila masalah tersebut dibiarkan
tidak diteliti dan keuntungan-keuntungan apa yang bakal diperoleh apabila
masalah tersebut dipecahkan melalui penelitian.
B. Rumusan Masalah
Rumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan yang
singkat dan jelas. Dalam rumusan masalah tersebut harus nampak
variabel-variabel yang diteliti. Bila memungkinkan keterkaitan antara satu
variabel dengan variabel lainnya ditonjolkan. Definisi operasional untuk setiap
variabel yang diteliti harus nampak indikator-indikatornya yang kemudian akan
dijabarkan dalam instrumen penelitian.
C. Tujuan Penelitian
Rumusan tujuan penelitian mengarah kepada hasil
yang ingin dicapai setelah penelitian selesai dilakukan. Oleh sebab itu,
rumusan tujuan ini harus konsisten dengan rumusan masalah dan mencerminkan pula
proses penelitiannya. Lihat penjelasan sebelumnya
D. Manfaat Penelitian
Lihat
bagian proposal
BAB
II. KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA
Kajian
pustaka ini sangat penting dalam suatu karya ilmiah, karena dengan kajian
pustaka dapat ditunjukkan kedudukan suatu penelitian di tengah-tengah
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang yang diteliti. Dalam kajian pustaka harus
memuat hal-hal sebagai berikut:
- teori utama dan teori turunannya dalam bidang yang diteliti.
- yang pernah dilakukan oleh orang lain dalam bidang yang diteliti
- pengetahuan/sesuatu yang telah diketahui berdasarkan hasil penelitian terdahulu.
- kajian komprehensif, sehingga dapat diketahui bahwa masalah yan dirumuskan memang harus diteliti.
BAB III. PROSEDUR PENELITIAN
Uraikan secara jelas prosedur penelitian yang telah
dilakukan, tentu saja harus sesuai dengan proposal yang telah disusun
sebelumnya. Ketidaksesuaian antara proposal dengan Laporan PTK bila memang
terjadi, maka itu hanya dibolehkan pada teknis lapangan, misalnya direncanakan
pada proposal cara melakukan observasi adalah dengan observasi terbuka. Namun, karena berbagai
kendala, observasi tersebut tidak dapat dilakukan dan yang dilakukan adalah
observasi terstruktur. Oleh sebab itu, kendala-kendala tersebut perlu diuraikan
secara singkat. Dengan demikian, pada Laporan perlu diuraikan cara melakukan
observasi terstruktur tersebut dan siapa observernya. Kemukakan alat pengumpul
data, teknik penjaringan data, serta proses triangulasi yang dilakukan untuk
menunjukkan keakuratan data yang diperoleh. Pada prosedur penelitian juga perlu
diuraikan secara rinci cara refleksi yang dilakukan. Apa saja yang dilakukan
pada setiap siklus dan target yang ingin dicapai pada setiap siklusnya juga
perlu diuraikan secara jelas.
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bagian ini menyajikan uraian dari tiap siklus
dengan data lengkap. Tunjukkkan adanya perbedaan antara tindakan pembelajaran
yang telah dilakukan secara inovatif dengan pembelajaran biasa tanpa inovasi
atau pembelajaran yang sering dilakukan selama ini. Tabel, diagram, dan grafik sangat
baik digunakan untuk menyajikan data. Pada refleksi diakhir setiap siklus
berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan (dapat melalui grafik atau diagram
atau lainnya) dan kelemahan-kelamahan yang terjadi selama tindakan pembelajaran
berlangsung. Kemukakan adanya perubahan / kemajuan / perbaikan yang terjadi
pada diri siswa, lingkungan kelas, guru, motivasi belajar / aktivitas belajar,
dan hasil belajar. Pembahasan dalam bab ini disajikan dalam bentuk
siklus-siklus, sesuai dengan jumlah siklus yang telah dijalankan.
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
1) Simpulan
Sajikan simpulan dari hasil penelitian
sesuai dengan analisis, tujuan penelitian, dan hipotesis tindakan yang telah
dirumuskan sebelumnya. Jawaban tidak saja berupa hasil, tetapi berisi juga
produk dan proses.
Contoh:
Jika pertanyaan
penelitian yang dikemukakan pada rumusan masalah adalah ”Bagaimana meningkatkan
hasil belajar siswa melalui cooperative learning? Jawaban atas
pertanyaan tersebut dapat diperoleh melalui tes penguasaan materi dan atau observasi
langsung untuk melihat motivasi siswa selama proses pembelajaran. Dalam
kesimpulan, guru perlu mendeskripsikan proses pembelajaran yang telah
berlangsung. Strategi dan metode penting yang membuat cooperative learning berhasil
meningkatkan hasil belajar siswa hendaknya dituliskan secara sistematis.
2)
Saran.
Saran
diperlukan apabila hasil penelitian menyangkut pendukung bagian lain sekolah,
atau menyangkut sistem yang lebih luas dari sekedar kelas (misalnya,
menghendaki adanya perubahan pengaturan jadwal di sekolah, peningkatan
keterampilan guru mengajar, dan sebagainya). PTK bersifat kontekstual, sehingga
pemberian saran sebenarnya kurang bermanfaat. Jangan memberikan saran tentang
perlunya PTK ini
diteruskan atau diperluas, karena hal itu kurang relevan.
Contoh
Saran:
Salah : “Untuk meningkatkan interaksi pembelajaran, sebaiknya
guru mengefektifkan metode bertanya”.
Benar : 1. “Untuk meningkatkan interaksi pembelajaran guru
harus mengefektifkan metode bertanya dengan cara merumuskan struktur pertanyaan
yang benar, dan memberi kesempatan kepada murid untuk berfikir sebelum
menjawab”.
Benar : 2. “Dinas Pendidikan / Kepala sekolah perlu
menyelenggarakan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan bertanya guru”.
3. Bagian
penunjang; dapat meliputi:
Daftar pustaka
Lampiran-lampiran;
Berisi lampiran tentang instrumen yang digunakan dalam penelitian, data
penelitian, contoh lembar jawaban dari siswa / guru, Foto-foto kegiatan, ijin
penelitian, biodata peneliti, dan dokumen-dokumen lain yang dipandang perlu.
13. ETIKA
DALAM MENULIS LAPORAN PTK
Ada beberapa
etika yang harus diikuti oleh guru yang melaksanakan PTK dalam menuliskan
laporan hasil PTK-nya, antara lain:
§ Ingat
prinsip PTK, bahwa PTK bukan untuk pembenaran diri (self justification)
akan tetapi untuk mengungkap kebenaran, walaupun dalam jangkauan
keterterapannya (range of generalizability) terbatas.
§ Dengan
PTK, guru dilatih untuk disiplin dan jujur. Kejujuran dan kedisiplinan
merupakan modal awal dalam mengerjakan atau mencapai sesuatu, termasuk dalam
menulis karya ilmiah atau laporan penelitian. Hal yang perlu dipahami bahwa
penulis laporan (dalam hal ini guru) harus jujur pada diri sendiri dan kepada
masyarakat yang akan membaca laporan PTK ini.
§ Objektivitas;
Objektivitas sangat berkaitan dengan kejujuran. Data yang telah dikumpulkan
harus ditafsirkan secara objektif, tanpa mempertimbangkan tingkat keberhasilan
PTK, karena objektoivitas yang tinggi mencerminkan hasil penelitian yang
benar-benar sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Perlu diperhatikan bahwa
ada dua peran PTK, yaitu peran involvement (melibatkan guru secara langsung
sebagai subjek) dan peran Improvement (menempatkan guru untuk melakukan
perbaikan, termasuk pola berfikir, dan cara kerja). Oleh sebab itu, guru
peneliti PTK harus memiliki objektivitas yang tinggi.
§ Dalam
melaporkan hasil PTK harus apa adanya. Apakah hipotesis terbukti atau tidak,
apakah tujuan tercapai atau tidak, itu adalah hasil penelitian. Oleh sebab itu,
hindarkan usaha-usaha untuk memanipulasi data agar hasil penelitian cocok
dengan hipotesis atau tujuan.
§ Dalam
hal mengutip pendapat/teori atau menggunakan sumber dari buku atau laporan
penelitian orang lain, harus dicantumkan sumbernya dan penulisnya. Mengutip
disini termasuk menggunakan data, informasi, konsep, gambar, atau hasil
penelitian orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar