Jumat, 30 Maret 2012

Penelitian Tindakan kelas BAB II dan BAB III


BAB 2

SISTEMATIKA PROPOSAL PTK

1.      JUDUL

Judul PTK hendaknya dinyatakan dengan akurat dan padat permasalahan serta bentuk tindakan yang dilakukan peneliti sebagai upaya pemecahan masalah. Formulasi judul hendaknya singkat, jelas, dan sederhana namun secara tersirat telah menampilkan sosok PTK bukan sosok penelitian formal.

2.      LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam latar belakang permasalahan ini hendaknya diuraikan urgensi penanganan permasalahan yang diajukan itu melalui PTK. Untuk itu, harus ditunjukkkan fakta fakta yang mendukung, baik yang berasal dari pengamatan guru selama ini maupun dari kajian pustaka. Dukungan berupa hasil penelitian penelitian terdahulu, apabila ada juga akan lebih mengokohkan argumentasi mengenai urgensi serta signifikansi permasalahan yang akan ditangani melalui PTK yang diusulkan itu. Karakteristik khas PTK yang berbeda dari penelitian formal hendaknya tercermin dalam uraian di bagian ini.

3.      PERMASALAHAN

Permasalahan yang diusulkan untuk ditangani melalui PTK itu dijabarkan secara lebih rinci dalam bagian ini. Masalah hendaknya benar benar di angkat dari masalah keseharian di sekolah yang memang layak dan perlu diselesaikan melalui PTK. Sebaliknya permasalahan yang dimaksud seyogyanya bukan permasalahan yang secara teknis metodologik di luar jangkauan PTK. Uraian permasalahan yang ada hendaknya didahului oleh identifikasi masalah, yang dilanjutkan dengan analisis masalah serta diikuti dengan refleksi awal sehingga gambaran permasalahan yang perlu di tangani itu nampak menjadi perumusan masalah tersebut. Dalam bagian ini dikunci dengan perumusan masalah tersebut. Dalam bagian inipun, sosok PTK harus secara konsisten tertampilkan.

4.      CARA PEMECAHAN MASALAH

Dalam bagian ini dikemukakan cara yang diajukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Alternatif pemecahan yang diajukan hendaknya mempunyai landasan konseptual yang mantap yang bertolak dari hasil analisis masalah. Disamping itu, juga harus terbayangkan kemungkinan kemanfaatan hasil pemecahan masalah dalam rangka pembenahan dan/atau peningkatan implementasi program pembelajaran dan/atau berbagai program sekolah lainnya.Juga harus dicermati artikulasi kemanfaatan PTK berbeda dari kemanfaatan penelitian formal.

5.      TUJUAN PENELITIAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan PTK hendaknya dirumuskan secara jelas.paparkan sasaran antara dan akhir tindakan perbaikan.perumusan tujuan harus konsisten dengan hakekat permasalahan yang dikemukakan dalam bagian bagian sebelumnya. Dengan sendirinya,artikulasi tujuan PTK berbeda dari tujuan formal. Sebagai contoh dapat dikemukakan PTK di bidang IPA yang bertujuan meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran IPA melalaui penerapan strategi PBM yang baru, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mengajar dan sebagainya. Pengujian dan/atau pengembangan strategi PBM baru bukan merupakan rumusan tujuan PTK. Selanjutnya ketercapaian tujuan hendaknya dapat diverfikasi secara obyektif.Syukur apabila juga dapat dikuantifikasikan.
Disamping tujuan PTK, juga perlu diuraikan kemungkinan kemanfaatan penelitian. Dalam hubungan ini, perlu dipaparkan secara spesifik keuntungan keuntungan yang dijanjikan, khususnya bagi siswa sebagai pewaris langsung (direct beneficiaries) hasil PTK, di samping bagi guru pelaksana PTK, bagi rekan rekan guru lainnya serta bagi para dosen LPTK sebagai pendidik guru. Berbeda dari konteks penelitian formal, kemanfaatan bagi pengembangan ilmu. Teknologi dan seni tidak merupakan prioritas dalam konteks PTK, meskipun kemungkinan kehadirannya tidak ditolak.

6.      KERANGKA TEORETIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Pada bagian ini diuraikan landasan substantive dalam arti teoritik dan/atau metodologik yang dipergunakan peneliti dalam menentukan alternative, yang akan diimplementasikan. Untuk keperluan itu, dalam bagian ini diuraikan kajian baik pengalaman peneliti pelaku PTK sendiri nyang relevan maupun pelaku pelaku PTK lain disamping terhadap teori teori yang lazim termuat dalam berbagai kepustakaan. Argumentasi logic dan teoretik diperlukan guna menyusun kerangka konseptual. Aras kerangka konseptual yang disusun itu, hipotesis tindakan dirumuskan.

7.      RENCANA PENELITIAN

§  Setting penelitian dan karakteristik subjek penelitian
Pada bagian ini disebutkan di mana penelitian tersebut dilakukan, di kelas berapa dan bagaimana karakteristik dari kelas tersebut seperti komposisi siswa pria dan wanita. Latar belakang sosial ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan,tingkat kemampuan dan lain sebagainya. Aspek substantive permasalahan seperti Matematika kelas II SMPLB atau bahasa inggris kelas III SMLB, juga dikemukakan pada bagian ini.

§  Variabel yang diselidiki
Pada bagian ini ditentukan variabel variabel penelitian yang dijadikan titik titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut dapat berupa (1) variabel input yang terkait dengan siswa, guru, bahan pelajaran, sumber belajar, prosedur evaluasi, lingkungan belajar, dan lain sebagainya; (2) variabel proses pelanggaran KBM seperti interaksi belajar-mengajar, keterampilan bertanya, guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa, implementasi berbagai metode mengajar di kelas, dan sebagainya, dan (3) varaibel output seperti rasa keingintahuan siswa, kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan, motivasi siswa, hasil belajar siswa, sikap terhadap pengalaman belajar yang telah digelar melalui tindakan perbaikan dan sebagainya.

§  Rencana Tindakan
Pada bagian ini digambarkan rencana tindakan untuk meningkatkan pembelajaran, seperti:
Þ    Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK yang diprakarsai seperti penetapan entry behavior. Pelancaran tes diagnostic untuk menspesifikasi masalah. Pembuatan scenario pembelajaran, pengadaan alat alat dalam rangka implementasi PTK, dan lain lain yang terkait bdengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan alternative alternative solusi yang akan dicobakan dalam rangka perbaikan masalah.
Þ    Implementasi Tindakan yaitu deskripsi tindakan yang akan di gelar. Scenario kerja tindakan perbaikan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan.
Þ    Observasi dan Interpretasi yaitu uraian tentang prosedur perekaman dan penafsiran data mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan perbaikan yang dirancang.
Þ    Analisis dan Refleksi yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan digelar, personel yang akan dilibatkan serta kriteria dan rencana bagi tindakan daur berikutnya.

8. DATA DAN CARA PENGUMPULANNYA:

Pada bagian ini ditunjukkan dengan jelas jenis data yang akan dikumpulkan yang berkenaan dengan baik proses maupun dampak tindakan perbaikan yang di gelar, yang akan digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kekurangberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran yang dicobakan. Format data dapat bersifat kualitatif, kuantitatif, atau kombinasi keduanya.
Di samping itu teknik pengumpilan data yang diperlukan juga harus diuraikan dengan jelas seperti melalui pengamatan partisipatif, pembuatan juranal harian, observasi aktivitas di kelas (termasuk berbagai kemungkinan format dan alat bantu rekam yang akan digunakan)penggambaran interaksi dalam kelas (analisis sosiometrik), pengukuran hasil belajar dengan berbagai prosedur asesmen dan sebagainya.selanjutnya dalam prosedur pengumpulan data PTK ini tidak boleh dilupakan bahwa sebagai pelaku PTK, Para guru juga harus aktif sebagai pengumoul data, bukan semata-mata sebagai sumber data.
Akhirnya semu teknologi pengumpulan data yang digunakan harus mendapat penilaian kelaikan yang cermat dalam konteks  PTK yang khas itu. Sebab meskipun mungkin saja memang menjanjikan mutu rekaman yang jauh lebih baik. Penggunaan teknologi perekaman data yang canggih dapat saja terganjal keras pada tahap tayang ulang dalam rangka analisis dan interpretasi data.

  • Indikator kinerja
Pada bagaian ini tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya untuk tindak perbaikan melalui PTK yang bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa misalnya perlu ditetapkan kriteria keberhasilan dalam bentuk pengurangan (njumlah jenis dan atau tingkat kegawatan)miskonsepsi yang tertampilkan yang patut diduga sebagai dampak dari implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud.
  • Tim peneliti dan tugasnya
Pada bagian ini hendaknya dicantumakan nama – nama anggota tim peneliti dan uraian tugas peran setiap anggota tim peneliti serta jam kerja yang dialokasikan setiap minggu untuk kegiatan penelitian.

9.  JADWAL PENELITIAN
Jadwal kegiatan penelitian disusun dalam matriks yang menggambarkan urutan kegiatan dari awal sampai akhir.

10. RENCANA ANGGARAN

Komponen – komponen pembiayaan;
Rencana anggaran meliputi kebutuhan dukungan financial untuk tahap persiapan pelaksanan penelitian, dan pelaporan. Secara lebih rinci, pembiayaan yang termasuk dalam setiap bidang adalah sebagai berikut :
a.             Persiapan
Kegiatan persiapan antara lain meliputi pertemuan anggota tim peneliti untuk menetapkan jadwal penelitian dan pembagian kerja, menyusun instrument penelitian, menetapkan format pengumpulan data, menetapkan teknik analisis data, dan sebagainya.
b.            Kegiatan operasional di lapangan
Dalam kegiatan operasional dapat tercakup antara lain pelancaran tes diagnostic dan analisis hasilnya, gladi resik implementasi tindakan, perbaikan, pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi dan interpretasi pelaksanaan tindakan perbaikan, pertemuan refleksi, perencanaan tindakan ulang, dan sebagainya.

c.       Penyusunan Laporan Hasil PTK
Pembiayaan yang termasuk dalam bagian ini adalah penyusunan konsep laporan, review konsep laporan, penyusunan konsep laporan akhir. Seminar local hasil penelitian, seminar nasional hasil penelitian, dan sebagainya. Juga termasuk dalam pembiayaan adalah penggandaan dan pengiriman laporan hasil PTK, serta pembuatan artikel hasil PTK dalm bahasa Indonesia dan bahasa Inggris

Cara Merinci Kegiatan dan Pembiayaan;
Biaya penelitian harus dirinci berdasarkan kegiatan operasional yang dijabarkan dari metodologi yang dikemukakan. Agar dapat dihitung biayanya, kegiatan operasional itu harus jelas namanya, tempatnya, lamanya, jumlah pesertanya. Sarana yang diperlukan dan output yang diharapkan.
§  Beberapa patokan pembiayaan satuan kegiatan penelitian;
a.       Honorarium
Þ    Ketua Peneliti
Þ    Anggota tim peneliti
Þ    Tenaga Administrasi
Besarnya honorarium tergantung pada sumber pandanaan

b.      Bahan dan Peralatan penelitian
Þ    Bahan habis pakai
Þ    Alat habis
Þ    Sewa alat

c.       Perjalanan
Þ    Biaya perjalanan sesuai dengan ketentuan
Þ    Transportasi local sesuai harga setempat
Þ    Lumpsum termasuk konsumsi sesuai dengan ketentuan
Þ    Monitoring dari PGSM minimal untuk satu orang, satu kali, selama dua hari
Þ    Konsultasi ketua tim peneliti ke PGSM selama dua hari

2.      Laporan Penelitian
Þ    Penggandaan
Þ    Penyusuinan artikel berbahasa Indonesia dan inggris
Þ    Pengiriman

a.       Seminar
Þ    Seminar lokal, konsumsi sesuai harga setempat, biaya penyelenggaraan sesuai dengan harga setempat
Þ    Seminar nasionala minimal untuk dua orang (satu dosen LPTK dan satu guru pelaku PTK)

11. DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka disusun menurut urutan abjad pengarang . hendaknya pustaka benar benar relevan dan sungguh sungguh dipergunakan dalam penelitian.

12. LAMPIRAN DAN LAIN – LAIN
Bagian lampiran dapat berisi curriculum vitae ketua dan para anggota tim inti. Curriculum vitae tersebut memuat identitas ketua anggota tim peneliti, riwayat pendidikan, pelatihan di bidang penelitian yang telah pernah diikuti, baik sebagai penatar/pelatih maupun sebagai peserta, dan pengalaman dalam penelitian termasuk di PTK. Hal hal lain yang dapat memperjelas karakteristik kancah PTK yang diusulkan dapat disertakan dalam usulan penelitian ini.


BAB 3

LANGKAH-LANGKAH PTK

1. PENDAHULUAN

Anda telah mempelajari bahwa PTK dilaksanakan melalui tahapan-tahapan yang dikenal dengan istilah siklus (daur). Siklus / daur dalam PTK meliputi 4 tahap, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).












PERENCANAAN
 














PENGAMATAN
 


 







Gambar Tahap-Tahap dalam PTK

Keempat tahap tersebut merupakan suatu siklus atau daur, sehingga setiap tahap akan selalu berulang kembali. Hasil refleksi dari siklus sebelumnya yang telah dilakukan akan digunakan untuk merevisi rencana atau menyusun perencanaan berikutnya, jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil memperbaiki proses pembelajaran atau belum berhasil memecahkan masalah yang menjadi kerisauan guru. Namun, tahapan tersebut selalu didahului oleh suatu tahapan pra PTK yaitu identifikasi masalah, analisis masalah, perumusan masalah, dan perumusan hipotesis tindakan.

2. IDENTIFIKASI MASALAH

Salah satu ciri PTK adalah munculnya masalah memang dirasakan oleh guru sebagai sesuatu yang masih sulit dipecahkan, namun guru menyadari bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki guna memecahkan masalah tersebut. Agar Anda dapat merasakan adanya masalah dan mampu mengungkap masalah tersebut, maka Anda sebagai seorang guru dituntut untuk jujur pada diri sendiri dan menyadari bahwa pembelajaran yang dikelola merupakan bagian penting dari dunia Anda.
Identifikasi masalah dilakukan dengan mencari masalah-masalah yang muncul di kelas. Jika telah ditemukan, maka sebaiknya dituliskan semua.
Contohnya:
  • Rata-rata hasil tes siswa pada tahun sebelumnya selalu rendah < 5,0
  • Kemampuan berfikir rasional siswa sangat lemah.
  • Tingkat kehadiran siswa rendah (setiap kali pertemuan lebih dari 3 orang bolos tanpa izin).
  • Siswa kurang aktif dan cenderung pasif, setiap diberi pertanyaan tidak satupun siswa berani menjawabnya. Demikian juga, setiap diberi kesempatan bertanya, tidak satupun siswa yang berani untuk bertanya.
  • Siswa tidak dapat melihat hubungan antara topik yang satu dengan lainnya.
  • Perhatian siswa cenderung tidak fokus.
  • Kegiatan praktikum tidak pernah dilakukan, karena keterbatasan alat dan bahan.
  • Sebagian besar (40 %) siswa berasal dari keluarga tidak mampu (ekonomi lemah).
  • Siswa kurang dapat mengaitkan isi pelajaran dengan keadaan alam sekitarnya.
  • Kurangnya dukungan orang tua terhadap belajar anak.
  • Siswa kurang terampil, jika diberi tugas mengerjakan sebuah keterampilan.

3. ANALISIS MASALAH DAN PERUMUSAN MASALAH

Setelah masalah di kelas berhasil Anda identifikasi, selanjutnya lakukanlah analisis dengan instrospeksi diri melalui pertanyaan-pertanyaan:
  • Mengapa hasil belajar dan peran serta siswa dalam pembelajaran selalu rendah ?
  • Apakah cara mengajar saya yang kurang menarik ?
  • Apakah contoh-contoh yang selalu saya berikan kurang konkrit dan sulit diterima siswa?
  • Apakah saya dalam mengajar menggunakan istilah-istilah yang sulit dipahami siswa?
  • Apakah nada suara saya tidak bisa didengar oleh siswa ? dan sebagainya.

Dari pertanyaan tersebut, lalu pikirkanlah apa yang harus anda lakukan untuk mengatasi masalah-masalah di atas, lalu seleksi masalah mana yang paling mungkin dilakukan dan dipecahkan melalui PTK?. Perhatikan rambu-rambu dalam merancang PTK dengan melihat bidang yang layak dijadikan fokus PTK. Bidang tersebut adalah yang:
  • melibatkan proses belajar dan mengajar.
  • ditangani oleh guru
  • sangat menarik minat guru
  • ingin diubah / diperbaiki dan mudah dilakukan oleh guru melalui PTK.

Masalah yang berhasil dianalisis mungkin lebih dari satu dan masih cukup luas untuk dikaji. Oleh sebab itu, guru perlu memfokuskan perhatiannya pada masalah yang mungkin dapat dipecahkan dengan PTK. Selanjutnya, masalah tersebut perlu dirumuskan yang pada umumnya dalam bentuk kalimat tanya. Misalnya dari contoh masalah yang berhasil diidentifikasi di atas, masalah ekonomi orang tua, dukungan orang tua, keterbatasan alat dan bahan, dan tidak layaknya prasarana adalah masalah-masalah yang tidak mudah dipecahkan dengan PTK.
Contoh rumusan masalah:
  • Apakah penerapan metode eksperimen berbasis lingkungan dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas X SMA Swadhipa Natar dalam belajar kimia?
  • Tugas dan bahan ajar yang bagaimana yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII SMP ”SS” Gunungmadu dalam belajar Bahasa Inggris?
  • Bagaimana pengembangan pembelajaran berbasis PBL (Problem Based Learning) pada mata pelajaran IPS untuk kelas V SDN 04 Bandar Lampung?

4.  PERUMUSAN HIPOTESIS TINDAKAN

Setelah masalah dirumuskan, guru perlu menyusun rencana tindakan dengan terlebih dahulu merumuskan hipotesis tindakan. Hipotesis tindakan adalah dugaan guru tentang cara yang dianggap terbaik dalam mengatasi masalah. Hipotesis ini disusun berdasarkan kajian berbagai teori, hasil penelitian yang pernah dilakukan dan relevan, diskusi dengan teman sejawat, serta refleksi pengalaman sendiri sebagai guru.




Contoh:
§  Penerapan metode eksperimen berbasis lingkungan pada pembelajaran kimia kelas X SMA Swadhipa Natar dapat meningkatkan aktivitas siswa baik dalam pembelajaran maupun dalam eksperimen kimia.
§  Tugas akan lebih menantang dan berhasil dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII SMP ”SS” Gunungmadu dalam belajar Bahasa Inggris, jika materi tugasnya diambil dari buku pelajaran yang dimiliki siswa atau dari lingkungan kehidupan siswa sehari-hari.
§  Penerapan PBL pada mata pelajaran IPS akan lebih menarik dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V SDN 04 Bandar Lampung , jika disajikan melalui diskusi dan masalah yang di bahas adalah masalah yang masih hangat dan terkait dengan kehidupan sehari-hari atau dari lingkungan siswa.
Berangkat dari hasil pelaksanaan pra-PTK, maka perancangan PTK dapat kita buat, melalui tahapan-tahapan dalam PTK

5. PERENCANAAN TINDAKAN

Berdasarkan masalah dan hipotesis tindakan yang telah berhasil dirumuskan, selanjutnya susunlah perencanaan tindakan untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan yang telah ditentukan di atas. Rencana tindakan ini mencakup seluruh langkah tindakan secara rinci. Tuliskanlah rencana tindakan yang diperlukan untuk melaksanakan PTK, mulai dari materi / bahan ajar, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang mencakup metode / teknik mengajar, sampai pada instrumen pengamatan (observasi) dan evaluasi.

Contoh ilustrasi
Bapak Yamin, seorang guru Kelas IV SDN 01 Endangrejo Lampung Tengah telah berhasil mengidentifikasi masalah yang terjadi pada pembelajaran IPA di kelasnya dan berhasil merumuskan masalah sebagai berikut: ”Apakah pembelajaran dengan metode eksperimen pola SEQIP pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi siswa kelas IV SD 01 Endangrejo?”. Kemudian Pak Yamin, merumuskan alternatif tindakan untuk memecahkan masalah tersebut dan merumuskan hipotesis tindakan (jawaban sementara terhadap masalah tersebut) yaitu ”Pembelajaran IPA Kelas IV SD dengan menggunakan metode eksperimen pola SEQIP dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi IPA siswa”. Selanjutnya, Pak Yamin melakukan persiapan dan perencanaan untuk melaksanakan PTK di kelasnya. Perncanaan yang disusun Pak Yamin adalah:
§  menetapkan materi pokok pada mata pelajaran IPA yang menjadi sumber masalah rendahnya hasil belajar siswa.
§  menetapkan rencana siklus tindakan, yaitu PTK akan dilakukan dalam tiga siklus tindakan.
§  menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
§  menyusun bahan ajar berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang berisi eksperimen pola SEQIP (Science Education Quality Improvement Project).
§  menyusun alat (instrumen) observasi baik untuk siswa maupun untuk guru peneliti.
§  menyusun rencana evaluasi (tes hasil belajar) untuk melihat tingkat penguasaan materi siswa pada tiap siklusnya.

6. PELAKSANAAN TINDAKAN

Pada tahap ini merupakan tahap implementasi (pelaksanaan) dari semua rencana tindakan yang telah dibuat. Strategi dan skenario pembelajaran yang telah ditetapkan pada perencanaan harus benar-benar diterapkan dan mengacu pada kurikulum yang berlaku. Tentu saja rencana tindakan di atas harus sudah ”dilatihkan” kepada pelaksana tindakan (guru peneliti) untuk dapat dilaksanakan di kelas agar sesuai dengan skenario pembelajaran yang dibuat. Pada PTK yang dilakukan oleh guru, pelaksanaan tindakan ini umumnya dilakukan dalam waktu antara 2 sampai 3 bulan, dengan jumlah siklus tertentu. Waktu dan jumlah siklus yang dilakukan tersebut dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan sajian beberapa materi pokok dari mata pelajaran tertentu. Contoh berikut menyajikan ringkasan skenario pembelajaran yang akan dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan.

7. TAHAP PENGAMATAN / OBSERVASI

Tahap pengamatan / observasi ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini, guru sebagai peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan lembar / instrumen observasi / evaluasi yang telah disusun. Termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario pembelajaran dari waktu ke waktu dan dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, ulangan harian, presentasi, nilai tugas, dll), tetapi juga data kualitatif yang menggambarkan keaktivan siswa, partisipasi siswa dalam pembelajaran, kualitas diskusi, dan lain-lain. Lembar pengamatan yang disusun bergantung dari data apa yang akan dikumpulkan, misalnya guru peneliti akan mengkaji aktivitas siswa dalam pembelajaran, guru dapat mengamati aktivitas Off Task (yaitu aktivitas yang tidak dikehendaki) atau aktivitas On Task (yaitu aktivitas siswa yang diinginkan).

8. TAHAP REFLEKSI

Dengan dibantu oleh hasil analisis data, guru merenungkan diri: mengapa satu kejadian berlangsung? dan mengapa seperti itu kejadiannya?. Guru juga merenung: mengapa satu usaha perbaikan berhasil dan mengapa usaha yang lain gagal?. Dengan melakukan refleksi, guru akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai dari PTK yang dilakukannya, apa yang belum dapat dicapai, dan apa yang masih perlu diperbaiki lagi pada pembelajaran berikutnya. Refleksi dalam PTK mencakup kegiatan analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang telah dilakukan. Hasil refleksi berupa kesimpulan yang mantap dan tajam. Hasil refleksi digunakan untuk menentukan langkah-langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan PTK. Bila masalah PTK belum tuntas atau indikator belum tercapai, maka PTK akan dilanjutkan pada siklus berikutnya melalui tahap-tahap yang sama dengan siklus sebelumnya.

9. MENYUSUN PROPOSAL (USULAN) PTK

Peneliti PTK dalam bentuk kolaborasi dapat terdiri dari dosen LPTK dan guru (TK, SD, SMP, SMA/SMK). Usulan / proposal PTK merupakan langkah awal dari kegiatan PTK, sedangkan langkah akhirnya adalah pelaporan PTK dan desiminasi.

Sistematika Usulan PTK
1. Judul.
Judul PTK haruslah dirumuskan secara singkat dan jelas, namun mampu menggambarkan masalah yang diteliti, tindakan perbaikan, hasil yang diharapkan, dan tempat penelitian. Judul penelitian hendaknya disusun tidak lebih dari 18 kata, bahkan ada pihak sponsor yang mensyaratkan jumlah kata pada judul PTK tidak boleh lebih dari 15 kata.

2. Pendahuluan Bagian ini merupakan bagian yang menjelaskan tentang masalah pembelajaran di kelas, proses identifikasi masalah, penyebab timbulnya masalah, dan alasan mengapa masalah itu penting untuk diteliti, atau dengan kata lain bagian ini menguraikan / menjelaskan Latar Belakang Masalah.
3. Perumusan dan Pemecahan Masalah
a. Perumusan masalah.
Pada bagian ini umumnya terdiri dari jabaran tentang perumusan masalah. Sebaiknya rumusan masalah dibuat dalam bentuk kalimat tanya. Perhatikan kembali bagian B (b) di atas. Dalam rumusan masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian. Selanjutnya dicari alternatif pemecahan masalahnya.
b. Pemecahan masalah.
Pada bagian ini berisi uraian tentang alternatif tindakan yang diambil untuk memecahkan masalah. Pendekatan dan konsep yang digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti hendaknya sesuai dengan kaidah penelitian tindakan kelas (PTK). Cara pemecahan masalah ditentukan berdasarkan pada akar penyebab timbulnya masalah dalam bentuk tindakan (action) yang jelas dan terarah.
4. Tujuan dan manfaat penelitian
a. Tujuan:
Kemukakan secara singkat tujuan penelitian tindakan kelas yang ingin dicapai dengan mendasarkan pada rumusan masalah yang telah dikemukakan. Tujuan penelitian ini berkaitan dengan usaha mencari jawaban apakah tindakan perbaikan yang kita lakukan berhasil sebagaimana yang diharapkan
b. Manfaat Penelitian:
Uraikan manfaat PTK ini terhadap kualitas pembelajaran dan/atau pendidikan, sehingga nampak manfaatnya bagi siswa, guru, sekolah, dan mungkin juga komponen sekolah lainnya. Lihat pembahasan sebelumnya.
5. Kajian pustaka
Pada bagian ini dicantumkan uraian kajian teori dan pustaka yang relevan dan menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan PTK. Kemukakan juga teori, temuan, dan hasil penelitian lain yang mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi masalah yang terjadi pada pembelajaran di kelas. Pada bagian akhir dapat dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan indikator keberhasilan tindakan yang diharapkan.
Sebagai contoh, seorang guru melakukan PTK dengan menerapkan model pembelajaran berkelompok (learning together), maka pada kajian pustaka harus jelas dapat dikemukakan:
§  Bagaimana teori learning together itu, siapa saja tokoh-tokoh yang mendukung / mengemukakan teori tersebut, apa yang spesifik dari teori ini, apa persyaratannya, dan lain-lain.
§  Bagaimana bentuk tindakan yang dilakukan dalam penerapan teori tersebut pada pembelajaran, strategi pembelajarannya, skenario pembeljarannya, dan sebagainya.
§  Bagaimana keterkaitan atau pengaruh penerapan model pembelajaran tersebut dengan perubahan yang diharapkan atau terhadap masalah yang akan dipecahkan, dan hendaknya dijabarkan dari berbagai hasil penelitian yang sesuai.
§  Bagaimana prakiraan hasil (hipotesis tindakan) dengan dilakukannya penerapan model tersebut pada pembelajaran terhadap masalah yang akan dipecahkan.
6. Metode penelitian / Prosedur penelitian
Prosedur penelitian hendaknya dirinci mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, hingga analisis dan refleksi yang bersifat daur ulang atau siklus tindakan. Tunjukkan juga siklus-siklus tindakan yang hendak dilakukan dengan menguraikan indikator keberhasilan yang ingin dicapai dalam setiap siklusnya. Jumlah siklus yang dilakukan bergantung pada kepuasan peneliti, tetapi hendaknya lebih dari satu siklus dan minimal 2 (dua) siklus tindakan. Perhatikan daur (siklus) PTK berikut:
Gambar Skema SiklusPenelitian

7. Jadwal kegiatan penelitian
Jadwal pelaksanaan penelitian meliputi persiapan, pelaksanaan, analisis dan persiapan siklus berikutnya, penyusunan laporan, dan penyerahan laporan. Jadwal penelitian sebaiknya dibuat dalam bentuk bar chart dan disusun sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
8. Personalia penelitian
Seluruh tim peneliti yang terlibat harus tercantum dengan jelas, nama, nip, pangkat / golongan, jabatan, bidang keahlian, alamat sekolah, alamat rumah, telpon, dan tugas pada pelaksanaan PTK.
9. Biaya penelitian
Berisi rincian pengeluaran biaya penelitian, mulai dari honor/upah peneliti, persiapan, pelaksanaan (pra observasi, pelaksanaan observasi, analisis data, dll), sampai pada penyusunan laporan.
10. Daftar Pustaka
Semua pustaka yang dirujuk guna mendukung penelitian yang dilaksanakan harus dituliskan pada bagian ini. Daftar pustaka ditulis secara konsisten mengikuti urutan abjad dan mengikuti aturan tertentu, misalnya American Psychology Association (APA).
Untuk buku teks: Nama penulis, Tahun., Judul buku., Penerbit, Kota penerbit.
• Jika sumber bacaan (buku atau lainnya) tidak ada nama penulis, maka nama penulis diganti dengan sebutan ”Anonim”.
Untuk Jurnal/Majalah: Nama Penulis, Tahun., Judul Tulisan., Nama jurnal/majalah (huruf miring), No., Volume.
Untuk Hasil Penelitian/Laporan Penelitian: Nama Peneliti, Tahun., Judul penelitian, Jenis penelitian., Sponsor/Sumber dana, Kota.
Contoh:
Anonim., 2005. Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas Tahun Anggaran 2006. Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Jakarta.
Heri Purwanto., 2001. Pembinaan Tutor Sebaya sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Kognitif Mahasiswa dalam Proses Pembelajaran Fisika Dasar I di Jurusan Fisika FMIPA UNS., Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Inovasi Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Sunyono, 2005., Optimalisasi Pembelajaran Kimia pada Siswa Kelas XI Semester 1 SMA Swadhipa Natar melalui Penerapan Metode Eksperimen Menggunakan Bahan yang Ada di Lingkungan., Laporan Hasil Penelitian (PTK), Dit.PPTK & KPT Ditjen Dikti, 2005.
Vossen, H., 1986. Kompendium Didaktik Kimia., Penerbit: CV. Remaja Karya. Bandung.

11. Lampiran
Pada bagian beisi lampiran-lampiran yang diperlukan untuk mendukung usulan PTK, umunya meliputi:
§  Instrumen Observasi dan Evaluasi
§  Rancangan Pembelajaran (Silabus dan RPP)
§  Curriculum Vitae Semua Tim Peneliti (jika kelompok)
§  Lain-lain yang dianggap perlu.



10. MELAKSANAKAN DAN MELAPORKAN PTK

Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Melaksanakan PTK
Berdasarkan uraian materi pada Kegiatan Belajar 1, setidaknya ada tiga hal penting yang perlu diingat, yaitu:
§  PTK merupakan penelitian yang mengikutsertakan secara aktif peran guru dan siswa dalam berbagai tindakan.
§  Kegiatan refleksi (perenungan/pemikiran) dilakukan berdasarkan pertimbangan rasional (menggunakan konsep ilmiah dan ada dasar teorinya) yang mantap dan valid guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya memecahkan masalah yang muncul.
§  Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat dilakukan di kelas).

Oleh sebab itu, dalam melaksanakan PTK hendaknya selalu memperhatikan hal-hal berikut ini:
§  PTK tidak boleh mengganggu proses pembelajaran dan tugas-tugas guru di sekolah.
§  PTK tidak boleh selalu menghabiskan banyak waktu, karena itu PTK harus dirancang dan dipersiapkan secara rinci dan matang.
§  Pelaksanaan PTK harus konsisten dengan rancangan yang telah dibuat.
§  Pelaksanaan PTK harus mengikuti etika kerja yang berlaku (ada ijin dari kepala sekolah, ada usulan, menyusun laporan, mempublikasikan, dsb).
§  Dalam melaksanakan PTK, harus disadari bahwa guru harus mampu dan mau melakukan perbaikan pembelajaran, sehingga rancangan yang dibuat benar-benar dapat dilaksanakan dengan penuh kesungguhan.
§  PTK harus dilaksanakan secara berdaur (bersiklus), setiap siklus harus dilakukan evaluasi melalui refleksi guna perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya.

Melaksanakan PTK
Anda masih ingat bahwa data yang perlu dikumpulkan dalam pelaksanaan PTK dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif merupakan data yang diperoleh melalui tes penguasaan materi siswa yang berupa nilai siswa dalam setiap daur (siklus). Data kualitatif merupakan data yang diperoleh melalui observasi (pengamatan) langsung terhadap jalannya proses pembelajaran. Data kualitatif diperoleh melalui instrumen pengamatan yang dapat berbentuk angket, lembar isian, pedoman wawancara, alat rekaman (audio/video), catatan lapangan, dan sebagainya. Contoh-contoh lembar observasi telah diuraikan pada Kegiatan Belajar 1 (bagian B3), dan untuk melakukan observasi pada kegiatan pembelajaran Anda perlu mengenal prinsip dasar observasi, dan jenis-jenis observasi.

Þ    Prinsip observasi
Ada lima prinsip dasar observasi yang akan dijelaskan secara singkat di bawah ini, yaitu:
1.      Perencanaan bersama;
Observasi yang baik diawali dengan melakukan perencanaan bersama antara peneliti, pengamat, dan yang diamati. Caranya:
o   Lakukan pertemuan dengan semua anggota tim (jika kolaborasi) untuk menyamakan persepsi.
o   Lakukan penjelasan kepada murid tentang kegiatan dan pengamatan yang akan dilakukan.
o   Jika PTK dilakukan secara mendiri, penyamaan persepsi dilakukan bersama murid untuk memberikan penjelasan tentang kegiatan pembelajaran, mata pelajaran, waktu, buku sumber, dan kelengkapan lainnya.
2. Fokus; Ada dua jenis fokus dalam pelaksanaan observasi, yaitu fokus umum dan fokus khusus.
o   Fokus umum adalah seluruh kegiatan yang berkaitan dengan PTK, terutama keseluruhan proses pembelajaran.
o   Fokus khusus adalah tindakan-tindakan yang telah dirumuskan dalam hipotesis tindakan (biasanya ditunjukkan pada skenario pembelajaran).
Dalam melakukan observasi fokus, perlu diperhatikan manfaat dan faktor subjektif yang mungkin saja dapat terjadi.
3. Membangun Kriteria; Observasi akan mudah dilakukan dan membantu guru dalam pelaksanaan PTK, jika kriteria keberhasilan PTK telah disepakati dan ditetapkan sebelumnya.
4. Keterampilan Observasi; Dalam melakukan observasi yang harus dikuasai oleh pengamat adalah Penggunaan segala jenis instrumen, sebelumnya perlu dilakukan uji coba instrumen. Setiap indikator yang terjadi dalam proses pembelajaran untuk direkam dalam pembelajaran. Menahan diri untuk tidak cepat mengambil keputusan dalam menginterpretasikan suatu peristiwa, artinya mencatat data apa adanya, jangan membuat penafsiran atau pendapat pada saat mengumpulkan data. Menciptakan suasana kondusif dan menghindari terjadinya sesuatu yang dapat menakuti guru atau siswa.
5. Balikan / Feedback; Hasil observasi harus dievaluasi guna memperoleh balikan, untuk memperoleh balikan ini, hal yang perlu diperhatikan adalah:
o   Balikan harus segra dilakukan setelah pengamatan dalam bentuk diskusi.
o   Balikan diberikan berdasarkan data faktual yang direkam secara cermat dan sistematis.
o   Data hasil pengamatan diinterpretasikan dengan melihat kriteria keberhasilan yang telah disepakati sebelumnya.
o   Guru peneliti yang diobservasi harus diberi kesempatan pertama untuk memberikan penafsiran data.
o   Diskusi yang dilakukan harus mengarah kepada perkembangan strategi pembelajaran untuk membangun konsep pembelajaran yang disepakati bersama.

Þ    Jenis-Jenis Observasi
Bila dilihat dari cara melakukan, observasi dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
1. Observasi Terbuka; Dalam observasi terbuka, pengamat tidak menggunakan lembar observasi, tetapi hanya menggunakan kertas kosong untuk merekam kejadian dalam pembelajaran yang diamati. Pengamat dapat menggunakan teknik-teknik tertentu dalam merekam jalannya pembelajaran. Teknik tersebut dapat berupa penggunaan catatan lapangan, alat perekam audio/video, dan lain-lain.
2. Observasi terfokus; Observasi terfokus secara khusus ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dalam proses pembelajaran, misalnya: partisipasi siswa dalam pembelajaran, dampak penguatan pada siswa, jenis pertanyaan yang diajukan guru, keterampilan siswa dalam merangkai alat, dan sebagainya.
3. Observasi terstruktur; Dalam observasi terstruktur ini, pengamat menggunakan instrumen observasi yang terstruktur dan siap pakai, pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda check list (V) pada tempat yang disediakan.
4. Observasi sistematik; Dilihat dari aspek yang akan diamati, observasi sistematis ini lebih rinci dibanding observasi terstruktur. Dalam pelaksanaannya, pengamat mengandalkan penggunaan koding atau skala interaksi yang melihat interaksi guru dan murid. Sama dengan observasi terstruktur, pengamat hanya membubuhkan tanda (V). Misalnya, aspek yang diamati adalah pemberian penguatan guru, maka data yang diamati dikategorikan menjadi penguatan verbal dan non verbal.

Contoh 1, Catatan lapangan
Catatan lapangan ini dapat berupa catatan harian guru, yang berisi rekaman perkembangan guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran. Misalnya; Pak Yamin (Guru SDN 01 Endangrejo) melaksanakan PTK untuk siklus 1. Pada pertemuan pertama catatan yang ditulis oleh pengamat adalah;
Nama Guru yg Diamati:
Yamin
Kelas tempat Mengajar:
IV
Tanggal Pengamatan :
12 September 2006
Mata Pelajaran :
Ilmu Pengetahuan Alam
Nama Pengamat :
Suharyanto
Kejadian yang diamati :
Ketika Guru mengajukan pertanyaan: ” Mengapa permukaan bulan yang terlihat dari bumi hampir selalu sama?
Respon siswa :
-          Tidak ada yang menjawab pada kesempatan pertama
-          Setelah diberi arahan dan dituntun, ada 2 anak yang menjawab

Lain-Lain :

-          Anak-anak kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran
-          Guru kurang memotivasi siswa, perhatian belum mengarah pada semua siswa, dan contoh yang diberikan tidak menyentuh kebutuhan siswa.



11. ANALISIS DAN REFLEKSI

Analisis data
Analisis data setelah observasi tidak sama dengan interpretasi yang dilakukan pada saat observasi. Interpretasi dilakukan pada saat observasi atau pada saat diskusi balikan, sedangkan analisis data dilakukan setelah satu paket (siklus) pembelajaran dilaksanakan secara keseluruhan. Misalnya, jika pembelajaran siklus 1 direcanakan 3 kali pertemuan, maka analisis data dilakukan setelah ketiga pembelajaran tuntas dilaksanakan. Dengan demikian, pada setiap pertemuan pembelajaran akan muncul interpretasi pengamat atau guru yang dimanfaatkan untuk melakukan penyesuaian rencana perbaikan pembelajaran, dan pada setap akhir daur (siklus) pembelajaran diadakan analsis data secara keseluruhan untuk menghasilkan informasi yang dapat menjawab masalah dan menguji hipotesis tindakan yang telah dirancang guru. Analisis data ini dapat dilakukan dengan beberapa tahap, misalnya:
§  Tahap seleksi dan pengelompokan data; Pada tahap ini, data diseleksi dan jika memungkinkan data direduksi atau ada yang dibuang. Kemudian data diorganisasikan sesuai dengan hipotesis atau pertanyaan masalah penelitian yang ingin dicari jawabannya.
§  Tahap pemaparan dan deskripsi data; Data yang telah diorganisasikan selanjutnya dideskripsikan sehingga memiliki makna. Mendiskripsikan data dapat dilakukan dalam bentuk narasi, grafik, tabel, diagram, dan lain-lain.
§  Tahap penyimpulan atau pemberian makna; Setelah dideskripsikan dibuatlah kesimpulan dalam bentuk pernyataan atau uraian singkat.

Contoh :
Data tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran dan hasil tes penguasaan materi siswa pada mata pelajaran kimia di kelas XI semester 1 dengan penerapan metode eksperimen berbasis lingkungan.

Refleksi
Refleksi dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul dan kemudian melakukan evaluasiguna menyempurnakan tindakan berikutnya. Untuk lebih memahami bagaimana refleksi dilakukan, berikut diberikan satu contoh:
Contoh refleksi
Berdasarkan data hasil observasi dan tes hasil belajar siswa yang dilakukan pada akhir siklus 1, Pak Yamin dan Pak Suharyanto (observer) duduk bersama dan dihadiri pengawas (sebagai pakar) membahas hasil-hasil pengamatannya selama pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatannya menunjukkan: Hanya 2 orang siswa yang mendapat kesempatan menjawab pertanyaan guru, dan hanya satu yang benar pada pertemuan pertama. Sedangkan pada peretemuan-pertemuan berikutnya meningkat tetapi masih sangat sedikit, yaitu secara keseluruhan hanya 8 orang saja (dari 3 kali pertemuan).  Ketika percobaan (eksperimen) dilakukan terjadi keributan kecil, karena semua anak ingin mencoba. Partisipasi siswa dalam pembelajaran juga tidak memuaskan, hanya 30% siswa yang selalu aktif bertanya, terampil melaksanakan percobaan, dan berdiskusi.
Berdasarkan data yang terkumpul tersebut, Pak Yamin berusaha menelaah untuk mencari masalah yang muncul pada pembelajaran yang telah dilaksanakannya. Hasilnya bahwa hasil tes penguasaan materi siswa sudah cukup baik (rata-rata di atas ketuntasan belajar minimal sekolah) meskipun pembelajaran belum optimal dimana sedikit sekali siswa yang aktif dan guru tidak fokus dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil telaah ini, Pak Yamin melakukan refleksi dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut:
Þ    Mengapa saya tidak dapat menyebarkan pertanyaan kepada minimal 10 siswa untuk setiap kali pertemuan?
Þ    Mengapa perhatian saya saat pembelajaran hanya terpusat pada beberapa siswa saja?
Þ    Apakah saya terpaku kepada siswa tertentu yang duduk di depan atau di belakang? Apakah siswa yang duduk di tengah tidak pernah mendapat perhatian saya dan tidak pernah saya beri kesempatan untuk menjawab pertanyaan dan bertanya?
Þ    Mengapa pembentukan kelompok dan eksperimen mebuat siswa menjadi ribut? Apakah saya tidak menentukan aturan pembentukan kelompok dan tidak membacakan aturan dalam bereksperimen?

Selanjutnya dengan dibantu teman sejawat dan pengawas, Pak Yamin membuat rencana perbaikan pada pembelajaran siklus 2, yaitu:
Þ    Sebaran pertanyaan akan diusahakan lebih merata (minimal 10 anak).
Þ    Perhatian guru harus menyeluruh, tidak terfokus dan terpaku pada siswa tertentu saja.
Þ    Memperbanyak jumlah pertanyaan yang akan diberikan kepada siswa.
Þ    Pada pembentukan kelompok, guru akan menetukan aturan dan syarat pengelompokan.
Þ    Sebelum melaksanakan percobaan, guru lebih dahulu membacakan aturan melaksanakan percobaan.
Þ    Pembelajaran akan lebih dioptimalkan dengan memaksimalkan sarana yang ada (misdalnya alat bantu/media).
Þ    Setelah percobaan, setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerjanya.

12. MENYUSUN LAPORAN PTK

Sistematika laporan PTK
Sistematika laporan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang telah di keluarkan oleh Dirjen PMPTK (Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan) adalah
Bagian awal; Bagian ini meliputi:
§  Halaman Judul (Kulit Muka)
§  Halaman Pengesahan
§  Abstrak
Abstrak merupakan uraian singkat tetapi lengkap yang memuat hal-hal pokok yang diawali dengan judul penelitian, permasalahan dan tujuan, prosedur pelaksanaan, hasil temuan/penelitian, dan kesimpulan. Abstrak sebaiknya ditulis dalam Bahasa Inggris atau dapat juga dalam Bahasa Indonesia dan tidak lebih dari 250 kata.
§  Kata Pengantar
Kata pengantar sebaik tidak terlalu panjang, cukup pendek saja sekitar satu halaman, di dalamnya dikemukakan tujuan penelitian, masalah yang muncul, siapa penyandang dananya (sponsor) dan ucapan terima kasih kepada yang memberikan bantuan. Kata pengantar ini sebaiknya ditulis oleh peneliti itu sendiri.
§  Daftar isi
Daftar ini menunjukkan bagian-bagian dari laporan dan dari sini dapat dilihat hubungan antara bagian yang satu dengan bagian lainnya. Untuk tabel, grafik, diagram, gambar, maupun peta sebaiknya dibuat daftar isi sendiri dengan nama daftar tabel, daftar grafik, daftar diagram, atau daftar gambar.

Bagian isi; meliputi:
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemukakan hal-hal yang memicu terjadinya permasalahan mulai dari yang kaitannya kurang erat sampai kepada yang kaitannya sangat erat (khusus) terhadap masalah. Ungkapkan gejala-gejala kesenjangan yang terdapat di kelas selama ini sebagai dasar pemikiran untuk memunculkan permasalahan. Ada baiknya kalau diutarakan kerugian-kerugian apa yang bakal muncul apabila masalah tersebut dibiarkan tidak diteliti dan keuntungan-keuntungan apa yang bakal diperoleh apabila masalah tersebut dipecahkan melalui penelitian.
B. Rumusan Masalah
Rumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan yang singkat dan jelas. Dalam rumusan masalah tersebut harus nampak variabel-variabel yang diteliti. Bila memungkinkan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lainnya ditonjolkan. Definisi operasional untuk setiap variabel yang diteliti harus nampak indikator-indikatornya yang kemudian akan dijabarkan dalam instrumen penelitian.
C. Tujuan Penelitian
Rumusan tujuan penelitian mengarah kepada hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai dilakukan. Oleh sebab itu, rumusan tujuan ini harus konsisten dengan rumusan masalah dan mencerminkan pula proses penelitiannya. Lihat penjelasan sebelumnya
D. Manfaat Penelitian
Lihat bagian proposal

BAB II. KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA
Kajian pustaka ini sangat penting dalam suatu karya ilmiah, karena dengan kajian pustaka dapat ditunjukkan kedudukan suatu penelitian di tengah-tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang yang diteliti. Dalam kajian pustaka harus memuat hal-hal sebagai berikut:
  • teori utama dan teori turunannya dalam bidang yang diteliti.
  • yang pernah dilakukan oleh orang lain dalam bidang yang diteliti
  • pengetahuan/sesuatu yang telah diketahui berdasarkan hasil penelitian terdahulu.
  • kajian komprehensif, sehingga dapat diketahui bahwa masalah yan dirumuskan memang harus diteliti.

BAB III. PROSEDUR PENELITIAN
Uraikan secara jelas prosedur penelitian yang telah dilakukan, tentu saja harus sesuai dengan proposal yang telah disusun sebelumnya. Ketidaksesuaian antara proposal dengan Laporan PTK bila memang terjadi, maka itu hanya dibolehkan pada teknis lapangan, misalnya direncanakan pada proposal cara melakukan observasi adalah dengan observasi terbuka. Namun, karena berbagai kendala, observasi tersebut tidak dapat dilakukan dan yang dilakukan adalah observasi terstruktur. Oleh sebab itu, kendala-kendala tersebut perlu diuraikan secara singkat. Dengan demikian, pada Laporan perlu diuraikan cara melakukan observasi terstruktur tersebut dan siapa observernya. Kemukakan alat pengumpul data, teknik penjaringan data, serta proses triangulasi yang dilakukan untuk menunjukkan keakuratan data yang diperoleh. Pada prosedur penelitian juga perlu diuraikan secara rinci cara refleksi yang dilakukan. Apa saja yang dilakukan pada setiap siklus dan target yang ingin dicapai pada setiap siklusnya juga perlu diuraikan secara jelas.
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bagian ini menyajikan uraian dari tiap siklus dengan data lengkap. Tunjukkkan adanya perbedaan antara tindakan pembelajaran yang telah dilakukan secara inovatif dengan pembelajaran biasa tanpa inovasi atau pembelajaran yang sering dilakukan selama ini. Tabel, diagram, dan grafik sangat baik digunakan untuk menyajikan data. Pada refleksi diakhir setiap siklus berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan (dapat melalui grafik atau diagram atau lainnya) dan kelemahan-kelamahan yang terjadi selama tindakan pembelajaran berlangsung. Kemukakan adanya perubahan / kemajuan / perbaikan yang terjadi pada diri siswa, lingkungan kelas, guru, motivasi belajar / aktivitas belajar, dan hasil belajar. Pembahasan dalam bab ini disajikan dalam bentuk siklus-siklus, sesuai dengan jumlah siklus yang telah dijalankan.

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
1) Simpulan
Sajikan simpulan dari hasil penelitian sesuai dengan analisis, tujuan penelitian, dan hipotesis tindakan yang telah dirumuskan sebelumnya. Jawaban tidak saja berupa hasil, tetapi berisi juga produk dan proses.
Contoh:
Jika pertanyaan penelitian yang dikemukakan pada rumusan masalah adalah ”Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa melalui cooperative learning? Jawaban atas pertanyaan tersebut dapat diperoleh melalui tes penguasaan materi dan atau observasi langsung untuk melihat motivasi siswa selama proses pembelajaran. Dalam kesimpulan, guru perlu mendeskripsikan proses pembelajaran yang telah berlangsung. Strategi dan metode penting yang membuat cooperative learning berhasil meningkatkan hasil belajar siswa hendaknya dituliskan secara sistematis.
2)      Saran.
Saran diperlukan apabila hasil penelitian menyangkut pendukung bagian lain sekolah, atau menyangkut sistem yang lebih luas dari sekedar kelas (misalnya, menghendaki adanya perubahan pengaturan jadwal di sekolah, peningkatan keterampilan guru mengajar, dan sebagainya). PTK bersifat kontekstual, sehingga pemberian saran sebenarnya kurang bermanfaat. Jangan memberikan saran tentang perlunya PTK ini diteruskan atau diperluas, karena hal itu kurang relevan.
Contoh Saran:
Salah : “Untuk meningkatkan interaksi pembelajaran, sebaiknya guru mengefektifkan metode bertanya”.
Benar : 1. “Untuk meningkatkan interaksi pembelajaran guru harus mengefektifkan metode bertanya dengan cara merumuskan struktur pertanyaan yang benar, dan memberi kesempatan kepada murid untuk berfikir sebelum menjawab”.
Benar : 2. “Dinas Pendidikan / Kepala sekolah perlu menyelenggarakan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan bertanya guru”.

3. Bagian penunjang; dapat meliputi:
Daftar pustaka
Lampiran-lampiran; Berisi lampiran tentang instrumen yang digunakan dalam penelitian, data penelitian, contoh lembar jawaban dari siswa / guru, Foto-foto kegiatan, ijin penelitian, biodata peneliti, dan dokumen-dokumen lain yang dipandang perlu.

13. ETIKA DALAM MENULIS LAPORAN PTK

Ada beberapa etika yang harus diikuti oleh guru yang melaksanakan PTK dalam menuliskan laporan hasil PTK-nya, antara lain:
§  Ingat prinsip PTK, bahwa PTK bukan untuk pembenaran diri (self justification) akan tetapi untuk mengungkap kebenaran, walaupun dalam jangkauan keterterapannya (range of generalizability) terbatas.
§  Dengan PTK, guru dilatih untuk disiplin dan jujur. Kejujuran dan kedisiplinan merupakan modal awal dalam mengerjakan atau mencapai sesuatu, termasuk dalam menulis karya ilmiah atau laporan penelitian. Hal yang perlu dipahami bahwa penulis laporan (dalam hal ini guru) harus jujur pada diri sendiri dan kepada masyarakat yang akan membaca laporan PTK ini.
§  Objektivitas; Objektivitas sangat berkaitan dengan kejujuran. Data yang telah dikumpulkan harus ditafsirkan secara objektif, tanpa mempertimbangkan tingkat keberhasilan PTK, karena objektoivitas yang tinggi mencerminkan hasil penelitian yang benar-benar sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Perlu diperhatikan bahwa ada dua peran PTK, yaitu peran involvement (melibatkan guru secara langsung sebagai subjek) dan peran Improvement (menempatkan guru untuk melakukan perbaikan, termasuk pola berfikir, dan cara kerja). Oleh sebab itu, guru peneliti PTK harus memiliki objektivitas yang tinggi.
§  Dalam melaporkan hasil PTK harus apa adanya. Apakah hipotesis terbukti atau tidak, apakah tujuan tercapai atau tidak, itu adalah hasil penelitian. Oleh sebab itu, hindarkan usaha-usaha untuk memanipulasi data agar hasil penelitian cocok dengan hipotesis atau tujuan.
§  Dalam hal mengutip pendapat/teori atau menggunakan sumber dari buku atau laporan penelitian orang lain, harus dicantumkan sumbernya dan penulisnya. Mengutip disini termasuk menggunakan data, informasi, konsep, gambar, atau hasil penelitian orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar