Jumat, 30 Maret 2012

Penelitian Tindakan Kelas BAB IV


BAB 4

PENENTUAN FOKUS MASALAH


1.      MEMUNCULKAN DAN MENGIDENTIFIKASI MASALAH

Bagaimanakah cara memunculkan masalah itu? Jika Anda telah menemukan masalah, apa yang harus Anda lakukan selanjutnya? Mungkinkah masalah yang muncul tersebut adalah masalah yang mendasar dan krusial, ataukah masalah yang muncul akibat ada masalah lain? Oleh karena itu, bagaimana cara menentukan fokus masalah?
Apa yang dimaksud dengan masalah? Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan, atau masalah adalah situasi yang tidak memuaskan pikiran dan perasaan yang mendorong orang dalam hal ini pendidik untuk mencari solusi.
Masalah dalam pendidikan adalah harapan tentang kondisi pembelajaran yang berkualitas.
Mengambil inspirasi dari kisah Isaac Newton tersebut, maka Anda sebagai pendidik tentu tidak akan menemukan masalah jika tidak pernah merefleksikan kembali apa yang selama ini Anda lakukan dalam proses pembelajaran. Refleksi berarti merenung/memikirkan kembali apa yang telah dilakukan. Melalui refleksi, guru seolah-olah melakukan introspeksi terhadap dirinya. Apa yang telah dilakukan dalam pembelajaran? Bagaimana hasilnya? Bagaimana respon siswa? Mengapa terjadi demikian, dan seterusnya.
Seorang guru yang akan melakukan PTK terlebih dahulu harus memiliki masalah, sehingga ia tertantang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya dalam pembelajaran tersebut. Manakala seorang guru tidak punya masalah maka ia tidak akan berikhtiar untuk mencari solusi bagi masalahnya. Oleh karena itu, seorang peneliti harus pandai memunculkan suatu masalah yang biasa dihadapi dalam kehidupan sehari-hari yaitu kehidupan dalam kegiatan pembelajaran. Case study merupakan catatan pribadi mengenai pengalaman mengajarnya.
Dalam hal ini guru mengungkapkan kejadian yang real, faktual, dan kontekstual.
Ketika menulis case study, sesungguhnya guru sedang melakukan refleksi. Bermula dari case study, Anda dapat mencari tahu masalah yang ada didalamnya dan mempertanyakan solusinya.


a.      Memunculkan Masalah
Silahkan Anda menyimak secara perlahan-lahan dan teliti informasi Bu Guru saat melakukan pembelajaran. Masalah yang ada dalam pembelajaran diangkat dengan cara memilih kesenjangan antara idealisme dalam pembelajaran yaitu guru dalam mengajar menunjukkan keberhasilannya dengan ditandainya hasil evaluasi yang baik, siswa menunjukkan kesungguhan dan perhatian yang tinggi. Dicermati pula dengan fakta yang ada dalam pembelajaran Bu Guru yaitu siswa tidak menguasai pembagian yang hasilnya merupakan bilangan pecahan, keaktifan rendah, daya ingat rendah dan cenderung santai.
Tujuan pembelajaran yang dilaksanakan Bu Guru adalah agar siswa dapat mengubah pecahan biasa menjadi pecahan dalam bentuk persen. Fakta apa yang diperoleh di kelas saat Bu Guru mengajar?
Perhatikan kalimat yang berbunyi: “Ternyata didapatkan anak dalam menjawab mengubah pecahan biasa menjadi persen dengan cara menebak”. Anak dalam menjawab mengubah pecahan biasa menjadi persen dengan cara menebak merupakan masalah dalam pembelajaran. Perhatikan kalimat dalam naskah yang berbunyi seperti berikut. “Bagaimana prosesnya sehingga muncul angka lima puluh”? Anak-anak terdiam. Rupanya mereka menebak. Anak-anak menjawab dengan cara menebak juga merupakan masalah yang dihadapi Bu Guru.
Masalah lain yang dijumpai adalah anak tidak konsentrasi dalam belajar atau ia melamun dalam mengikuti pelajaran. Hal tersebut didapat pada naskah yang berbunyi seperti berikut:” Saya lanjutkan lagi dengan angka lain dengan cara yang sama. Baru tersendat ketika saya memanggil seorang siswa yang saya perhatikan pandangannya ke papan tulis seperti kosong. Saya menyuruh siswa tersebut untuk menyelesaikan contoh soal.
Bagi siswa yang melamun dalam mengikuti pelajaran, tentu tidak akan mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan yaitu dapat mengubah pecahan biasa menjadi pecahan dalam bentuk persen. Siswa yang melamun dan mengapa ia melamun dalam mengikuti pelajaran merupakan masalah dalam pembelajaran.
Masalah yang juga kita jumpai adalah siswa kurang aktif dan cenderung santai dalam pembelajaran. Hal tersebut dapat kita jumpai pada naskah yang berbunyi: “Setiap kelompok yang sedang bekerja saya datangi berulang-ulang untuk memberi bimbingan. Selalu saja saya temukan dalam setiap kelompok ada siswa yang kurang aktif dan cenderung santai”
Faktor ketidakmampuan dalam mengali atau membagi juga merupakan masalah yang menyebabkan beberapa anak bersikap kurang aktif dan cenderung santai dalam menyelesaikan tugasnya. Fakta tersebut dapat kita jumpai pada kalimat yang berbunyi: “Ketika saya menanyakan mengapa mereka tidak berpartisipasi dalam pembelajaran, jawaban mereka hampir seragam. Mereka mengatakan bahwa ketika saya masih sedang membagi atau mengalinya teman lain sudah dapat hasilnya, mereka berlomba-lomba untuk cepat siap. “Kamu terbentur di mana sehingga kamu tertinggal? Waktu mengali dan membagi, Bu”, jawab si anak. Oh, ternyata ini masalahnya. Rupanya faktor ketidakmampuan dalam mengali atau membagi pada sebagian anak tersebut bisa membuat anak tersebut bersikap kurang aktif dan cenderung santai dalam menyelesaikan tugasnya. Pada anak yang lain bisa menjadi faktor pemacu untuk menjadi lebih bersemangat dan belajar giat agar tidak merasa tertinggal dengan teman yang lain.
Masalah lain yang juga dihadapi Bu Guru adalah daya ingat siswa memiliki tingkatan yang berbeda-beda atau daya ingat siswa heterogen. Hal ini dapat dilihat pada kalimat yang berbunyi: “setiap anak mempunyai tingkatan daya ingat yang berbeda-beda sehingga walaupun sudah dilatih menghafal perkalian berulang-ulang, pada sebagian anak hanya sedikit yang dia ingat”.
Masalah-masalah tersebut di atas dapat menyebabkan tujuan pembelajaran yang dilakukan Bu Guru tidak tercapai secara tuntas. Disamping itu dalam pembelajaran yang dilakukan terkesan guru yang lebih dominan, sedangkan siswa hanya mengikuti saja instruksi guru. Guru tidak memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk mengkonstruk pengetahuan melalui proses kegiatan belajar mengajar. Hal ini dapat dilihat dari kalimat berikut: “Saya memulai pembelajaran dengan mengadakan tanya jawab seputar materi yang lalu. Saya bertanya pada siswa, “Apa arti persen, siapa yang dapat menuliskan lambang bilangan lima belas persen”.
Berdasarkan uraian di atas nampak banyak masalah yang muncul dalam pembelajaran yang dilakukan Bu Guru yaitu:
  • Siswa tidak menguasai pembagian yang hasilnya merupakan bilangan pecahan, keaktifan rendah, dan cenderung santai. Hal tersebut merupakan masalah karena siswa tidak menguasai pembagian sehingga menjadi kendala dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari. Demikian pula siswa yang kurang aktif, daya ingat rendah serta perilaku yang santai dapat mengakibatkan lambannya penguasaan konsep yang dipelajari. Akibatnya tujuan pembelajaran yang dilakukan guru menjadi terhambat.
  • Terdapat siswa yang menjawab untuk mengubah pecahan biasa menjadi persen dengan cara menebak. Siswa dalam menjawab mengubah pecahan biasa menjadi persen dengan cara menebak merupakan masalah karena mengakibatkan siswa terbiasa tidak jujur yaitu asal-asalan dalam menjawab sehingga tidak ada kepastian yang tepat dalam menyelesaikan masalah. Tentu hal tersebut menyebabkan tidak lancarnya dalam proses pembelajaran.
  • Mereka mengalami kesulitan dalam mengalikan pecahan dengan suatu bilangan tertentu.
  • Kesulitan siswa mengalikan pecahan akan menjadi kendala dalam menguasai konsep yang dipelajari.
  • Siswa tidak konsentrasi atau melamun saat mengikuti pelajaran. Tidak konsentrasinya siswa mengikuti pelajaran merupakan kendala karena konsentrasi sangat diperlukan sehingga pembelajaran menjadi lancar.
  • Tingkatan yang berbeda-beda atau daya ingat siswa heterogen. Daya tanggap siswa yang heterogen saat mengikuti pelajaran dapat membuat proses pembelajaran tidak lancar.
  • Siswa mengalami kesulitan dalam melakukan pembagian delapan dari seratus. Kesulitan siswa melakukan pembagian delapan dari seratus biasanya akan diikuti kesulitannya melakukan pembagian delapan dari seribu dan lainnya. Tentu kesulitan tersebut merupakan kendala dalam pembelajaran.
  • Sebagian anak kurang teliti dalam mengerjakan soal. Kurang teliti mengerjakan soal juga merupakan kendala dalam pembelajaran karena akan menghambat tujuan pembelajaran.
  • Dalam pembelajaran terkesan guru lebih dominan, sedangkan siswa hanya mengikuti saja instruksi guru. Pembelajaran secara dominan yang dilakukan guru dikatakan sebagai pembelajaran teachers centre dapat mengakibatkan siswa hanya menuruti perintah guru dan akan mematikan kreatifitas siswa. Kekurangmandirian siswa akan muncul dan bila hal ini berlarut-larut akan menciptakan sifat menunggu perintah bagi siswa dalam segala hal.

b. Mengidentifikasi Masalah
Langkah awal yang cukup penting bagi Anda untuk digunakan dalam memecahkan masalah adalah mengenali masalah tersebut secara cermat dan teliti agar dapat ditemukan masalah nyata dalam pembelajaran. Di atas telah dimunculkan masalah masalah dalam pembelajaran yang mengakibatkan kekuranglancaran dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan. Mengidentifikasi masalah yang dihadapi dalam pembelajaran berarti mentabulasi secara rinci setiap masalah yang muncul dalam kegiatan pembelajaran. Mengidentifikasi masalah yang dihadapi perlu dilakukan secara kolaboratif bersama kolega guru yang sedang melakukan PTK, agar diperoleh masalah yang benar-benar krusial dalam pembelajaran. Masalah yang dicermati dapat berasal dari siswa, guru, media maupun lingkungan.
Berdasarkan masalah yang muncul dalam case study Bu Guru, Anda dapat mengidentifikasi masalah secara lebih rinci dalam bentuk kalimat berita sebagai berikut:
  • Siswa tidak menguasai pembagian yang hasilnya merupakan bilangan pecahan
  • Siswa tidak aktif dalam mengikuti pelajaran
  • Daya ingat siswa rendah
  • Siswa cenderung santai dalam menerima pelajaran
  • Siswa kurang teliti dalam menyelesaikan soal
  • Siswa mengalami kesulitan dalam melakukan pembagian dari bilangan tertentu
  • Siswa hanya menebak dalam mengubah pecahan biasa menjadi persen
  • Siswa kesulitan mengalikan pecahan dengan suatu bilangan tertentu
  • Guru banyak mendominasi kegiatan dalam pembelajaran
Kesembilan kalimat berita tersebut di atas merupakan identifikasi masalah dalam proses pembelajaran Bu Guru.

2.      MENGANALISIS DAN MERUMUSKAN MASALAH

a. Menganalisis Masalah

Apabila masalah dalam pembelajaran matematika telah berhasil diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah menganalisis masalah tersebut. Analisis masalah bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai karakteristik masalah sehingga dapat disimpulkan kemungkinan penyebab timbulnya masalah-masalah tersebut.
Berdasarkan karakteristik masalah, Anda dapat menentukan tindakan apa yang tepat guna menyelesaikan masalah tersebut. Analisis masalah dilakukan dengan cara mengklasifikasi kecenderungan masalah tersebut ditinjau dari berbagai perspektif. Perspektif yang umum digunakan dalam analisa pembelajaran adalah metode pembelajaran, materi pembelajaran, atau media pembelajaran.
Perhatikan masalah yang telah diidentifikasi berikut:
  • Siswa tidak menguasai pembagian yang hasilnya merupakan bilangan pecahan
  • Siswa tidak aktif dalam mengikuti pembelajaran
  • Daya ingat siswa rendah
  • Siswa cenderung santai dalam menerima pelajaran
  • Siswa kurang teliti dalam menyelesaikan soal
  • Siswa mengalami kesulitan dalam melakukan pembagian dari bilangan tertentu
  • Siswa hanya menebak dalam mengubah pecahan biasa menjadi persen
  • Siswa kesulitan mengalikan pecahan dengan suatu bilangan tertentu
  • Guru banyak mendominasi kegiatan dalam pembelajaran

Berbagai masalah tersebut muncul dimungkinkan karena:
  • Siswa belum menguasai pengetahuan prasyarat untuk mempelajari materi mengubah pecahan biasa menjadi persen
  • Siswa belum menguasai konsep mengubah pecahan biasa menjadi persen
  • Siswa kurang konsentrasi dalam belajar
  • Guru mendominasi dalam pembelajaran yaitu aktif menjelaskan sementara siswa hanya pasif mendengarkan dan melaksanakan perintah guru

Dari analisis tersebut muncul suatu pertanyaan. Apakah guru telah menerapkan PAKEM? Apakah guru dalam pembelajaran telah menggunakan salah satu tipekooperatif? Apakah pendekatan yang digunakan telah sesuai dengan taraf berpikir siswa? Apakah guru sudah memanfaatkan media dalam pembelajaran matematika seperti alat peraga?
Mungkinkah berbagai masalah tersebut muncul karena karakteristik materi pembelajarannya? Apakah terdapat kesalahan konsep yang disampaikan guru?
Apakah materi ajar cukup menarik perhatian siswa?
Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut, diperoleh kecenderungan bahwa masalah tersebut muncul karena strategi pembelajaran yang digunakan tidak berpusat pada siswa. Kesimpulan yang dapat dimunculkan adalah perlu melakukan inovasi dalam strategi pembelajaran.
Dari masalah-masalah yang ada diupayakan dilakukan pembenahan atau tindakan sehingga dapat menanggulangi kelemahan/kekurangan yang terjadi dalam pembelajaran. Dalam melakukan penelitian dimungkinkan semua masalah sekaligus diselesaikan dengan satu perlakuan, namun secara prioritas perlu dipilih fokus masalah yang akan diperbaiki atau dicari solusinya. Untuk itu diperlukan batasan masalah dengan cara memilih masalah-masalah yang akan dilakukan tindakan, dalam hal ini perlakuan tindakan kelas.
Fokus masalah adalah masalah yang mendasar, krusial/penting, dalam jangkauan kemampuan peneliti, dan fokus masalah ini diduga menjadi penyebab utama munculnya masalah lain. Fokus masalah untuk case study Bu Guru misalnya keaktifan siswa, ketelitian siswa, daya ingat siswa, penggunaan media, atau penguasaan konsep.

b.      Merumuskan Masalah

Rumusan Masalah dalam penelitian tindakan adalah beberapa pertanyaan yang akan terjawab setelah tindakan selesai dilakukan. Rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya dengan memperhatikan :
§  masalah hendaknya dirumuskan secara jelas
§  perumusan tidak mempunyai makna ganda
§  rumusan masalah pada umumnya menunjukkan hubungan dua variabel yaitu hubungan antara masalah dengan alternatif tindakan.
§  rumusan masalah hendaknya dapat diuji
§  rumusan masalah hendaknya menunjukkan secara jelas subjek dan/atau lokasi penelitian

Alternatif rumusan masalah untuk case study “Ketika Proses Mengalikan atau Membagi Menjadi Faktor Penentu” sebagai berikut.
  • Apakah pembelajaran dengan pendekatan kooperatif tipe Student Teams Achievment Divisions (STAD) dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mempelajari materi mengubah pecahan biasa menjadi persen di kelas V SD? Perumusan cukup jelas, tidak mengandung kalimat tidak bermakna, memuat dua variabel kunci yaitu pembelajaran dengan kooperatif tipe STAD dan keaktifan siswa dalam mempelajari bilangan pecahan. Keaktifan siswa meningkat atau tidak dapat diuji dengan menggunakan lembar pengamatan.
  • Apakah penerapan pembelajaran dengan pendekatan kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan daya ingat siswa mempelajari materi mengubah pecahan biasa menjadi persen di kelas V SD? Perumusan cukup jelas, tidak mengandung kalimat tidak bermakna, memuat dua variabel kunci yaitu pembelajaran dengan kooperatif tipe Jigsaw dan daya ingat siswa untuk mempelajari konsep bilangan pecahan. Daya ingat siswa untuk mempelajari konsep bilangan pecahan meningkat atau tidak dapat diuji dengan menggunakan instrumen tes.
  • Apakah pembelajaran dengan pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) dapat meningkatkan ketelitian siswa dalam mempelajari materi mengubah pecahan biasa menjadi persen dikelas V SD? Perumusan cukup jelas, mengandung kalimat bermakna, memuat dua variabel kunci yaitu pembelajaran dengan pendekatan PAKEM dan ketelitian siswa dalam mempelajari matematika. Ketelitian siswa dalam mempelajari matematika dapat diuji dengan menggunakan instrumen tes.
  • Apakah pembelajaran dengan pendekatan kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan penguasaan konsep mengubah pecahan biasa menjadi persen di kelas V SD? Perumusan cukup jelas, mengandung kalimat bermakna, memuat dua variabel kunci yaitu pembelajaran dengan pendekatan kooperatif tipe TGT dan penguasaan konsep pecahan. Penguasaan konsep pecahan dapat diuji dengan menggunakan instrumen tes.
  • Apakah pembelajaran dengan menggunakan LKS dapat meningkatkan prestasi belajar mengubah pecahan biasa menjadi persen di kelas V SD? Perumusan cukup jelas, mengandung kalimat bermakna, memuat dua variabel kunci yaitu pembelajaran dengan menggunakan LKS dan meningkatkan prestasi belajar bilangan pecahanan. Prestasi belajar bilangan pecahanan dapat diuji dengan menggunakan instrumen tes.

3.      MENENTUKAN ALTERNATIF JUDUL

Berkaitan dengan masalah-masalah dalam pembelajaran yang dihadapi, Bu Guru dapat mengajukan suatu judul penelitian. Dalam menuliskan judul, sebaiknya memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
§  Judul PTK harus mencerminkan permasalahan yang ingin diubah, dikembangkan, ditingkatkan, dan ditumbuhkan.
§  Mencerminkan tindakan apa yang akan dilakukan
§  Judul harus jelas, menarik dan bermakna.
Judul memuat masalah yang dihadapi dan sekaligus cara mengatasi masalah tersebut serta sasarannya. Diibaratkan judul memuat penyakit dan alternatif obat yang akan diberikan. Ide tindakan dapat berasal dari pengalaman, saran teman sejawat, hasil membaca buku, penelitian dan lain-lain. Alternatif tindakan untuk meningkatkan kemampuan penguasaan materi dapat dilakukan dengan inovasi model pembelajaran, keterampilan menggunakan media pembelajaran, dan lain-lain.
Alternatif judul penelitian untuk case study “Ketika Proses Mengalikan atau Membagi Menjadi Faktor Penentu” sebagai berikut:
1. Meningkatkan keaktifan mempelajari materi mengubah pecahan biasa menjadi persen dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa kelas V SD Variabel penelitiannya adalah keaktifan mempelajari bilangan pecahan dan pendekatan kooperatif tipe STAD. Sakitnya adalah keaktifan siswa rendah. Obatnya adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sasaran adalah siswa kelas V SD.
2. Meningkatkan daya ingat siswa untuk mempelajari konsep mengubah pecahan biasa menjadi persen dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa kelas V SD Variabel penelitiannya adalah daya ingat siswa dan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Sakitnya adalah daya ingat siswa rendah. Obatnya adalah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Sasaran adalah siswa kelas V SD.
3. Meningkatkan pembelajaran dengan pembelajaran PAKEM untuk meningkatkan ketelitian siswa dalam mengubah pecahan biasa menjadi persen siswa kelas V SD Variabel pembelajaran dengan pendekatan PAKEM dan meningkatkan ketelitian siswa dalam mempelajari matematika. Sakitnya adalah ketelitian siswa dalam mempelajari matematika rendah. Obatnya adalah pembelajaran dengan pendekatan PAKEM. Sasaran adalah siswa kelas V SD.  Anda telah melakukan identifikasi masalah, analisis masalah, hingga merumuskan masalah, dan menentukan judul PTK.
4. Persyaratan penelitian.
Persyaratan penelitian oleh guru:
  • Harus terlihat upaya peningkatan mutu professional guru.
  • Harus mengenai upaya untuk meningkatkan mutu siswa, jadi subjeknya harus siswa.
  • Harus dilakukan sendiri, bukan minta bantuan orang/pihak lain.

PRINSIP PERENCANAAN SMART;
- S = Specific, khusus, tertentu
- M = Managable, dapat dilaksanakan
- A = Acceptable, dapat diterima
- R = Realistic, terdukung sumber daya
- T = Time-bound, ada batasan waktu

4. HAL-HAL PENTING DALAM ALUR PENALARAN

1. Masalah: sebagai alasan penulisan, ada bukti data / fakta; akan lebih jelas apabila dilengkapi tabel atau bagan.
2. Tujuan: target secara spefisifk yang ingin dicapai melalui penulisan ini.
3. Teori: sekurang-kurangnya 5 (lima) sumber; * bukan pedoman / acuan / ketentuan dari SK;
* bukan kamu, tetapi :
 - konsep (pengertian)
- prinsip (hubungan sebab-akibat)
* dipilih terbitan mutakhir
* tertera dalam daftar pustaka
* nama orang ditulis tanpa gelar; orang Indonesia namanya tidak dibalik (?)
4. Pembahasan: menghubungkan antara teori dengan masalah, menerapkan teori untuk memecahkan masalah, tetapi mungkin belum langsung pada data untuk masalah yang akan dipecahkan.
5. Ide atau gagasan asli penulis:
  • bukan kutipan dari teori
  • bukan ide yang terlalu umum/sudah banyak dikenal tetapi Ide gagasan cemerlang, khusus dari penulis
  • Ikuti rumus SMART
  • Untuk meyakinkan, berikan gambaran tentang kondisi dan situasi kelas yang masalahnya akan dipecahkan.

5. CIRI-CIRI PENELITIAN TINDAKAN
             a.      Merupakan kegiatan nyata, hasil pemikiran yang dirancang guru untuk meningkatkan mutu kbm
            b.      Merupakan tindakan yang diberikan oleh guru kepada siswa
             c.      Tindakan harus tampak nyata berbeda dari biasanya – harus tidak seperti biasanya
            d.      Terjadi dalam siklus sebagai eksperimen berkesinambungan; minimum dua siklus
             e.      Harus ada pedoman yang jelas secara tertulis, diberikan kepada siswa agar dapat mengikuti tahap demi tahap.
             f.      Terlihat adanya unjuk kerja siswasesuai pedoman tertulis yang diberikan oleh guru.
            g.      Ada penelusuran terhadap proses, dengan pedoman pengamatan 8. Ada evaluasi terhadap hasil dengan instrumen yang relevan
            h.      Keberhasilan tindakan dilakukan dalam bentuk refleksi, melibatkan siswa yang dikenai tindakan
              i.      Hasil refleksi harus terlihat dalam perencanaan siklus berikutnya

Penelitian tindakan;
  • Bukan tindakan untuk materi tetapi mencobakan cara, pendekatan atau metode
  • Jika menyebut topik, harus yang sifatnya luas, berulang kesalahan umum apa yang banyak dilakukan guru?
  • Hanya pembelajaran biasa penjelasan guru merasa sudah melakukan peningkatan, padahal sebetulnya baru merupakan hal yang biasa / harus dilakukan, tetapi selama ini guru belum melakukan.
Contoh:
§  Menggunakan lembar kerja
§  Menggunakan alat pelajaran
§  Mengevaluasi aspek afektif
§  Menganalisis portofolio
§  Menganalisis hasil ulangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar