Jumat, 30 Maret 2012

TEORI BELAJAR KOGNITIF


Kognitif menyatakan bahwa belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang selalu terlihat sebagai tingkah laku. Teori kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Teori ini sangat erat berhubungan dengan teori sibmetik. Pengetahuan dibangun dalam diri individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Teori ini terwujud dalam model ZPD-nya Vygosky ( Kasihani, 2008:5)
1). Teori Belajar Vygostky
Menurut Vygostky belajar adalah sebuah proses yang melibatkan dua eleman penting yaitu, 1) belajar merupakan proses secara biologi sebagai proses dasar; 2) belajar merupakan proses psikososial sebagai proses yang lebih tinggi esensinya berkaitan dengan lingkungan sosial budaya. Teori Vygostky merupakan salah satu teori dalam psikologi perkembangan dimana ditekankan pada hakekat sosiokultural dari pembelajaran.
2). Teori Belajar Piaget
Menurut Piaget dalam Ratna Wilis (1989: 152) setiap individu belajar sesuai dengan perkembangan usiannya, yang mana setiap individu mengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual sebagai berikut : 1) Tingkat Sensori-motor (0-2 tahun) pada tingkat ini anak mengatur alamnya dengan indera-inderanya (sesori) dan tindakan-tindakannya (motor). Pada usia ini individu tidak mempunyai konsepsi object permanence; 2)  Tingkat Pra–operasional (2–7 tahun) pada tingkat ini anak belum melaksanakan operasi-operasi mental, yaitu menambah, mengurangi dan lain-lain. Penalaran mereka dari khusus ke khusus tanpa menyentuh pada yang umum. Anak tidak memiliki kemampuan  untuk memecahkan masalah-masalah yang memerlukan berpikirreversibel. Anak bersifat egosentris berarti anak itu mempunyai kesulitan untuk menerima pendapat orang lain.Selanjutnya anak lebih memfokuskan diri pada aspek statis tentang suatu peristiwa dari pada transformasi dari satu keadaan kepada keadaan lain.; 3) Tingkat operasional konkret (7–11 tahun) pada tingkat ini merupakan permulaan berpikir rasional, anak memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada masalah-masalah konkret. Dalam periode ini anak memilih pengambilan keputusan logis. Anak bersifat sosiosentris dalam bekomunikasi, berusaha untuk menerima gagasan oranglain, berusaha untuk mengerti orang lain dan mengemukakan gagasan pada teman atau pada orang dewasa; 4) Tingkat Operasioanl formal (11 tahun – keatas) pada tingkat ini anak dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks.
Dalam berpikir anak tidak dibatasi pada benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang konkret.  Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensorimotor tentu lain dengan yang dialami seorang anak yang sudah mencapai tahapan Praoperasional , dan lain lagi yang dialami siswa lain yang telah samapai ke tahap yang lebih tinggi (Operational konkrit dan operasional formal). Secara umum semakin tinggi tingkat kognotif seseorang semakin terartur (dan juga semakin abstrak) cara berpikirnya. Maka seyogyanya dalam pembelajaran seorang guru memahami tahap-tahap perkembangan anak didiknya, serta memberikan materi pelajaran dalam jumlah dan jenis yang sesuai dengan tahapan tersebut.
Dari uraian diatas bahwa individu melalui empat tingkat perkembangan intelektual dengan urutan yang sama, tetapi dengan kecepatan masing-masing. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa usia siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada pada tingkat operasinal formal, dimana siswa sudah memiliki kemampuan untuk berpikir abstrak.
Menurut Piaget, ada tiga aspek pertumbuhan intelektual, sebagai berikut : 1) Struktur yaitu ada hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan mental dan perkembangan berpikir logis; 2) Isi yaitu perilaku anak yang kahas tercermin dalam respon yang diberikan terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapi; 3) Fungsi, yaitu cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual. Perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi dan adaptasi.
Tindakan  menuju pada perkembangan operasi dan selanjutnya operasi menuju pada perkembangan struktur. Operasi merupakan tindakan yang berinternalisasi, reversibel, selalu tetap, dan tidak ada yang berdiri sendiri. Struktur-struktur merupakan organisasi mental tingkat tinggi, satu tingkat lebih tinggi dari operasi. Isi pertumbuhan intelektual ialah pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respons yang diberikannya terhadap berbagai masalah yang dihadapinya ( Ratna Wilis,1989:166).
Menurut Piaget ada tiga bentuk pengetahuan yaitu sebagai berikut : 1) Pengetahuan fisik, merupakan pengetahuan tentang benda-benda yang ada dibuat dan dapat diamati dalam kenyataan eksternal; 2) Pengetahuan logika –matematika terdiri atas hubungan-hubungan yang diciptakan subyek dan introduksi pada obyek-obyek, 3) Pengetahuan sosial didasarkan pada perjanjian sosial, suatu perjanjian atau kebiasaan yang dibuat manusia. Pengetahuan sosial dapat dipindahkan dari pikiran belajar ke pebelajar, sedangkan pengetahuan fisik dan logika matematika harus dibangun sendiri oleh anak.
Berk dalam Slavin menyimpulkan implikasi utama dari teori Piaget dalam pengajaran yaitu 1) pengajaran hendaknya berfokus pada proses berfikir siswa, tidak hanya pada hasilnya, 2) mengutamakan inisiatif pribadi dan keterlibatan aktif siswa dalam kegiatan belajar, 3) tidak menekankan pada praktek yang bertujuan untuk membuat siswa berpikir seperti orang dewasa, 4) menerima adanya perbedaan individu dalam perkembangan kognitif anak.
Penerapan dalam pengajaran, siswa dibiarkan untuk berpikir dan mengemukakan pendapatnya sehingga siswa terlibat aktif dalam pengajaran dan dapat menerima adanya perbedaan antara siswa. Jika siswa dibiarkan untuk berpikir mengemukakan pendapatnya maka siswa akan mengalami perkembangan kognitifnya. Perkembangan kognitif seseorang melalui tiga tahap yaitu:  1) tahap enaktif dimana individu melakukan aktivitas-aktivitas dalam usahanya memahami lingkungan; 2) tahap ikonik individu melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal dan; 3) tahap simbolik dimana individu mempunyai gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika (Toeti Soekamto, 1997:24)
Manusia dalam belajar melalui tahapan dengan melalui aktivitas manusia akan menemukan pengalaman yang diwujudkan dalam gagasannya dengan dipengaruhi bahasa dan logika seseorang. Dari rangkuman diatas dapat disimpulkan bahwa siswa  perkembangan intelektualnya pada tingkat operasional formal dan perkembangan  kognitifnya sudah mencapai pada tahap simbolik dimana siswa mempunyai gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi oleh bahasa dan logika. Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Pigeat yakin bahwa pengalaman-penglaman fisik dan manipulasi lingkungan penting terjadinya perunahan perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis (Nur, 1998) dalam  (Trianto,2007:14)
3).  Teori Belajar  David Ausubel
Belajar menurut David Ausubel dalam Ratna Wilis (1989:110) diklasifikasikan menjadi dua dimensi yaitu, 1) berhubungan dengan cara mendapatkan informasi atau materi pelajaran disajikan kepada siswa, 2) cara bagaimana siswa dapat mengkaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Belajar merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang teradapat dalam struktur kognitif seseorang. Teori belajar dari Ausubel terkenal dengan teori bermakna. Materi yang diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dipunyai sebelumnya (Toeti Soekamto, 1997:25). Materi yang dipilih dan diatur disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan serta masa lalu anak yang ditunjang dengan situasi belajar yang nyaman. Teori belajar ini memiliki sifat advance organizer yaitu dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk mempelajari informasi baru dan mempermudah siswa mempelajari materi karena telah diarahkan.
Menurut Prasetyo (1997:10) advence organizer dapat memberikan tiga manfaat yaitu 1)  dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi belajar yang akan dipelajari siswa, 2) dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang sedang dipelajari siswa ”saat ini” dengan apa yang ”akan” dipelajari siswa, 3) mampu membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah. Siswa dalam belajar, sehingga materi yang dipelajari siswa dapat dihubungkan antara materi yang dipelajari saat ini dengan materi yang dipelajari diwaktu yang akan datang sehingga memudahkan siswa dalam memahami bahan ajar. Siswa dalam mempelajari materi saat diajarkan ada kaitanya dengan materi sebelumnya. Materi yang dipilih sesuai dengan tingkat perkembangan serta masa lalu siswa, materi yang dipelajari saat ini memudahkan siswa dalam mempelajari materi yang akan datang. Siswa dapat berdiskusi saat menyelesaikan tugas. Dalam model pembalajaran Jigsaw (Kelompok Ahli) siswa dituntut untuk bekerjasama dalam satu kelompok ahli maupun kelompok asal untuk menyelesaikan masalah.
4).   Teori Belajar Gagne
Menurut Gagne dalam Noehi Nasution (2008:43) belajar itu merupakan suatu proses yang memungkinkan  seseorang untuk mengubah tingkah lakunya cukup cepat, dan perubahan tersebut bersifat relatif tetap, sehingga perubahan yang serupa tidak perlu terjadi berulang kali setiap menghadapi situasi yang baru.
Ada beberapa ciri penting tentang tentang belajar yaitu : 1) belajar itu merupakan suatu proses yang dapat dilakukan manusia; 2) belajar menyangkut interaksi antara pebelajar dan lingkungannnya; 3) belajar telah berlangsung bila terjadi perubahan tingkah laku yang bertahan cukup lama selama kehidupan orang itu Belajar sebagai proses, bertitik tolak dari suatu analogi antara manusia dan komputer. Pemrosesan informasi (information prosessing model,  proses belajar dianggap sebagai transformasi input menjadi output seperti yang lazim terlihat pada sebuah komputer. Dari uraian diatas disimpulkan belajar terjadi pada diri manusia dengan proses pengubahan tingkah laku secara cepat, tepat dan terjadi hanya satu kali dalam kehidupan seseorang.
Didasarkan atas model pemrosesan-informasi Gagne dalam Ratna Wilis ( 1997:147) mengemukakan bahwa satu tindakan belajar meliputi delapan fase belajar yang merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat diintruksikan oleh siswa atau guru, dan setiap fase ini dipasangkan dengan suatu proses internal yang terjadi dalam pikiran siswa.  Kejadian-kejadian instruksional dalam kelas, seperti mengaktifkan motivasi, memberitahukan tujuan-tujuan instruksional serta mengarah perhatian, dapat dilakukan guru secara klasikal, tetapi kejadian-kejadian instruksional yang lain meminta guru agar memperhatikan perbedaan individu siswa.

1.  Teori Behaviorisme
 Menurut teori belajar ini adalah perubahan tingkah laku, seseorang dianggap belajar sesuatu bila ada menunjukkan perubahan tingkah laku. Misalnya, seorang siswa belum bisamembaca maka betapapun gurunya berusaha sebaik mungkin mengajar atau bahkan sudahhafal huruf A sampai Z di luar kepala,
namun bila siswa itu gagal mendemonstrasikankemampuannya dalam membaca, maka siswa itu belum bisa dikatakan belajar. Iadikatakan telah belajar apabila ia menunjukkan suatu perubahan dalam tingkah laku ( daritidak bisa menjadi bisa membaca). Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahanyang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yangbaru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yaitu berupa stimulusdan keluaran atau output yang berupa respons. Sedangkan apa yang terjadi diantarastimulus dan respons itu dianggap tidak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati.Yang bisa diamati adalah stimulus dan respons, misalnya stimulus adalah apa saja yangdiberikan guru kepada siswa tersebut dalam rangka membantu siswa untuk belajar
 
Stimulus ini berupa rangkaian alfabet, beberapa kalimat atau bacaan, sedangkan responsadalah reaksi siswa terhadap stimulus yang diberikan gurunya.Menurut teori behaviorisme apa saja yang diberikan guru (stimulus) dan apa sajayang dihasilkan siswa (respons) semua harus bisa diamati, diukur, dan tidak boleh hanyaimplisit (tersirat). Faktor lain yang juga penting adalah faktor penguat (reinforcement).Penguat adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respons. Bila penguatanditambah (positive reinforcement) maka respons akan semakin kuat. Begitu juga bilapenguatan dikurangi (negative reinforcement) responspun akan tetap dikuatkan.. Misalnyabila seorang anak bertambah giat belajar apabila uang sakunya ditambah makapenambahan uang saku ini disebut sebagai positive reinforcement. Sebaliknya jika uangsaku anak itu dikurangi dan pengurangan ini membuat ia makin giat belajar, makapengurangan ini disebut negative reinforcement.Prinsip-prinsip teori behaviorisme yang banyak dipakai di dunia pendidikan ialah(Harley & Davies, 1978 dalam Toeti, 1997):
  1. Proses belajar dapat berhasil dengan baik apabila si belajar ikut berpartisipasi secaraaktif didalamnya
  2. Materi pelajaran dibentuk dalam bentu unit-unit kecil dan diatur berdasarkan urutanyang logis sehingga si belajar mudah mempelajarinya
  3. Tiap-tiap respons perlu diberi umpan balik secara langsung, sehingga si belajar dapatmengetahui apakah respons yang diberikan telah benar atau belum
  4. Setiap kali si belajar memberikan respons yang benar maka ia perlu diberi penguatan.Penguatan positif ternyata memberikan pengaruh yang lebih baik daripada penguatannegatif  Adapun kritik terhadap teori behaviorisme adalah:
  5. Asumsi pokoknya bahwa semua hasil belajar yang berupa perubahan tingkah lakuyang bisa diamati, juga dianggap terlalu menyederhanakan masalah belajar yangsesungguhnya. Tidak semua hasil belajar bisa diamati dan diukur, paling tidak dalamtempo seketika.
  6. Teori ini tidak mampu menjelaskan proses belajar yang kompleks karena aplikasiteori belajar behaviorisme dalam pembelajaran tergantung dari beberapa hal sepertitujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitaspembelajaran yang tersedia

2.  Teori Kognitif 

Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan yaitu.  
  1. Memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut. Pengalaman ± pengalaman belajar yangsesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif dan jika gurupenuh perhatian terhadap Pendekatan yang digunakan siswa untuk sampai padakesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisimemberikan pengalaman yang dimaksud
  2. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalamkegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuanjadi (ready made knowledge) anak didorong menentukan sendiri pengetahuan itumelalui interaksi spontan dengan lingkungan,c.  Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan per-kembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh danmelewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbungan itu berlangsungpada kecepatan berbeda. Oleh karena itu guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu ± individu ke dalambentuk kelompok ± kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal,d.  Mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi. Menurut Piaget, pertukarangagasan ± gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran.Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung, perkembangannyadapat disimulasi
3. Teori konstruktivisme
 Implikasi teori konstruktivisme pada pembelajaran diantaranya :a.  Setiap guru akan pernah mengalami bahwa suatu materi telah dibahas denganjelas-jelasnya namun masih ada sebagian siswa yang belum mengerti ataupuntidak mengerti materi yang diajarkan sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwaseorang guru dapat mengajar suatu materi kepada sisiwa dengan baik, namunseluruh atau sebagian siswanya tidak belajar sama sekali. Usaha keras seorangguru dalam mengajar tidak harus diikuti dengan hasil yang baik pada siswanya.Karena, hanya dengan usaha yangkeras para sisiwa sedirilah para siswa akanbetul-betul memahami suatu materi yang diajarkan.b.  Tugas setiap guru dalam memfasilitasi siswanya, sehingga pengetahuan materiyang dibangun atau dikonstruksi para siswa sendirisan bukan ditanamkan olehguru. Para sisiwa harus dapat secara aktif mengasimilasikan dan mengakomodasipengalaman baru kedalam kerangka kognitifnya.c.  Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental yangdigunakan para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran yangdikembangkandan yang dibuat para sisiwa untuk mendukung model-model itu.d.  Siswa perlu mengkonstruksi pemahaman yang mereka sendiri untuk masing-masing konsep materi sehingga guru dalam mengajar bukannya ³menguliahi´,menerangkan atau upaya-upaya sejenis untuk memindahkan pengetahuan padasiswa tetapi menciptakan situasi bagi siswa yang membantu perkembanganmereka membuat konstruksi-konstruksi mental yang diperlukan.e.  Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yangmemungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh pesertadidik.f.   Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yangsesuai dengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan teman yangmembuat situasi kondusif untuk terjadinya konstruksi engetahuan pada diripeserta didik.sedangkan Pandangan Konstruktivisme Tentang Belajar adalahsebagai berikut:
1)      Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan non objektif, bersifattemporer, selalu berubah dan tidak menentu.
2)      Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari dari pengalaman konkrit,aktifitas kolaboratif dan refleksi dan interpretasi.
3)      Seseorang yang belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadappengetahuan tergantung pengalamannya dan persepektif yang didalammenginterprestasikannya

 
Pengertian Hasil Belajar Menurut Para Ahli
Pengertian Hasil Belajar Menurut Para Ahlisebelumnya
Hasil belajar
menurut Anni (2004:4) merupakan perubahan perilaku yang diperolehpembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. 

Hasil belajar
menurut Sudjana (1990:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah iamenerima pengalaman belajaranya.Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah
suatu kemampuanatau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitasbelajar. Gagne mengungkapkan ada lima kategori
hasil belajar
, yakni : informasi verbal, kecakapanintelektul, strategi kognitif, sikap dan keterampilan. Sementara Bloom mengungkapkan tigatujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakanhasil belajar yaitu : kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana, 1990:22).
Hasil belajar
yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu :1. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar,minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.2. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitaspengajaran.
Hasil belajar
yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990:56), melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut.
• Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik padadiri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuanglebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telahdicapai.
 Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinyadan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.

Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat,membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dankemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
   Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yaknimencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranahpsikomotorik, keterampilan atau perilaku.
  Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutamadalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses danusaha belajarnya

PENEGERTIAN HASIL BELAJAR
pengertian Hasil belajar. dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya. Seorang guru akan kecewa bila hasil belajar yang dicapai oleh peserta didiknya tidak sesuai dengan target kurikulum. Dalam kaitannya dengan belajar, hasil berarti penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh guru melalui mata pelajaran, yang lazimnya ditunjukan dengan nilai test atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Jadi hasil bermakna pada keberhasilan seseorang dalam belajar atau dalam bekerja atau aktivitas lainnya. Munandar mengatakan bahwa, ”hasil itu merupakan perwujudan dari bakat dan Profesionalisme. Hasil yang menonjol pada salah satu bidang mencerminkan bakat yang unggul dalam bidang tersebut .

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil sebagai bentuk gambaran keberhasilan individu setelah meyalurkan bakat, minat dan motivasinya dalam kegiatan belajar, jadi pretasi belajar tidak terlepas dari faktor internal maupun eksternal. Secara spesifik faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah sebagai berikut :

a. Faktor Psikologis

Belajar yang merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku peserta didik, ternyata banyak faktor yang mempengaruhinya. Di antara faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar siswa adalah faktor-faktor psikologis. Menurut Sardiman (1990: 30) bahwa, “Faktor-faktor psikologis yang dikatakan memiliki peranan penting dalam aktivitas belajar, karena dipandang sebagai cara-cara berfungsinya pikiran siswa dalam hubungan dengan pemahaman bahan pelajaran, sehingga penguasaan terhadap bahan pelajaran yang disajikan lebih mudah efektif” .

Dengan demikian suatu aktivitas belajar akan berjalan baik jika didukung oleh faktor-faktor psikologis anak didik (siswa). Secara spesifik faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar adalah sebagai berikut:

1) Motivasi
Seseorang itu akan berhasil dalam belajar atau melakukan aktivitas belajar dengan baik kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Menurut Sardiman bahwa motivasi yang berkaitan dengan aktivitas belajar yaitu: (1) mengetahui apa yang akan dipelajari, dan (2) memahami mengapa hal tersebut harus dipelajari”.
2) Konsentrasi
Konsentrasi dimaksudkan memutuskan segenap kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar. Unsur motivasi dalam hal ini sangat membantu tumbuhnya proses pemutusan perhatian. Di dalam konsentrasi ini keterlibatan mental secara detail sangat diperlukan.
Di dalam aktivitas belajar, jika dibarengi dengan konsentrasi maka aktivitas yang dilakukan akan memenuhi sasaran untuk mencapai tujuan belajar itu sendiri.
3) Reaksi
Di dalam kegiatan belajar diperlukan keterlibatan unsur fisik maupun mental, sebagai wujud reaksi. Dengan adanya diri siswa, maka proses belajar mengajar akan menjadi hidup, karena siswa tidak hanya sebagai obyek tetapi subyek dalam belajar.
2. Faktor Eksternal
Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, juga terdapat faktor eksternal yang mempengaruhi aktivitas belajar siswa, yaitu:
a. Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga yang kondusif terhadap aktiviatas belajar siswa, maka memungkinkan siswa untuk aktif belajar. Misalnya, orang tua mendisiplinkan diri pada setiap habis maghrib untuk membaca buku bersama nak-anak. Kebiasaan ini tentu saja akan berpengaruh terhadap pengalaman belajar anak selanjutnya, baik di sekolah maupun di perpustakaan.
b. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan anak-anak usia sekolah, dalam lingkungan masyarakat yang disiplin dalam menjaga anak-anak untuk belajar secara intensif, maka akan berpengaruh pada aktivitas belajar siswa.
c. Lingkungan Sekolah
Kondisi sekolah yang mampu menumbuhkan persaingan positif bagi siswa akan dapat memberikan nilai yang memungkinkan siswa untuk belajar secara aktif, misalkan sekolah memberikan hadiah bagi yang aktif belajar di sekolah, dengan aktivitasnya itu mampu berhasil.

 
Definisi Hasil Belajar
Ada beberapa definisi  hasil belajar   yang dikemukakan oleh para ahli. Berikut

merupakan perubahan perilaku peserta didik yang diperoleh setelahmengikuti pem
belajar dan selama kurun waktu tertentu yang relatif menetap. Hal inisesuai pendapat2.


menurut Hamalik (2002: 155):
tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa,yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan sikap danketerampilan. Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembanganyang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjaditahu, sikap tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya.3.

menurut Dimyati (2002: 3):Hasil  belajar  merupakan hasil  dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindakmengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar .Dari sisi siswa, hasil  belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar Salah satu upaya mengukur  hasil  belajar  siswa dilihat dari hasil  belajar siswa itusendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar 
dan proses belajar adalah hasil  belajar yang biasa diukur melalui tes.4.

menurut Hamalik (2002: 146) :
Hasil  belajar   (achievement) itu sendiri dapat diartikan sebagai tingkat keber hasil 
anmurid dalam mempelajari materi pelajaran di pondok pesantren atau sekolah, yangdinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.
PENGERTIAN HASIL BELAJAR (2)
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi hasil belajar dan tindak mengajar.  Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar.  Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar yang merupakan bukti dari usaha yang telah dilakukan.  Menurut Hamalik (2002:155) hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. 

Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya.  Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:4-5) dampak pembelajaran adalah hasil yang dapat diukur seperti tertuang dalam raport, angka dalam ijazah atau kemampuan meloncat setelah latihan. 

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak dari suatu interaksi dalam proses pembelajaran.  Menurut Nasrun (dalam Tim Dosen, 1980 : 25) mengemukakan bahwa :
“Hasil belajar merupakan hasil akhir pengambilan keputusan mengenai tinggi rendahnya nilai yang diperoleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran.  Hasil belajar dikatakan tinggi apabila tingkat kemampuan siswa bertambah dari hasil sebelumnya.”

Hasil belajar sering dipergunakan dalam arti yang sangat luas yakni untuk bermacam-macam aturan terhadap apa yang telah dicapai oleh murid, misalnya ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes lisan yang dilakukan selama pelajaran berlangsung, tes akhir semester dan sebagainya.  Dalam penelitian ini, hasil belajar yang dimaksudkan adalah hasil tes tiap siklus.

Selanjutnya Davis (dalam Abdullah, 2007 : 4) mengatakan :”Dalam setiap proses belajar akan selalu terdapat hasil nyata yang dapat diukur. Hasil nyata yang dapat dikur dinyatakan sebagai prestasi belajar seseorang.”

Dari uraian-uraian di atas jelas bahwa suatu proses belajar mengajar pada akhirnya akan menghasilkan kemampuan siswa yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dalam arti bahwa perubahan kemampuan merupakan indikator untuk mengetahui hasil prestasi belajar siswa. Dan dari beberapa pendapat di atas maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah ia menerima suatu pengetahuan yang berupa angka (nilai). Jadi aktivitas siswa mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, tanpa adanya aktivitas siswa maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik, akibatnya hasil belajar yang dicapai siswa rendah.

Semoga
Pengertian Hasil Belajar ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan sekalian, terimakasih.

HASIL BELAJAR
Belajar dan mengajar pada dasarnya adalah hubungan timbal balik guru dengan siswadalam situasi pendidikan. Melalui proses belajar mengajar diharapkan siswa mempunyaisejumlah kepandaian dan kecakapan tertentu serta perubahan-perubahan pada dirinya.Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahanpengetahuan, kecakapan, kemampuan, sikap dan nilai.Bloom dalam Suparno (2001; 6) menggolongkan prilaku dalam kawasan kognitif,afektif, dan psikomotorik. Kawasan kognitif mencakup ingatan, pengetahuan, dankemampuan intelektual. Kawasan Psikomotorik mencakup kemampuan gerak dan motorik.Kawasan afektif mencakup sikap-sikap, nilai perasaan dan minat. Diantara ketiga kawasantersebut, kemampuan kognitiflah yang sangat sering dinilai kerena kemampuan ini berkaitandengan kemampuan intelektual siswa dalam mengawasi meteri pelajaran.Hamalik dalam Karlina (1998) memberikan pengertian bahwa hasil belajar adalahtampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dandiukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebutdiartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkandengan sebelumnya, misalnya dari tidak tau menjadi tahu.Menurut.Romiszowski (1981: 217) hasil belajar merupakan keluaran dari sistempemprosesan masukan-masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi
sedangkan keluarnya adalah perbuatan atau kinerja. Menurut Romiszowski, perbuatanmerupakan petunjuk bahwa proses belajar telah terjadi dan hasil belajar dikelompokkankedalam dua macam saja yaitu keterampilan dan pengetahuan. Pengetahuan terdiri dari empatkategori, yaitu (1) pengetahuan tentang fakta, (2) pengetahuan tentang prosedur, (3)pengetahuan tentang konsep, (4) pengetahuan tentang prinsip. Keterampilan juga terdiri dariempat kategori, yaitu (1) keterampilan untuk barfikir dan keterampilan kognitif, (2)keterampilan untuk bertindak atau keterampilan motorik, (3) keterampilan bereaksi ataubersikap, dan (4) keterampilan berinteraksi.Berdasarkan uraian-uraian diatas, dapat dikemukakan bahwa suatu prosespembelajaran pada akhirnya akan menghasilkan kemampuan atau kapasitas yang mencakuppengetahuan , sikap, dan keterampilan. Dimana ketiga kemampuan ini diperoleh melaluisuatu proses pembelajaran dalam arti bahwa kemampuan sebagai konsekuensi pembelajaran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar