Kognitif menyatakan bahwa belajar
adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang selalu terlihat sebagai tingkah
laku. Teori kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar
itu sendiri. Belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Teori ini
sangat erat berhubungan dengan teori sibmetik. Pengetahuan dibangun dalam diri
individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan.
Teori ini terwujud dalam model ZPD-nya Vygosky ( Kasihani, 2008:5)
1). Teori Belajar Vygostky
Menurut
Vygostky belajar adalah sebuah proses yang melibatkan dua eleman penting yaitu,
1) belajar merupakan proses secara biologi sebagai proses dasar; 2) belajar
merupakan proses psikososial sebagai proses yang lebih tinggi esensinya
berkaitan dengan lingkungan sosial budaya. Teori Vygostky merupakan salah satu
teori dalam psikologi perkembangan dimana ditekankan pada hakekat sosiokultural
dari pembelajaran.
2). Teori Belajar Piaget
Menurut Piaget dalam Ratna Wilis (1989:
152) setiap individu belajar sesuai dengan perkembangan usiannya, yang mana
setiap individu mengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual sebagai
berikut : 1) Tingkat Sensori-motor (0-2 tahun) pada tingkat ini anak mengatur
alamnya dengan indera-inderanya (sesori) dan tindakan-tindakannya (motor). Pada
usia ini individu tidak mempunyai konsepsi object permanence; 2)
Tingkat Pra–operasional (2–7 tahun) pada tingkat ini anak belum melaksanakan
operasi-operasi mental, yaitu menambah, mengurangi dan lain-lain. Penalaran
mereka dari khusus ke khusus tanpa menyentuh pada yang umum. Anak tidak
memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang memerlukan
berpikirreversibel. Anak bersifat egosentris berarti anak itu mempunyai
kesulitan untuk menerima pendapat orang lain.Selanjutnya anak lebih memfokuskan
diri pada aspek statis tentang suatu peristiwa dari pada transformasi dari satu
keadaan kepada keadaan lain.; 3) Tingkat operasional konkret (7–11 tahun) pada
tingkat ini merupakan permulaan berpikir rasional, anak memiliki operasi-operasi
logis yang dapat diterapkannya pada masalah-masalah konkret. Dalam periode ini
anak memilih pengambilan keputusan logis. Anak bersifat sosiosentris dalam
bekomunikasi, berusaha untuk menerima gagasan oranglain, berusaha untuk
mengerti orang lain dan mengemukakan gagasan pada teman atau pada orang dewasa;
4) Tingkat Operasioanl formal (11 tahun – keatas) pada tingkat ini anak dapat
menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk membentuk operasi-operasi yang
lebih kompleks.
Dalam berpikir anak tidak dibatasi pada
benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang konkret. Proses belajar yang
dialami seorang anak pada tahap sensorimotor tentu lain dengan yang dialami
seorang anak yang sudah mencapai tahapan Praoperasional , dan lain lagi yang
dialami siswa lain yang telah samapai ke tahap yang lebih tinggi (Operational
konkrit dan operasional formal). Secara umum semakin tinggi tingkat kognotif
seseorang semakin terartur (dan juga semakin abstrak) cara berpikirnya. Maka
seyogyanya dalam pembelajaran seorang guru memahami tahap-tahap perkembangan
anak didiknya, serta memberikan materi pelajaran dalam jumlah dan jenis yang
sesuai dengan tahapan tersebut.
Dari uraian diatas bahwa individu
melalui empat tingkat perkembangan intelektual dengan urutan yang sama, tetapi
dengan kecepatan masing-masing. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
usia siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada pada tingkat operasinal
formal, dimana siswa sudah memiliki kemampuan untuk berpikir abstrak.
Menurut Piaget, ada tiga aspek
pertumbuhan intelektual, sebagai berikut : 1) Struktur yaitu ada hubungan
fungsional antara tindakan fisik, tindakan mental dan perkembangan berpikir
logis; 2) Isi yaitu perilaku anak yang kahas tercermin dalam respon yang
diberikan terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapi; 3) Fungsi,
yaitu cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual.
Perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi dan
adaptasi.
Tindakan menuju pada perkembangan
operasi dan selanjutnya operasi menuju pada perkembangan struktur. Operasi
merupakan tindakan yang berinternalisasi, reversibel, selalu tetap, dan tidak
ada yang berdiri sendiri. Struktur-struktur merupakan organisasi mental tingkat
tinggi, satu tingkat lebih tinggi dari operasi. Isi pertumbuhan intelektual
ialah pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respons yang
diberikannya terhadap berbagai masalah yang dihadapinya ( Ratna
Wilis,1989:166).
Menurut Piaget ada tiga bentuk
pengetahuan yaitu sebagai berikut : 1) Pengetahuan fisik, merupakan pengetahuan
tentang benda-benda yang ada dibuat dan dapat diamati dalam kenyataan
eksternal; 2) Pengetahuan logika –matematika terdiri atas hubungan-hubungan
yang diciptakan subyek dan introduksi pada obyek-obyek, 3) Pengetahuan sosial
didasarkan pada perjanjian sosial, suatu perjanjian atau kebiasaan yang dibuat
manusia. Pengetahuan sosial dapat dipindahkan dari pikiran belajar ke
pebelajar, sedangkan pengetahuan fisik dan logika matematika harus dibangun
sendiri oleh anak.
Berk dalam Slavin menyimpulkan
implikasi utama dari teori Piaget dalam pengajaran yaitu 1) pengajaran
hendaknya berfokus pada proses berfikir siswa, tidak hanya pada hasilnya, 2)
mengutamakan inisiatif pribadi dan keterlibatan aktif siswa dalam kegiatan
belajar, 3) tidak menekankan pada praktek yang bertujuan untuk membuat siswa
berpikir seperti orang dewasa, 4) menerima adanya perbedaan individu dalam
perkembangan kognitif anak.
Penerapan dalam pengajaran, siswa
dibiarkan untuk berpikir dan mengemukakan pendapatnya sehingga siswa terlibat
aktif dalam pengajaran dan dapat menerima adanya perbedaan antara siswa. Jika
siswa dibiarkan untuk berpikir mengemukakan pendapatnya maka siswa akan
mengalami perkembangan kognitifnya. Perkembangan kognitif seseorang melalui
tiga tahap yaitu: 1) tahap enaktif dimana individu melakukan
aktivitas-aktivitas dalam usahanya memahami lingkungan; 2) tahap ikonik
individu melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal dan; 3)
tahap simbolik dimana individu mempunyai gagasan abstrak yang banyak
dipengaruhi bahasa dan logika (Toeti Soekamto, 1997:24)
Manusia dalam
belajar melalui tahapan dengan melalui aktivitas manusia akan menemukan
pengalaman yang diwujudkan dalam gagasannya dengan dipengaruhi bahasa dan
logika seseorang. Dari rangkuman diatas dapat disimpulkan bahwa siswa
perkembangan intelektualnya pada tingkat operasional formal dan
perkembangan kognitifnya sudah mencapai pada tahap simbolik dimana siswa
mempunyai gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi oleh bahasa dan logika.
Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi
aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Pigeat yakin
bahwa pengalaman-penglaman fisik dan manipulasi lingkungan penting terjadinya
perunahan perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan teman
sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran
yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis (Nur, 1998)
dalam (Trianto,2007:14)
3). Teori Belajar David Ausubel
Belajar menurut David Ausubel dalam
Ratna Wilis (1989:110) diklasifikasikan menjadi dua dimensi yaitu, 1)
berhubungan dengan cara mendapatkan informasi atau materi pelajaran disajikan
kepada siswa, 2) cara bagaimana siswa dapat mengkaitkan informasi itu pada
struktur kognitif yang telah ada. Belajar merupakan suatu proses mengkaitkan
informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang teradapat dalam struktur kognitif
seseorang. Teori belajar dari Ausubel terkenal dengan teori bermakna. Materi
yang diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dipunyai
sebelumnya (Toeti Soekamto, 1997:25). Materi yang dipilih dan diatur
disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan serta masa lalu anak yang ditunjang
dengan situasi belajar yang nyaman. Teori belajar ini memiliki sifat advance
organizer yaitu dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk mempelajari
informasi baru dan mempermudah siswa mempelajari materi karena telah diarahkan.
Menurut
Prasetyo (1997:10) advence organizer dapat memberikan tiga
manfaat yaitu 1) dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi
belajar yang akan dipelajari siswa, 2) dapat berfungsi sebagai jembatan yang
menghubungkan antara apa yang sedang dipelajari siswa ”saat ini” dengan apa
yang ”akan” dipelajari siswa, 3) mampu membantu siswa untuk memahami bahan
belajar secara lebih mudah. Siswa dalam belajar, sehingga materi yang
dipelajari siswa dapat dihubungkan antara materi yang dipelajari saat ini
dengan materi yang dipelajari diwaktu yang akan datang sehingga memudahkan
siswa dalam memahami bahan ajar. Siswa dalam mempelajari materi saat diajarkan
ada kaitanya dengan materi sebelumnya. Materi yang dipilih sesuai dengan
tingkat perkembangan serta masa lalu siswa, materi yang dipelajari saat ini
memudahkan siswa dalam mempelajari materi yang akan datang. Siswa dapat
berdiskusi saat menyelesaikan tugas. Dalam model pembalajaran Jigsaw (Kelompok
Ahli) siswa dituntut untuk bekerjasama dalam satu kelompok ahli maupun kelompok
asal untuk menyelesaikan masalah.
4). Teori Belajar Gagne
Menurut Gagne dalam Noehi Nasution
(2008:43) belajar itu merupakan suatu proses yang memungkinkan seseorang
untuk mengubah tingkah lakunya cukup cepat, dan perubahan tersebut bersifat
relatif tetap, sehingga perubahan yang serupa tidak perlu terjadi berulang kali
setiap menghadapi situasi yang baru.
Ada beberapa ciri penting tentang
tentang belajar yaitu : 1) belajar itu merupakan suatu proses yang dapat
dilakukan manusia; 2) belajar menyangkut interaksi antara pebelajar dan
lingkungannnya; 3) belajar telah berlangsung bila terjadi perubahan tingkah
laku yang bertahan cukup lama selama kehidupan orang itu Belajar sebagai
proses, bertitik tolak dari suatu analogi antara manusia dan komputer.
Pemrosesan informasi (information prosessing model, proses belajar
dianggap sebagai transformasi input menjadi output seperti yang lazim terlihat
pada sebuah komputer. Dari uraian diatas disimpulkan belajar terjadi pada diri
manusia dengan proses pengubahan tingkah laku secara cepat, tepat dan terjadi
hanya satu kali dalam kehidupan seseorang.
Didasarkan atas model
pemrosesan-informasi Gagne dalam Ratna Wilis ( 1997:147) mengemukakan bahwa
satu tindakan belajar meliputi delapan fase belajar yang merupakan
kejadian-kejadian eksternal yang dapat diintruksikan oleh siswa atau guru, dan
setiap fase ini dipasangkan dengan suatu proses internal yang terjadi dalam
pikiran siswa. Kejadian-kejadian instruksional dalam kelas, seperti
mengaktifkan motivasi, memberitahukan tujuan-tujuan instruksional serta
mengarah perhatian, dapat dilakukan guru secara klasikal, tetapi
kejadian-kejadian instruksional yang lain meminta guru agar memperhatikan
perbedaan individu siswa.
1. Teori Behaviorisme
Menurut
teori belajar ini adalah perubahan tingkah laku, seseorang dianggap
belajar sesuatu bila ada menunjukkan perubahan tingkah laku. Misalnya,
seorang siswa belum bisamembaca maka betapapun gurunya berusaha sebaik mungkin
mengajar atau bahkan sudahhafal huruf A sampai Z di luar kepala,
namun bila siswa itu gagal mendemonstrasikankemampuannya dalam membaca, maka siswa itu belum bisa dikatakan belajar. Iadikatakan telah belajar apabila ia menunjukkan suatu perubahan dalam tingkah laku ( daritidak bisa menjadi bisa membaca). Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahanyang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yangbaru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yaitu berupa stimulusdan keluaran atau output yang berupa respons. Sedangkan apa yang terjadi diantarastimulus dan respons itu dianggap tidak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati.Yang bisa diamati adalah stimulus dan respons, misalnya stimulus adalah apa saja yangdiberikan guru kepada siswa tersebut dalam rangka membantu siswa untuk belajar
namun bila siswa itu gagal mendemonstrasikankemampuannya dalam membaca, maka siswa itu belum bisa dikatakan belajar. Iadikatakan telah belajar apabila ia menunjukkan suatu perubahan dalam tingkah laku ( daritidak bisa menjadi bisa membaca). Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahanyang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yangbaru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yaitu berupa stimulusdan keluaran atau output yang berupa respons. Sedangkan apa yang terjadi diantarastimulus dan respons itu dianggap tidak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati.Yang bisa diamati adalah stimulus dan respons, misalnya stimulus adalah apa saja yangdiberikan guru kepada siswa tersebut dalam rangka membantu siswa untuk belajar
Stimulus ini berupa rangkaian
alfabet, beberapa kalimat atau bacaan, sedangkan responsadalah reaksi siswa
terhadap stimulus yang diberikan gurunya.Menurut teori behaviorisme apa saja
yang diberikan guru (stimulus) dan apa sajayang dihasilkan siswa (respons)
semua harus bisa diamati, diukur, dan tidak boleh hanyaimplisit (tersirat).
Faktor lain yang juga penting adalah faktor penguat (reinforcement).Penguat adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya
respons. Bila penguatanditambah (positive reinforcement) maka respons
akan semakin kuat. Begitu juga bilapenguatan dikurangi (negative reinforcement)
responspun akan tetap dikuatkan.. Misalnyabila seorang anak bertambah giat
belajar apabila uang sakunya ditambah makapenambahan uang saku ini disebut
sebagai positive reinforcement. Sebaliknya jika uangsaku anak itu dikurangi dan
pengurangan ini membuat ia makin giat belajar, makapengurangan ini disebut
negative reinforcement.Prinsip-prinsip teori behaviorisme yang banyak dipakai
di dunia pendidikan ialah(Harley &
Davies, 1978 dalam Toeti, 1997):
- Proses belajar dapat berhasil dengan baik apabila si belajar ikut berpartisipasi secaraaktif didalamnya
- Materi pelajaran dibentuk dalam bentu unit-unit kecil dan diatur berdasarkan urutanyang logis sehingga si belajar mudah mempelajarinya
- Tiap-tiap respons perlu diberi umpan balik secara langsung, sehingga si belajar dapatmengetahui apakah respons yang diberikan telah benar atau belum
- Setiap kali si belajar memberikan respons yang benar maka ia perlu diberi penguatan.Penguatan positif ternyata memberikan pengaruh yang lebih baik daripada penguatannegatif Adapun kritik terhadap teori behaviorisme adalah:
- Asumsi pokoknya bahwa semua hasil belajar yang berupa perubahan tingkah lakuyang bisa diamati, juga dianggap terlalu menyederhanakan masalah belajar yangsesungguhnya. Tidak semua hasil belajar bisa diamati dan diukur, paling tidak dalamtempo seketika.
- Teori ini tidak mampu menjelaskan proses belajar yang kompleks karena aplikasiteori belajar behaviorisme dalam pembelajaran tergantung dari beberapa hal sepertitujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitaspembelajaran yang tersedia
2. Teori Kognitif
Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada
pendidikan yaitu.
- Memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut. Pengalaman ± pengalaman belajar yangsesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif dan jika gurupenuh perhatian terhadap Pendekatan yang digunakan siswa untuk sampai padakesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisimemberikan pengalaman yang dimaksud
- Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalamkegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuanjadi (ready made knowledge) anak didorong menentukan sendiri pengetahuan itumelalui interaksi spontan dengan lingkungan,c. Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan per-kembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh danmelewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbungan itu berlangsungpada kecepatan berbeda. Oleh karena itu guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu ± individu ke dalambentuk kelompok ± kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal,d. Mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi. Menurut Piaget, pertukarangagasan ± gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran.Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung, perkembangannyadapat disimulasi
3. Teori konstruktivisme
Implikasi teori konstruktivisme pada pembelajaran
diantaranya :a. Setiap guru akan pernah mengalami bahwa suatu materi
telah dibahas denganjelas-jelasnya namun masih ada sebagian siswa yang belum
mengerti ataupuntidak mengerti materi yang diajarkan sama sekali. Hal ini menunjukkan
bahwaseorang guru dapat mengajar suatu materi kepada sisiwa dengan baik,
namunseluruh atau sebagian siswanya tidak belajar sama sekali. Usaha keras
seorangguru dalam mengajar tidak harus diikuti dengan hasil yang baik pada
siswanya.Karena, hanya dengan usaha yangkeras para sisiwa sedirilah para siswa
akanbetul-betul memahami suatu materi yang diajarkan.b. Tugas setiap guru
dalam memfasilitasi siswanya, sehingga pengetahuan materiyang dibangun atau
dikonstruksi para siswa sendirisan bukan ditanamkan olehguru. Para sisiwa harus
dapat secara aktif mengasimilasikan dan mengakomodasipengalaman baru kedalam
kerangka kognitifnya.c. Untuk
mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental yangdigunakan
para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran yangdikembangkandan yang dibuat para sisiwa untuk
mendukung model-model itu.d. Siswa perlu mengkonstruksi pemahaman yang
mereka sendiri untuk masing-masing konsep materi sehingga guru dalam
mengajar bukannya ³menguliahi´,menerangkan atau upaya-upaya sejenis untuk
memindahkan pengetahuan padasiswa tetapi menciptakan situasi bagi siswa yang
membantu perkembanganmereka membuat
konstruksi-konstruksi mental yang diperlukan.e. Kurikulum
dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yangmemungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh
pesertadidik.f. Latihan memecahkan masalah seringkali
dilakukan melalui belajar kelompok dengan
menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Peserta didik
diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yangsesuai dengan
dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan teman yangmembuat
situasi kondusif untuk terjadinya konstruksi engetahuan pada diripeserta
didik.sedangkan Pandangan Konstruktivisme Tentang Belajar adalahsebagai berikut:
1) Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan non objektif, bersifattemporer,
selalu berubah dan tidak menentu.
2) Belajar adalah
penyusunan pengetahuan dari dari pengalaman konkrit,aktifitas kolaboratif dan
refleksi dan interpretasi.
3) Seseorang yang
belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadappengetahuan tergantung
pengalamannya dan persepektif yang didalammenginterprestasikannya
Pengertian
Hasil Belajar Menurut Para Ahli
Pengertian
Hasil Belajar Menurut Para Ahlisebelumnya
Hasil belajar
menurut
Anni (2004:4) merupakan perubahan perilaku yang diperolehpembelajar setelah mengalami aktivitas belajar.
Hasil belajar
menurut
Sudjana (1990:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah iamenerima
pengalaman belajaranya.Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah
suatu
kemampuanatau keterampilan yang dimiliki
oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitasbelajar. Gagne
mengungkapkan ada lima kategori
hasil
belajar
,
yakni : informasi verbal, kecakapanintelektul, strategi kognitif, sikap dan
keterampilan. Sementara Bloom mengungkapkan tigatujuan pengajaran yang
merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakanhasil belajar yaitu : kognitif, afektif dan
psikomotorik (Sudjana, 1990:22).
Hasil belajar
yang
dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu :1. Faktor dari dalam
diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar,minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,
ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.2. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau
faktor lingkungan, terutama kualitaspengajaran.
Hasil belajar
yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990:56), melalui
proses belajar mengajar
yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut.
• Kepuasan dan
kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik padadiri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi
yang rendah dan ia akan berjuanglebih keras untuk memperbaikinya atau
setidaknya mempertahankan apa yang telahdicapai.
• Menambah
keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinyadan
percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
•
Hasil belajar
yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat,membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain,
kemauan dankemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
•
Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif),
yaknimencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap)
dan ranahpsikomotorik, keterampilan atau perilaku.
•
Kemampuan siswa untuk mengontrol atau
menilai dan mengendalikan diri terutamadalam menilai hasil yang
dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses danusaha belajarnya
PENEGERTIAN
HASIL BELAJAR
pengertian Hasil belajar. dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah
dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya. Seorang guru
akan kecewa bila hasil belajar yang dicapai oleh peserta didiknya tidak sesuai
dengan target kurikulum. Dalam kaitannya dengan belajar, hasil berarti
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh guru melalui
mata pelajaran,
yang lazimnya ditunjukan dengan nilai test atau angka nilai yang diberikan oleh
guru.
Jadi hasil bermakna pada
keberhasilan seseorang dalam belajar
atau dalam bekerja atau aktivitas lainnya. Munandar mengatakan bahwa, ”hasil
itu merupakan perwujudan dari bakat dan Profesionalisme. Hasil yang
menonjol pada salah satu bidang mencerminkan bakat yang unggul dalam bidang
tersebut .
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil sebagai bentuk gambaran
keberhasilan individu setelah meyalurkan bakat, minat dan motivasinya dalam
kegiatan belajar, jadi pretasi belajar tidak terlepas dari faktor internal
maupun eksternal. Secara spesifik faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
siswa adalah sebagai berikut :
a.
Faktor Psikologis
Belajar yang merupakan proses kegiatan
untuk mengubah tingkah laku peserta didik, ternyata banyak faktor yang
mempengaruhinya. Di antara faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar
siswa adalah faktor-faktor psikologis. Menurut Sardiman (1990: 30) bahwa,
“Faktor-faktor psikologis yang dikatakan memiliki peranan penting dalam
aktivitas belajar, karena dipandang sebagai cara-cara berfungsinya pikiran
siswa dalam hubungan dengan pemahaman bahan pelajaran, sehingga penguasaan
terhadap bahan pelajaran yang disajikan lebih mudah efektif” .
Dengan
demikian suatu aktivitas belajar akan berjalan baik jika didukung oleh
faktor-faktor psikologis anak didik (siswa). Secara spesifik faktor-faktor yang
mempengaruhi aktivitas belajar adalah sebagai berikut:
1)
Motivasi
Seseorang
itu akan berhasil dalam belajar atau melakukan
aktivitas belajar dengan baik kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk
belajar. Menurut Sardiman bahwa motivasi yang berkaitan dengan aktivitas
belajar yaitu: (1) mengetahui apa yang akan dipelajari, dan (2) memahami
mengapa hal tersebut harus dipelajari”.
2)
Konsentrasi
Konsentrasi
dimaksudkan memutuskan segenap kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar.
Unsur motivasi dalam hal ini sangat membantu tumbuhnya proses pemutusan
perhatian. Di dalam konsentrasi ini keterlibatan mental secara detail sangat
diperlukan.
Di
dalam aktivitas belajar, jika dibarengi dengan konsentrasi maka aktivitas yang
dilakukan akan memenuhi sasaran untuk mencapai tujuan belajar itu sendiri.
3)
Reaksi
Di
dalam kegiatan belajar diperlukan keterlibatan unsur fisik maupun mental,
sebagai wujud reaksi. Dengan adanya diri siswa, maka proses belajar mengajar
akan menjadi hidup, karena siswa tidak hanya sebagai obyek tetapi subyek dalam belajar.
2.
Faktor Eksternal
Selain
faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, juga terdapat faktor eksternal
yang mempengaruhi aktivitas belajar siswa, yaitu:
a.
Lingkungan Keluarga
Lingkungan
keluarga yang kondusif terhadap aktiviatas belajar siswa, maka memungkinkan siswa untuk
aktif belajar. Misalnya, orang tua mendisiplinkan diri pada setiap habis
maghrib untuk membaca buku bersama nak-anak. Kebiasaan ini tentu saja akan
berpengaruh terhadap pengalaman belajar anak selanjutnya, baik di sekolah
maupun di perpustakaan.
b.
Lingkungan Masyarakat
Masyarakat
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan anak-anak usia sekolah,
dalam lingkungan masyarakat yang disiplin dalam menjaga anak-anak untuk belajar
secara intensif, maka akan berpengaruh pada aktivitas belajar siswa.
c.
Lingkungan Sekolah
Kondisi
sekolah yang mampu menumbuhkan persaingan positif bagi siswa akan dapat
memberikan nilai yang memungkinkan siswa untuk belajar secara aktif, misalkan
sekolah memberikan hadiah bagi yang aktif belajar di sekolah, dengan aktivitasnya itu
mampu berhasil.
Definisi Hasil Belajar
merupakan perubahan perilaku peserta
didik yang diperoleh setelahmengikuti pem
belajar dan selama kurun waktu
tertentu yang relatif menetap. Hal inisesuai pendapat2.
menurut Hamalik (2002: 155):
tampak sebagai terjadinya perubahan
tingkah laku pada diri siswa,yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan
pengetahuan sikap danketerampilan. Perubahan dapat diartikan terjadinya
peningkatan dan pengembanganyang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya
dari tidak tahu menjaditahu, sikap tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya.3.
menurut Dimyati (2002:
3):Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindakmengajar.
Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar .Dari
sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak
proses belajar Salah satu upaya mengukur hasil belajar
siswa dilihat dari hasil belajar siswa itusendiri. Bukti dari usaha
yang dilakukan dalam kegiatan belajar
dan proses belajar adalah
hasil belajar yang biasa diukur melalui tes.4.
menurut Hamalik (2002: 146) :
anmurid dalam mempelajari materi
pelajaran di pondok pesantren atau sekolah, yangdinyatakan dalam bentuk skor
yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.
PENGERTIAN HASIL BELAJAR (2)
Hasil
belajar merupakan hasil dari suatu interaksi hasil belajar dan tindak mengajar.
Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil
belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar
yang merupakan bukti dari usaha yang telah dilakukan. Menurut Hamalik
(2002:155) hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada
diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan, sikap,
dan ketrampilan.
Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:4-5) dampak pembelajaran adalah hasil yang dapat diukur seperti tertuang dalam raport, angka dalam ijazah atau kemampuan meloncat setelah latihan.
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak dari suatu interaksi dalam proses pembelajaran. Menurut Nasrun (dalam Tim Dosen, 1980 : 25) mengemukakan bahwa :
“Hasil belajar merupakan hasil akhir pengambilan keputusan mengenai tinggi rendahnya nilai yang diperoleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar dikatakan tinggi apabila tingkat kemampuan siswa bertambah dari hasil sebelumnya.”
Hasil belajar sering dipergunakan dalam arti yang sangat luas yakni untuk bermacam-macam aturan terhadap apa yang telah dicapai oleh murid, misalnya ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes lisan yang dilakukan selama pelajaran berlangsung, tes akhir semester dan sebagainya. Dalam penelitian ini, hasil belajar yang dimaksudkan adalah hasil tes tiap siklus.
Selanjutnya Davis (dalam Abdullah, 2007 : 4) mengatakan :”Dalam setiap proses belajar akan selalu terdapat hasil nyata yang dapat diukur. Hasil nyata yang dapat dikur dinyatakan sebagai prestasi belajar seseorang.”
Dari uraian-uraian di atas jelas bahwa suatu proses belajar mengajar pada akhirnya akan menghasilkan kemampuan siswa yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dalam arti bahwa perubahan kemampuan merupakan indikator untuk mengetahui hasil prestasi belajar siswa. Dan dari beberapa pendapat di atas maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah ia menerima suatu pengetahuan yang berupa angka (nilai). Jadi aktivitas siswa mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, tanpa adanya aktivitas siswa maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik, akibatnya hasil belajar yang dicapai siswa rendah.
Semoga Pengertian Hasil Belajar ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan sekalian, terimakasih.
Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:4-5) dampak pembelajaran adalah hasil yang dapat diukur seperti tertuang dalam raport, angka dalam ijazah atau kemampuan meloncat setelah latihan.
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak dari suatu interaksi dalam proses pembelajaran. Menurut Nasrun (dalam Tim Dosen, 1980 : 25) mengemukakan bahwa :
“Hasil belajar merupakan hasil akhir pengambilan keputusan mengenai tinggi rendahnya nilai yang diperoleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar dikatakan tinggi apabila tingkat kemampuan siswa bertambah dari hasil sebelumnya.”
Hasil belajar sering dipergunakan dalam arti yang sangat luas yakni untuk bermacam-macam aturan terhadap apa yang telah dicapai oleh murid, misalnya ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes lisan yang dilakukan selama pelajaran berlangsung, tes akhir semester dan sebagainya. Dalam penelitian ini, hasil belajar yang dimaksudkan adalah hasil tes tiap siklus.
Selanjutnya Davis (dalam Abdullah, 2007 : 4) mengatakan :”Dalam setiap proses belajar akan selalu terdapat hasil nyata yang dapat diukur. Hasil nyata yang dapat dikur dinyatakan sebagai prestasi belajar seseorang.”
Dari uraian-uraian di atas jelas bahwa suatu proses belajar mengajar pada akhirnya akan menghasilkan kemampuan siswa yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dalam arti bahwa perubahan kemampuan merupakan indikator untuk mengetahui hasil prestasi belajar siswa. Dan dari beberapa pendapat di atas maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah ia menerima suatu pengetahuan yang berupa angka (nilai). Jadi aktivitas siswa mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, tanpa adanya aktivitas siswa maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik, akibatnya hasil belajar yang dicapai siswa rendah.
Semoga Pengertian Hasil Belajar ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan sekalian, terimakasih.
HASIL BELAJAR
Belajar dan mengajar pada
dasarnya adalah hubungan timbal balik guru dengan siswadalam situasi pendidikan. Melalui proses belajar mengajar diharapkan siswa
mempunyaisejumlah kepandaian dan kecakapan tertentu serta
perubahan-perubahan pada dirinya.Perubahan
sebagai hasil belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti
perubahanpengetahuan, kecakapan, kemampuan, sikap dan nilai.Bloom dalam Suparno (2001; 6) menggolongkan
prilaku dalam kawasan kognitif,afektif, dan psikomotorik. Kawasan
kognitif mencakup ingatan, pengetahuan, dankemampuan
intelektual. Kawasan Psikomotorik mencakup kemampuan gerak dan motorik.Kawasan
afektif mencakup sikap-sikap, nilai perasaan dan minat. Diantara ketiga kawasantersebut,
kemampuan kognitiflah yang sangat sering dinilai kerena kemampuan ini
berkaitandengan kemampuan intelektual siswa dalam mengawasi meteri pelajaran.Hamalik dalam Karlina (1998) memberikan pengertian
bahwa hasil belajar adalahtampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada
diri siswa yang dapat diamati dandiukur dalam bentuk perubahan pengetahuan
sikap dan keterampilan. Perubahan tersebutdiartikan sebagai terjadinya
peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkandengan
sebelumnya, misalnya dari tidak tau menjadi tahu.Menurut.Romiszowski
(1981: 217) hasil belajar merupakan
keluaran dari sistempemprosesan masukan-masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi
sedangkan
keluarnya adalah perbuatan
atau kinerja. Menurut
Romiszowski, perbuatanmerupakan
petunjuk bahwa proses belajar telah terjadi dan hasil belajar dikelompokkankedalam
dua macam saja yaitu keterampilan dan pengetahuan. Pengetahuan terdiri dari
empatkategori, yaitu (1) pengetahuan tentang fakta, (2) pengetahuan tentang
prosedur, (3)pengetahuan tentang konsep, (4) pengetahuan tentang prinsip.
Keterampilan juga terdiri dariempat kategori, yaitu (1) keterampilan untuk
barfikir dan keterampilan kognitif, (2)keterampilan untuk bertindak atau keterampilan motorik, (3)
keterampilan bereaksi ataubersikap, dan (4)
keterampilan berinteraksi.Berdasarkan
uraian-uraian diatas, dapat dikemukakan bahwa suatu prosespembelajaran
pada akhirnya akan menghasilkan kemampuan atau kapasitas yang mencakuppengetahuan , sikap, dan keterampilan. Dimana
ketiga kemampuan ini diperoleh melaluisuatu proses pembelajaran dalam
arti bahwa kemampuan sebagai konsekuensi pembelajaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar