BAB 6.
CONTOH PROPOSAL PTK
Sebelum kami
berikan contoh, coba perhatikan pertanyaan berikut ini:
IDENTIFIKASI MASALAH PTK
I. Identifikasi Masalah Penelitian Tindakan Kelas
1. Kemukakanlah masalah –masalah atau kendala -
kendala yang Anda hadapi ketika melaksanakan kegiatan belajar–mengajar mata
pelajaran yang diberikan kepada siswa (berkaitan dengan penggunaan media,
strategi, model, lingkungan belajar, sistem penilaian, implementasi kurikulum)!
…………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………..
2. Pilihlah
salah satu masalah yang menuntut Anda mendesak !
…………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………..
3. Berikan alasan
mengapa masalah tersebut penting untuk segera dicarikan pemecahannya!
…………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………..
4. Analisislah
penyebab munculnya masalah yang Anda rumuskan tersebut
…………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………..
5. Dapatkanlah
satu alternative pemecahan masalah untuk memecahkan masalah urgent yang Anda
hadapi tersebut! Alternatif pemecahan masalah itu haruslah bertolak dari hasil analisis
dan didasarkan pada TEORI tertentu
…………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………..
II.
Penulisan Proposal Penelitian Tindakan Kelas
1. Tulislah
judul PTK yang Anda usulkan
…………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………….……
Apakah judul
PTK Anda telah mencantumkan hal –hal berikut:
- Tujuan/tindakan
- Cara menyelesaikan masalah (solusi)
- Tempat penelitian dilaksanankan (seting)
2. Deskripsi
masalah yang Anda hadapi!
…………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………..………
…………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………….…
Apakah masalah
yang Anda deskripsikan telah memuat hal –hal sebagai berikut?
- Apakah deskripsi maslah telah disesuaikan dengan kondisi nyata tentang kendala kendala yang Anda hadapai sewaktu melaksanakan KBM dengan menerapkan strategi pengajaran dan pembelajaran kontekstual?
- Apakah deskripsi masalah telah memuat identifikasi satu masalah yang mendesak untuk segera dilaksanakan?
- Apakah deskripsi masalah telah memuat tentang hasil analisis masalah?
- Apakah deskripsi maslah telah memuat tentang refleksi awal?
- Bagaimana perumusan masalah?
3. Deskripsikan
tentang cara pemecahan masalah yang Anda ajukan!
…………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………..…
………………………………………………………………………………………………..…
Apakah
pemecahan masalah yang Anda ajukan memenuhi rambu –rambu berikut?
- Apakah ada alternative pemecahan masalah?
- Apakah alternative pemecahan masalah itu didasarkan teori tertentu?
- Apakah alternative pemecahan masalah itu bertolak dari hasil analisis?
4. Rumuskan
hasil yang diharapkan dari penelitian Anda (buatlah rumusan masalah caranya
Judul buat kalimat tanya )!
…………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………..…
…………………………………………………………………………………………………..
Apakah rumusan
hasil yang diharapkan dalam penelitian Anda telah memuat hal –hal sebagai
berikut :
- Apakah rumusan hasil yang diharapkan telah mengemukakan hasil yang diharapkan bagi siswa?
- Apakah rumusan hasil yang diharapkan telah mengemukakan hasil yang diharapkan bagi praktisi?
5. Kemukakanlah
prosedur tindakan yang akan Anda lakukan dalam PTK ini!
…………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………….…
………………………………………………………………………………………………….
Apakah dalam
deskripsi tentang prosedur tindakan telah Anda kemukakan hal –hal sebagai
berikut :
- Apakah ada deskripsi tentang setting dan karakteristik subjek?
- Apakah ada variable/factor yang diselidiki?
- Apakah ada rencana tindakan yang mencakup misalnya scenario pembelajaran, implementasi tindakan, observasi, dan evaluasi, analisis, dan refleksi?
6. Tulislah
lokasi penelitian Anda!
…………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………..
7. Tulislah
personil tim peneliti Anda!
Ketua Tim
Peneliti
Nama
lengkap : …………………………………………......…
Jenis kelamin : …………………………………………...…
NIP : ………………………………………….……
Pangkat/Gol .
: ………………………………………………
Berikut ini diberikan beberapa contoh PROPOSAL PTK
PENGGUNAAN CD PENGAJARAN BICARA SEBAGAI SUPLEMEN UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN DALAM PRAKTEK PENGAJARAN BICARA KONSONAN S PADA ANAK TUNARUNGU.
Disusun Oleh :
----------------------------------------------------
INSTANSI
------------------------------------------------------
TAHUN --------------------------
A.
Judul
Penelitian :
Penggunaan CD pengajaran bicara sebagai suplemen untuk
meningkatkan keterampilan dalam praktek pengajaran bicara konsonan S pada anak
Tunarungu
B.
Latar
Belakang
Mata ajar
artikulasi merupakan mata kuliah yang khusus diberikan pada siswa spesialisasai
anak tunarungu. Mata ajar ini mempunyai dua aspek sasaran yang ingin dicapai yaitu
pengetahuan tentang cara cara pengajaran bicara dan keterampilan dalam
memperbaiki serta membentuk bicara pada anak tunarungu.
Mata ajar ini berisikan konsep konsep
dasar pembinaan bicara pada ank tunarungu. Oleh karena itu pada mata ajar ini lebih
menekankan pada aspek kognitif. Pengetahuan diperlukan sebagai dasar dalam mealkukan perbaikan bicara pada
anak tunarungu. Sedangkan mata ajar berikutnya lebih menekankan pada praktek
penanganan bicara anak tunarungu. Oleh karena itu aspek keterampilan siswa dalam menangani anak tunarungu lebih
ditekankan.
Siswa dalam mengikuti mata ajar ini belum
menunjukkkan hasil yang memuaskan terutama dalam praktek penanganan dan
pembentukan bicara pada anak tunarungu. Hal ini tampak dari hasil yang
diberikan siswa setelah melakukan praktek di lapangan. Pada umumnya mereka
mengalami kesulitan, sehingga dalam menangani dan memperbaiki bicara belum
memuaskan. Kondisi semacam ini jika dianalisis banyak faktor penyebabnya salah
satunya terbatasnya kemampuan mahasiswa dalam menggunakan audio visual dalam
pengajaran konsonan S pada anak
tunarungu.
Menyadari banyak faktor yang dapat menjadi
penyebab terjadinya kekurangberhasilan, maka dalam pembelajaran mata kuliah
artikulasi perlu dikaji faktor utama yang memungkinkan sebagai penyebab
kesulitan yang dihadapi mahasiswa. Melalui pengkajian dapat ditemukan dan
sekaligus ditentukan langkah langkah untuk memperbaikinya. Berbagai upaya telah
dilakukan dalam memperbaiki sistem perkuliahan antara lain dengan memanfaatkan
fasilitas laboratorium semaksimal mungkin untuk simulasi, perubahan penyampaian
materi perkuliahan, penambahan waktu praktek lapangan. Beberapa usaha telah
dilakukan, tetapi belum menunjukkan hasil yang memuaskan, terutam dalam
keterampilan memperbaiki bicara anak. Atas dasar kenyataan yang demikian, maka
perlu dicari alternative lainnya dengan melakukan inovasi inovasi baik dalam
metode penyampaian maupun penggunaan fasilitas laboratorium serta pemanfaatan
multi media untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menangani permasalahan
bicara terutama pembentukan konsonan S pada anak tunarungu yang tidak dapat
bicara.
Peningkatan kualitas asiswa dapat
dilakukan melalui peningkatan kemampuan dalam bidang pengetahuan dan bidang
keterampilan. Peningkatan dalam bidang pengetahuan dapat dilakukan dengan
mengkaji berbagai literature, memperhatikan pelajaran guru di kelas dan
sebagainya. Peningkatan dalam bidang keterampilan perlu adanya praktek dalam
penanganan dan pembentukan bicara pada subyek yang sesungguhnya yaitu anak
tunarungu. Kemampuan dalam bidang keterampilan perlu dilakukan secara sendiri sendiri
oleh siswa dengan praktek di lapangan. Penguasaan pengetahuan secara teoritis
diperlukan sebagai media untuk menguasai keterampilan secara praktis. Satu
kelemahan yang sering terjadi khususnya siswa adalah penguasaan pada bidang
keterampilan atau pada aplikasi di lapangan. Penggunaan audio visual dalam
praktek pembentukan konsonan S pada anak tunarungu selama ini belum banyak
dilakukan oleh siswa.
c. Perumusan masalah
Permasalahan yang terjadi pada mata ajar ini yaitu
tidak adanya subyek (anak tunarungu) untuk praktek di sekolah. Untuk mengatasi permasalahan diatas dilakukan
praktek di berbagai SLB-B. Dengan demikian waktu pertemuan dalam pengajaran
bicara sangat terbatas, sehingga menyulitkan siswa untuk trampil melakukan
perbaikan bicara pada anak. Untuk itu perlu dilakukan inovasi inovasi dalam pelajaran,
sehingga kemampuan siswa dalam praktek pembentukan konsonan/vocal dapat
meningkat. Inovasi yang dilakukan dalam pembelajaran yaitu memanfaatkan
fasilitas yang dimiliki jurusan dan teknologi multi media semaksimal mungkin
dalam proses pembelajaran. Adapun inovasi yang dipilih dalam meningkatkan
keterampilan mahasiswa dalam penggunaan audio visual sebagai sarana
pembelajaran. Dengan demikian diharapkan kesulitan mahasiswa dalam praktek
pembentukan bicara yaitu konsonan S pada anak tunarungu dapat teratasi
seefektif dan efisien mungkin.
d. Cara Pemecahan Masalah
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, yaitu melakukan percobaan
percobaan dengan memggunakan media CD pembelajaran bicara yang dilakukan di
laboratorium/kelas yang diberikan tentang teknik teknik perbaikan bicara.
Adapun langkah langkah sebagai berikut :
- Penyiapan dengan menyusun rencana topic materi sesuai dengan tingkat kesulitan pada masing masing konsonan maupun vokal.
- Memperlihatkan kepada mahasiswa masing masing teknik dalam memperbaiki bicara lengkap dengan penggunaan berbagai sarana pembelajaran dan peralatan peraga yang diperlukan.
- Melakukan diskusi tentang berbagai teknik perbaikan bicara.
- Mengumpulakan dan menganalisis data.
Untuk lebih jelasnya, maka desain inovasi yang digunakan dalam
pembelajaran dapat dilihat pada bagian di bawah ini :
Bagan desain
pembelajaran artikulasi II dengan CD pembelajaran bicara;
|
|||||||
|
- Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai melalui
kegiatan penelitian adalah menemukan pembelajaran yang efektif dan efisien dalam
pembentukan bicara pada konsonan S pada anak tunarungu.
- Kontribusi/Manfaat Penelitian
Kontribusi yang ingin dicapai adalah
bertambahnya wawasan pengetahuan dalam bidang pendidikan, khususnya dalam
pendidikan luar biasa serta dapat diaplikasi secara praktis di lapangan dan di
kelas sebagai salah satu bentuk pembelajaran di ruang kuliah, sehingga
mahasiswa tidak mengalami kesulitan dalam pembentukan konsonan S. dengan
demikian inovasi yang telah ditemukan dapat digunakan dalam pengajaran bicara
yaitu pembentukan konsonan S pada siswa tunarungu.
- Tinjauan Pustaka dan Hipotesis Tindakan
- Tinjauan Pustaka
- Pembelajaran bicara (konsonan s)
Belajar adalah kegiatan para siswa, baik dengan bimbingan guru atau dengan
usaha sendiri. Pendidik berusaha membantu agar siswa belajar lebih terarah,
cepat, lancer, dan berhasil baik. Atau istilah lain dengan membelajarkan siswa.
Pembelajaran agar berhasil perlu dilaksanakan sistematis, secara bulat dengan
mempertimbangkan segala aspek.
Sebelum mengenal pembelajaran secara khusus perlu mengenal pembelajaran
secara umum. Pembelajaran di dalam kelas baik secara klasikal atau individual
dibutuhkan adanya model pembelajaran. Untuk itu perlu diketahui terlebih dahulu
pengertian model secara umum. Model dalam kehidupan sehari hari merupakan suatu
pola yang di contoh, baik dalam bentuk fisik suatu hasil kerja atu suatu pola
tertentu menghasilkan perilaku belajar yang baik. Model pembelajaran merupakan
penyederhanaan dari hubungan berbagai komponen yang ada dalam proses belajar
mengajar di dalam kelas. Komponen komponen pembelajaran meliputi: metode
belajar, sarana dan prasarana, guru, siswa, kurikulum, alat evaluasi, dan
sebagainya. Menurut Zamroni, (1988:79), mengatakan model merupakan inti dari
teori dalam bentuk sederhana, sehingga mudah dibaca dan dipahami. Sedangkan
menurut Winardi (1986:53-55), mengatakan ada tiga cara untuk menyatakan model,
yaitu: (1) secara verbal menerangkan dengan kata kata, (2) secara grafis yaitu
menerangkan dengan menyajikan diagram, dan (3) secara matematis pada ilmu
pasti.
Ada beberapa
model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar pada anak
tunarungu yaitu :
- Prinsip Bimbingan
Bimbingan dapat diartikan suatu
proses bantuan atau tuntutan terhadap individu melalui usahanya sendiri untuk
menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi
dan kemanfaatan sosial. Layanan pengajaran merupakan bantuan kepada siswa dalam
mengatasi kesulitan kesulitan dalam kegiatan pengajaran sehingga mereka dapat
mengembangkan kemampuannya secara optimal.
- Prinsip Pengayaan
Pengayaan dalam pembelajaran
dimaksudkan dengan adanya pengayaan pada kurikulum yang dipelajari oleh siswa.
Kemampuan siswa dapat ditingkatkan melalui perluasan kurikulum yang dipelajari
akan mengakibatkan pengetahuan mahasiswa semakin luas dan mendetail. Pengayaan
kurikulum dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu: berorientasi pada proses,
berorientasi pada konten, materi yang harus dipelajari, dan berorientasi pada
produk atau hasil.
- Belajar Tuntas
Belajar tuntas merupakan suatu system
belajar yang mengharapkan sebagian besar siswa tujuan (basic learning
objective) tertentu secara tuntas. Penguasaan terhadap tujuan sehingga dapat
dikatakan tuntas memiliki standar tertentu sesuai dengan tuntutan masing masing
tujuan yang hendak dicapai. Pencapaian standar dalam belajar tuntas pada
umumnya para siswa diharapkan minimal menguasai 85% dari jumlah populasi
peserta didik dan dari 85% siswa harus menguasai sekurang-kurangnya 75% tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
- Individu dalam proses pembelajaran
Individu sebagai peserta dalam proses
pembelajaran memilikiperbedaan antara individu yang satu dengan yamg lainnya
dalam berbagai hal, yaitu: waktu dan irama perkembanagan, motif, intelegensi,
dan emosi, kecepatan belajar, dan pembawaan dan lingkungan. Perbedaan perbedaan tersebut dalam individu akan
mengakibatkan hasil belajar yang dicapai akan berbeda-beda pula. Oleh karena
itu dalam pembelajaran pendidik bertugas memberikan pelayanan yang tepat dan
menyediakan waktu yang cukup, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat
tercapai semaksimal mungkin oleh siswa.
- Media (Alat Bantu) dalam pembelajaran
Bahan pengajaran adalah seperangkat
materi keilmuan yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip, generalisasi suatu
ilmu pengetahuan yang bersumber dari kurikulum dan dapat menunjang tercapainya
tujuan pengajaran. Metodologi pengajaran adalah metode dan teknik yang
digunakan dalam melakukan interaksinya dengan siswa agar bahan pengajaran
sampai kepaad siswa, sehingga siswa menguasai tujuan pengajaran.
Dalam
metodologi ada dua aspek yang paling menonjol, yaitu metode mengajar dan media
pengajaran sebagai alat bantu mengajar. Sedangkan penilaian adalah alat untuk
mengukur atau menentukan taraf tercapai tidaknya suatu tujuan pengajaran.
|
|
|
|
Gambar Pola pembelajaran dibantu media
(Arifin,2000)
Dalam praktek pembelajaran sebenarnya
tidak ada pola yang kaku antar komponen pembelajaran. Pola kombinasi yang
lengkap dapat digambarkan sebagai berikut :
Salah satu gambar yang paling banyak
dijadikan acuan sebagai landasan teori
penggunaan media dalam proses belajar adalah Dale’s Cone of Experience (Kerucut Pengalaman Edgar Dale). Kerucut
ini merupakan elaborasi yang rinci dari konsep tiga tingkatan pengalaman yang
dikemukakan oleh bruner. Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari
pengalaman langsung (konkret), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan
seseorang kemudian melalui benda tiruan sampai kepada lambing verbal (abstrak).
Semakin diatas puncak kerucut
semakin abstrak media penyampai pesan itu. Perlu dicatat bahwa urut–urutan ini
tidak berarti prosesw belajar dan interaksi mengajar belajar harus selalu
dimulai dari pengalaman langsung, tetapi dimulai dengan jenis pengalaman yang
paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
kelompok siswa yang dihadapi mempertimbangkan situasi belajarnya.
Dasar pengembanagan kerucut di atas bukanlah tingkat kesulitan, melainkan
tingkat keabstrakan, jumlah jenis indera yang turut serta selama penerimaan isi
pengajaran atau pesan. Pengalaman
langsung akan memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai
informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu, oleh karena
melibatkan indera pengluhatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba.
Ini dikenal dengan Learning by doing
karena memberi dampak langsung terhadap pemerolehan dan pertumbuhan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa.
a.
Penggunaan Komputer dalam Pembelajaran
Teknologi informasi (TI) merupakan salah satu bagian
teknologi yang berkembang dengan pesat dan aplikasinya sangat luas dewasa
ini.aplikasi TI yang nyata misalnya dengan hadirnya multimedia dan web, dalam
bidang pendidikan yang melahirkan terobosan baru dalam meningkatkan efisiensi
dan efektifitas proses pembelajaran.
Komputer
telah diterapkan dalam bidang pendidikan semenjak awal perkembangannya.
Walaupun sangat bersifat administrative yaitu berupa pembuatan aplikasi database
dan komputerisasi, namun dalam bentuk yang awal tersebut sudah mulai
memasuki aspek pendidikan yang manual dan modul kerja sampai pada bentuk
simulasi sederhana dalam suatu proses misalnya dalam kegiatan industri, penelitian
dan administrasi.
Berkembangnya hardware komputer dalam 2 dekade terakhir dari mainframe yang
mahal sampai PC dalam bentuk sekarang yang kemampuannya secara bertahap telah
meningkat drastis, memungkinkan penggunaan komputer dalam pendidikan pada berbagai
bentuknya, seperti yang paling akhir ini, pendidikan jarak jauh lewat internet
dan softwere pengajaran berbagai bidang studi dalam bentuk CD software
multimedia yang memuat animasi, film, gambar, musik dan suara yang interaktif.
Pengajaran
dengan bantuan komputer dikembangkan dari model belajar terprograma (programmed instruction). Belajar
terprograma ini merupakan istilah umum pada system belajar yang berbeda untuk
tingkat tingkat berbeda pula. Penekanannya terletak pada perlunya respon dengan
tujuan untuk pembentukan hasil belajar melalui control dari feedback atau reinforcement (pemberian support
yang akan berpengaruh pada psikologis siswa)
b.
Multimedia dalam pembelajaran bicara
Penggunaan komputer dalam
pembelajaran kimia sebenarnya sudah ada sejak beberapa decade terakhir. Bahkan
dalam beberapa tahun terakhir, buku buku teks banyak dilengkapi dengan softwere
(multimedia) yang merupakan suplemen materi. Suplemen tersebut biasanya
berisikan hal hal yang tidak dapat dihadirkan langsung oleh buku, misalnya
peristiwa peristiwa yang terjadi secara kebetualn atau sengaja dilakukan.
Penggunaan multimedia dalam pembelajaran bicara belum
banyak diteliti, sehingga hasilnya belum banyak dipublikasikan. Namun pada
beberapa penelitian di bidang lain menunjukkan bahwa penggunaan multimedia
tersebut dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami konsep konsep
(sanger, 2001)
Salah satu upaya untuk mengatasi
permasalahn besar tersebut ialah dengan memanfaatkan multimedia yang dapat
mempresentasikan semua domain berpikir dalm pembelajaran bicara. Multimedia
tersebut haruslah memfasilitasi mahasiswa untuk berpikir baik dari segi konsep
maupun praktis.
Penggunan alat bantu pengajaran
sangat membantu mahasiswa peserta didik CD pembelajaran bicara merupakan salah
satu alat bantu pembelajaran memiliki peranan yang sangat membantu dalam
menjelaskan hal hal abstrak menjadi jelas dan sederhana serta lebih efisien
dalam waktu. Melalui multimedia dapat dipergunakan untuk menganalisis kegiatan
praktek yang dilakukan oleh masing masing siswa. Dengan audio visual dapat
dilakukan analisis pada kegiatan pembelajaran yang kemudian dapat dilakukan
berbagai analisis dari kelebihan dan atau kesalahan yng dilakukan oleh
mahasiswa dalam pembentukan bicara anak tunarungu. Melalaui analisis tersebut,
hasil praktek yang telah direkam, dapat diketahui mana yang perlu perbaikan
jika terjadi kesalahan dalam praktek. Proses pembelajaran selanjutnya
berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan demikian hasil yang
diharapkan akan lebih baik. Pengajaran bicara, paad anak tunarungu sangat
diperlikan adanya peralatan bantu yang memadai, karenha anak tersebut telah
memiliki permasalahan dalam pendengarannya.
c.
Tunarungu dan permasalahannya
1)
Pengertian
Tunarungu adalah peristilahan secara
umum yang diberikan kepada anak yang mengalami kehilangan/gangguan pendengaran,
sehingga ia mengalami gangguan dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari. Secara garis besar tunarungu dibedakan
menjadi dua yaitu tuli dan kurang dengar. Menurut Smith, M (1975:392-394); tuli
bilamana mengalami kerusakan pendengarannya dalam taraf yang berat sehingga
pendengarannya tidak berfungsi. Kurang dengan bilamana ia mengalami kerusakan
pendengarannya dalam taraf yang berat, sehingga pendengarannya tidak berfungsi.
Kurang dengan bilaman ia mengalami kerusakan pendengaran, tetapi alat
pendengarannya masih berfungsi.
2)
Karakteristik Tunarungu
Ada beberapa karakteristik tunarungu yaitu :
a)
Intelegensi
Karakteristik dalam segi intelegensi, secara potensial tidak berbeda dengan
anak normal pada umumnya; ada yang pandai, sedang, dan bodoh. Namun demikian
secara fungsional intelegensi mereka berada di bawah anak normal. Hal
ini disebabkan karena kesulitan dalam memahami bahasa.
b)
Emosi dan sosial
Keterbatasan yang terjadi dalm berkomunikasi pada tuanrungu mengakibatkan
perasaan terasing dari lingkungannya. Tunarungu mampu melihat semua kejadian,
akan tetapi tidak mampu untuk memahami dan mengikuti secara menyeluruh,
sehingga menimbulkan emosi yang tidak stabil, mudah curiga dan kurang percaya
pada diri sendiri. Dalam pergaulan cenderung memisahkan diri terutama dengan
orang normal, hal ini disebabkan keterbatasan dalam berkomunikasi secara lisan.
c)
Bahasa dan Bicara
Tunarungu dalam segi bahasa dan
bicara mengalami hambatan, hal ini disebabkan adanya hubungan yang erat antara
bahasa dan bicara denagn ketajaman pendengaran, mengingat bahasa dan bicara
merupakan hasil dari proses peniruan. Sehingga tunarungu dalam segi bahasa yang
dimiliki ciri yang khas yaitu sangat terbatas dalam kosa kata, sulit mengartikan
arti kiasan, kata-kata yang abstrak.
3)
Media Komunikasi Tunarungu dalam Belajar
Media komunikasi tunarungu ada tiga
yaitu: oral, isyarat, dan komunikasi total.
a)
Media oral
Media yang digunakan tunarungu dalam belajar menggunakan bicara. Proses
belajar mengajar yang diberikan oleh guru kepada tunarungu menggunakan media
bicara sebagaimana proses pembelajaran pada anak normal dalam mengikuti
pelajaran di kelas. Sebagai konsekuensi logis dalam menggunakan media oral
yaitu guru harus mengajarkan bicara ada tunarungu.
b)
Media Isyarat
Media yang digunakan oleh guru dalm
proses pembelajaran menggunakan isyarat isyarat sebagai pengganti kata huruf,
tidak menggunakan media bicara.Isyarat yang digunakan kadang kadang masih
bersifat lokal sehingga sulit untuk berkomunikasi dengan sesame tunarungu di
tempat lain. Untuk mengatasi masalah tersebut telah disusun kamus isyarat
bahasa Indonesia.
Oleh karena itu semua tunarungu harus belajar isyarat tersebut.
c)
Media komunikasi total
Komunikasi total merupakan perpaduan dari kedua media yang terdahulu. Media ini digunakan secara bersama-sama
dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Dengan harapan bila siswa tidak
mengerti dari bentuk ucapannya, diharapkan siswa dapat mengerti melalui
isyaratnya. Untuk itu tunarungu harus belajar bicara dan belajar isyarat.
4)
Metode
pengajaran yang efektif bagi tunarungu
Untuk
menentukan metode yang efektif bagi tunarungu, langkah yang pertama adalah
memahami segala karakteristik tunarungu terutama dalam segi bahasa dan langkah
yang kedua adalah ciri khas tunarungu adalah visual/pemata. Dalam pembelajaran
tidak perlu menggunakan kata kata yang sulit untuk dipahami tunarungu, apalagi
menggunakan kata yang abstrak, tetapi menggunakan kata kata yang singkat, jelas
dan nyata (jika memungkinkan). Dalam proses pembelajaran segala sesuatu yang
diucapkan guru atau diisyaratkan harus
berada di jangkauan mata (dapat dilihat) tuanrungu, jika tidak dapat dilihat
oleh anak tunarungu maka pembelajaran tidak ada manfaatnya.
5)
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian dari pengertian belajar, model
pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dan individu sebagai peserta didik maka
kegiatan pembelajaran diperlukan adanya keterpaduan diantara komponen dalam
belajar. Keterpadauan ini berlaku disemua jenjang pendidikan termasuk di
sekilah luar biasa. Penggunaan alat bantu pengajaran sangat membantu peserta
didik audio visual salah satu alat bantu pembelajaran memiliki peranan yang
sangat membantu dalam menjelaskan hal-hal abstrak menjadi jelas dan sederhana
serta lebih efisien dalam waktu. Audio
visual dapat dipergunakan untuk menganalisis kegiatan praktek yang dilakukan
oleh masing masing siswa. Dengan audio visual dapat dilakukan analisis pada
proses pembelajaran yang kemudian dapat dilakukan berbagai analisis dari
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dalam kelas dan menganalisis segi
kelebihan dan atau kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam pembentukan
direkam, dapat diketahui mana yang perlu perbaikan jika terjadi kesalahan dalam
praktek. Proses pembelanjaran selanjutnya berdasrkan hasil analisis yang
telah dilakukan dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih baik.
Pengajaran bicara, konsonan S pada anak tunarungu sangat diperlukan adanya
peralatan bantu yang memadai, karena anak tersebut telah memiliki permasalahan
dalam pendengarannya. Sebelum mereka diajarkan berbagai pengetahuan, mereka perlu
ditangani terlebuh dahulu pada komunikasi secara lisan (bicara). Pembentukan
bicara pada anak tunarungu merupakan pekerjaan yang tidak mudah perlu dicari
inovasi-inovasi dalam pembelajaran bicara, sehingga kesulitan yang dihadapi
para pendidik dana calon pendidik dapat terpecahkan.
Berdasarkan uraian diatas maka
diajukan hipotesis tindakan yaitu penggunan CD pengajaran bicara sebagai
suplemen dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam praktek pengajaran
bicara konsonan S pada anak tunarungu di SLB-B.
G.
Rencana Penelitian
- Setting penelitian
Penelitian dilakjukan di laboratorium dengan melihat
tayangan CD mengenai pembelajaran konsonan S denga segala permasalahannya dan
SLB B sebagai tempat praktek pembelajaran pembentukan konsonan.
- Variabel
Variabel yang menjadi sasaran dalam rangka PTK adalah
peningkatan keterampilan mahasiswa dalam melakukan praktek
pembentukan/perbaikan konsonan S pada anak tunarungu di SLB-B. Di samping
variable tersebut masih ada beberapa variabel yang lain yaitu :
§
Input:
sarana pembelajaran, lingkungan belajar, bahan ajar, guru, siswa, prosedur
evaluasi dan sebagainya.
§
Proses kmb:
interaksi belajar, gaya guru mengajar, implementasi berbagai metode perbaikan
konsonan s dan sebagainya.
§
Out put :
hasil belajar siswa beruapa ucapan konsonan s pada waktu berbicara, motivasi
siswa, dan sebagainya.
- Rencana Tindakan
1)
Perencanaan
Untuk meningkatkan kemampuan
mahasiswa setelah memperoleh pengetahuan secara teoritik perlu di tingkatkan
dengan kegiatan dilaboratorium. Kegiatan latihan ini untuk pembetulan konsonan
S dengan simulasi sesame mahasiswa dengan berbagai teknik perbaikan guan
memperoleh keterampilan nyata yang sesungguhnya. Pada simulasi ini dikaji mulai
dari mengetahui jenis kesulitan ynag dialami siswa pada konsonan S, termasuk
sarana yang akan digunakan. Kegiatan simulasi jika dipandang cukup maka kegiatan
dilanjutkan dengan pemberian penanganan pada siswa tuanarungu secara langsung
di lapangan (SLB-B) dan dilakukan perekaman.
2)
Implementasi Tindakan
Rencana yang telah disusun dicobakan
sesuai dengan langkah yang telah dibuat yaitu proses perbaikan konsonan S pada
anak Tunarungu.
3)
Observasi dan Implementasi
Observasi ini dilakaukan untuk melihat
pelaksanaan apakah semua rencana yang telah dibuat dengan baik tidak ada
penyimpangan penyimpangan yang dapat memberikan hasil yang kurang maksimal
dalam perbaikan konsonan S pada anak tunarungu. Observasi dilakukan oleh teman
sejawat dalam satu tim dan juga dilakukan perekaman lewat video record.
4)
Analisis dan Refleksi
Hasil kegiatan pembentukan konsonan S
yang telah direkam, diputar kembali untuk dianalisis untuk mengetahui kegagalan
atau kesalahan yang dialami oleh praktikan dan kemudian didiskusikan dengan
dosen dan sesama mahasiswa untuk mencari penyelesaiannya yang efektif pada
kegiatan pembentukan bicara berikutnya pada tahap berikutnya.
- Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui observasi
baik secra manual maupun melalui perekaman video, khususnya untuk data langsung
prosedur/proses. Data ini digunakan untuk melihat proses/prosedur pelaksanaan
perbaikan konsonan S dan akan digunakan sebagai dasar penilaian pada segi
perencanaan kegiatan. Disamping itu data dikumpulkan melalui tes untuk mengukur
kemampuan siswa dalam mengucapkan konsonan S. Data ini diperlukan untuk
menentukan keberhasilan perencanaan perbaikan konsonan S yang telah dibuat.
- Indikator kinerja
Sebagai
tolak ukur keberhasilan bagi mahasiswa yaitu anak tunarungu dapat mengucapkan
konsonan S. Indikator ini merupakan tempat dari rencana yang telah dibuat dan
imlikasinya dalam rangka memperbaiki konsonan S pada anak Tunarungu.
- Personalia Penelitian
1. Ketua peneliti :
a. Nama Lengkap dan Gelar :
b. Golongan / pangkat / NIP :
c Jabatan Fungsional :
d. Bidang Keahlian :
e. Waktu untuk penelitian ini : 15 Jam/minggu
h. Tugas :
§ Bertanggung jawab atas kelancaran
pelaksanaan kegiatan
§ Menyusun perencanaan PBM berbasis multi
media
§ Terlibat dalam semua jenis kegiatan
§ Menyusun Laporan
2. Anggota Peneliti 1 (teman sejawat)
a. Nama lengkap dan gelar :
b. Golongan/pangkat/NIP :
c. Jabatan Fungsional :
d. Fakultas/jurusan :
e. Perguruan Tinggi :
f. Bidang keahlian :
g. Waktu untuk penelitian ini :
h. Tugas :
§ Menganalisis konsep yang ada di GBPP
§ Menyusun perencanaan PBM berbasis multi
media
§
Menyusun instrument
g.
Jadwal pelaksanaan
No
|
Jenis
Kegiatan
|
Bulan
Ke
|
1
|
Penyusunan
Proposal
|
|
2
|
Analisis
Pokok Bahasan dan Media
|
|
3
|
Pendesainan
media pembelajaran yang digunakan
|
|
4
|
Pelaksanaan PBM dengan audio visual
|
|
5
|
Evaluasi
Hasil Belajar Siswa
|
|
6
|
Evaluasi
Proses Pembelajaran
|
|
7
|
Analisis
hasil evaluasi
|
|
8
|
Seminar
hasil penelitian
|
|
9
|
Penyusunan
Laporan
|
|
h. Biaya yang diusulkan
Rekapitulasi
biaya
No
|
Uraian
|
Jumlah Biaya (Rp)
|
1
|
Honor Pelaksana
|
Rp.
|
2
|
Bahan habis
pakai
|
Rp.
|
3
|
Peralatan
|
Rp
|
4
|
Perjanjian
|
Rp
|
5
|
Lain – lain
|
Rp
|
|
Jumlah Biaya
|
Rp
|
Rincian Biaya yang diusulkan
1. Honor Pelaksana
Pelaksana
|
jumlah
|
Jml jam/mig
|
Jml mig/bl
|
Honor/jam
|
Jumlah
|
Ketua
|
1
|
15
|
32
|
Rp.
|
Rp.
|
Anggota
|
1
|
10
|
32
|
Rp.
|
Rp.
|
|
|
|
|
Jumlah
|
Rp.
|
2. Bahan habis pakai
Bahan
|
Jumlah
|
Biaya
|
Jimlah
Biaya
|
Disket
|
1
boks
|
Rp.
|
Rp.
|
ATK
|
2
set
|
Rp.
|
Rp.
|
Kertas
HVS
|
5
rim
|
Rp.
|
Rp.
|
Tinta
Printer
|
2
buah
|
Rp.
|
Rp.
|
Transfer
ke CD
|
10
buah
|
Rp.
|
Rp.
|
Pita
Video
|
10
buah
|
Rp.
|
Rp.
|
CD
|
20
buah
|
Rp.
|
Rp.
|
Akses
Internet
|
|
|
Rp.
|
|
|
Jumlah
|
Rp.
|
3. Peralatan
Jenis
Peralatan
|
Spesifikasi
|
Jumlah
|
Komputer
dan Printer
|
Sewa
|
Rp.
|
Proyektor
LCD
|
Sewa
|
Rp
|
Handycam
|
Sewa
|
Rp
|
VCD
|
Sewa
|
Rp
|
|
Jumlah
|
Rp.
|
4. Perjalanan
Perjalanan
|
Volume
|
Biaya
|
Jumlah
|
Lokal,
Ketua
|
1
x 32
|
Rp.
|
Rp
|
Lokal
Anggota
|
1
x 32
|
Rp.
|
Rp.
|
|
|
Jumlah
|
Rp.
|
5. Lain –lain
Uraian
|
Jumlah
|
Foto
copy
|
Rp.
|
|
|
Jumlah
|
Rp
|
DAFTAR PUSTAKA
Boothroyd,A. (1982). Hearing
Impairments inYong Children. Practice Hall Inc.
Engelewoods
Cliffs.N.Y.
Fram, M. (1985). Auditory Training.
Glendongnald School For Deaf Children.
Victoria. Australia
Hagen, A.
Van. Vermeulen R. dan Jong, M.de. Zikelbach E. (1990). Latihan mendengar. Jakarta
Vembrianto.
(1981). Pengajaran Modul. Paramita.
Yogyakarta.
Vride
Varecmb. (1987). Perbaikan Bicara.
BNIKS. Jakarta
Zamroni. (1988). Pengantar Pengembangan Teori Sosial. Jakarta
Kurikulum Vitae
1. Nama :.
2. NIP :
3.
Pangkat/Golonagan :
4. Jabatan
Fungsional :
5. Instansi :
6. Pengalaman Penelitian :
7. Bidang
Keahlian :
OPTIMALISASI PEMBELAJARAN GEOGRAFI MELALUI METODE CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING (CTL) DI KELAS XI ILMU SOSIAL SMA
NEGERI 1 GRESIK
Disusun oleh:
Dra. Nur cholilah
Dra. Artini inderawati
PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI 1 GRESIK
TAHUN 200X
HALAMAN PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa Penelitian Tindakan
Kelas(PTK) yang berjudul :
OPTIMALISASI PEMBELAJARAN
GEOGRAFI MELALUI METODECONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)DI KELAS XI ILMU SOSIAL SMA 1 NEGERI GRESIK
Disusun oleh :
Dra. NUR CHOLILAH
Dra. ARTINI INDERAWATI
Disetujui
Pelaksanaanya sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Gresik, 20 Juli 200X
Kepala Sekolah Koordinator
Drs. S U Y A T N O
KATA PENGANTAR
Puji syukur
hanya kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayahNya penyusunan proposal
penelitian ini dapat terselesaikan dengan tuntas dan tepat waktu.
Proposal
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini disusun dalam rangka pelaksanaan program
BOMM (Bantuan Operasional Manajemen Mutu) pada SMA Negeri 1 Kedamean Gresik.
Penulisan
proposal ini selesai berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu ucapan terima
kasih tersampaikan kepada :
1. Bapak ....................................
Yang telah
memberikan materi dan pembekalan tentang Penelitian Tindakan Kelas.
2. Bapak ...............................
dan .............................................
Selaku
instruktur yang telah membimbing dan mengarahkan selama penyusunan proposal.
3. Bapak .............................
Selaku kepala SMA Negeri 1 Gresik yang telah memberikan dana penelitian
melalui BOMM dan memberikan bimbingan dalam penyusunan proposal ini.
4. Semua guru dan rekan sejawat di SMA Negeri 1
Gresik yangt urut berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.
Semoga
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak diberkati Allah SWT. Tersadari bahwa
Proposal Penelitian Tindakan Kelas ini masih jauh dari sempurna karena itu
saran dan kritik dari semua pihak tetap terbuka guna penyempunaan dan perbaikan
tindak lanjut. Semoga pelaksanaan dan hasil penelitian ini nantinya dapat
memberikan manfaat dan peningkatan dalam proses pembelajaran di kelas.
Gresik, 20 Juli 200X
Penulis.
DAFTAR ISI
Halaman Judul
...............................................................................................................
i
Halaman
Pengesahan
...................................................................................................
ii
Kata Pengantar
...........................................................................................................
iii
Daftar isi
....................................................................................................................
iv
A.
PENDAHULUAN ......................................................................................
1
1. Latar
Belakang
.................................................................................
1
2. Rumusan
masalah..............................................................................
2
3. Tujuan
Penelitian
............................................................................. 2
4. Manfaat
Hasil Penelitian
.................................................................. 2
B. KAJIAN
PUSTAKA DAN RENCANA TINDAKAN ………………...... 4
1. Kajian
Pustaka …………………………………………………..... 4
1.1
Pengertian Optimalisasi Pembelajaran ..........................................
5
1.2
Pengertian Metode CTL
............................................................... 6
1.3 Komponen
atau Aspek Pembelajaran Kontekstual ....................... 9
2. Rencana
Tindakan
......................................................................... 12
C. METODE
PENELITIAN.........................................................................
14
1. Setting
Penelitian
.......................................................................... 14
2.
Persiapan Penelitian
...................................................................... 15
3. Siklus
Penelitian ...........................................................................
16
4.
Pembuatan Instrumen
................................................................... 19
5.
Analisis dan Refleksi
.................................................................... 19
D. JADUAL
PENELITIAN
......................................................................... 19
E. RENCANA
ANGGARAN BIAYA.......................................................... 20
F. DAFTAR
PUSTAKA................................................................................
21
G. BIODATA
PENELITI..............................................................................
22
OPTIMALISASI PEMBELAJARAN
GEOGRAFI MELALUI METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DI KELAS
XI ILMU SOSIAL SMA NEGERI 1 KEDAMEAN GRESIK.
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Proses
pembelajaran Geografi dapat dilakukan dengan berbagai metode. Namun kenyataan
dilapangan seringkali hasil proses pembelajaran tidak sesuai dengan harapan.
Proses pembelajaran masih banyak menghadapi kendala, diantaranya pelaksanaan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada mata pelajaran geografi masih dijumpai
proses pembelajaran yang belum optimal. Banyak siswa yang mengeluh terhadap
materi geografi, sebagian siswa menganggap materi sulit, sebagian menganggap
geografi bukan pembelajaran yang menyenangkan dan sebagian siswa merasa
kesulitan dalam penerapan materinya.
Dengan
adanya kondisi di lapangan yang terdapat kendala pada proses pembelajaran
geografi, penulis ingin merubah paradigma siswa dengan mengoptimalkan pembelajaran
geografi melalui metode Contextual Teaching And Learning (CTL) sehingga
siswa mampu memahami sepenuhnya pembelajaran geografi. Siswa dapat lebih aktif
dalam proses pembelajaran dan paradigma siswa berubah, geografi menjadi mata
pelajaran yang menyenangkan.
Era
globalisasi saat ini semakin beragam metode pembelajaran atau model-model
pembelajaran dan media pembelajaran yang sesuai dengan konteks pembelajaran.
Dalam memperbaiki proses pembelajaran diantaranya dapat digunakan metode CTL.
Guru dalam pendekatan kontekstual dituntut dapat mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Meski dengan keterbatasan fasilitas
di lingkungan SMA Negeri 1 Gresik namun guru tetap dituntut untuk dapat
mengoptimalkan proses pembelajaran.
Metode CTL
memungkinkan pembelajaran yang tenang dan menyenangkan karena pembelajaran
dapat dilakukan secara alamiah, sehingga siswa dapat mempraktekkan secara
langsung yang dipelajarinya.
Pembelajaran
kontekstual mendorong siswa memahami hakekat, makna dan manfaat belajar
sehingga memungkinkan siswa rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar,
bahkan kecanduan belajar. Kondisi tersebut terwujud, ketika siswa menyadari
tentang apa yang mereka perlukan dalam hidup dan bagaimana cara menggapainya.
Hal ini
senada dengan Mulyasa (2003: 188) siswa memiliki rasa ingin tahu dan memiliki
potensi untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Oleh karena itu tugas guru yang
paling utama adalah mengkondisikan lingkungan belajar yang menyenangkan agar
dapat membangkitkan rasa ingin tahu semua siswa sehingga tumbuh minat atau
siswa termotivasi untuk belajar.
Dengan
menggunakan metode CTL di SMA Negeri 1 Gresik diharapkan dapat merubah proses
pembelajaran geografi menjadi lebih optimal. Siswa menjadi termotivasi untuk
melakukan kegiatan pembelajaran sehingga hasil pembelajaran menjadi lebih baik.
2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka masalah yang diangkat dalam Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) dapat dirumuskan sebagai berikut :
Bagaimana
mengoptimalkan pembelajaran geografi melalui metode CTL?
3.
Tujuan Penelitian
Memperhatikan
rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian tindakan kelas ini secara khusus
adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam mempelajari geografi dengan
pengoptimalan metode CTL atau dengan optimalisasi pembelajaran geografi melalui
metode CTL diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa..
Penelitian
tindakan kelas secara umum juga bertujuan untuk; (1) memperbaiki dan
meningkatkan kondisi serta kualitas pembelajaran di kelas; (2) meningkatkan
layanan profesional dalam konteks pembelajaran di kelas; (3) memberikan
kesempatan guru untuk melakukan tindakan dalam pembelajaran yang direncanakan
di kelas; dan (4) memberikan kesempatan guru untuk melakukan pengkajian
terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
4.
Manfaat Hasil Penelitian
a. Bagi siswa, dapat meningkatkan minat dalam
mempelajari geografi, sehingga geografi menjadi mata pelajaran yang manarik dan
akhirnya ilmu geografi akan semakin berkembang.
b. Bagi peneliti, dapat dijadikan sebagai
pengalaman penelitian tindakan kelas dan menambah poit dalam kenaikan pangkat
serta untuk meningkatkan profesionalisme guru melalui upaya penelitian yang
dilakukannya.
c. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai sarana
untuk mengevaluasi terhadap pembelajaran yang sudah berlangsung. Juga merupakan
upaya pengembangan kurikulum di tingkat kelas, serta untuk mengembangkan dan
melakukan inovasi pembelajaran.
d. Bagi sekolah, dapat digunakan sebagai
pertimbangan dalam memotivasi guru untuk melaksanakan proses pembelajaran yang
efektif dan efesien dengan menerapkan CTL.
B.
KAJIAN PUSTAKA DAN RENCANA TINDAKAN
1.
Kajian Pustaka
Optimalisasi
kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor
metode atau teknik mengajar guru. Guru dapat menggunakan metode pembelajaran
yang bervariasi sehingga siswa tidak jenuh dalam kegiatan pembelajaran. Guru
dapat mengaitkan materi yang terdapat dalam kurikulum dengan kondisi lingkungan
atau sesuai dengan dunia nyata sehingga siswa merasa pembelajaran menjadi lebih
bermakna atau memiliki manfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam
kegiatan pembelajaran yang menyenangkan guru harus dapat melibatkan siswa dalam
proses pembelajaran atau pembelajaran yang partisipatif.
Peserta
didik dibantu oleh pendidik dalam melibatkan diri untuk mengembangkan atau
memodifikasi kegiatan pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana (2005 : 69) dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran, peserta didik dibantu oleh pendidik melibatkan diri dalam proses
pembelajaran. Proses ini mencakup kegiatan untuk menyiapkan fasilitas atau alat
bantu pembelajaran, menerima informasi tentang materi / bahan belajar dan
prosedur pembelajaran, membahas materi/ bahan belajar dan melakukan saling
tukar pengalaman dan pendapat dalam membahas materi atau memecahkan masalah.
1.1
Pengertian Optimalisasi Pembelajaran
Menurut
Tim Penyusun kamus bahasa (1994:705) Optimalisasi merupakan proses, cara atau
perbuatan mengoptimalkan. Mengoptimalkan
berarti menjadikan paling baik, paling tinggi atau paling menguntungkan. Sedangkan
Pembelajaran menurut Sudjana (2005:8) adalah setiap upaya yang sistematik dan
disengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi-kondisi agar peserta didik
melakukan kegiatan belajar. Dalam kegiatan ini terjadi interaksi edukatif
antara pesera didik atau siswa dengan pendidik atau guru.
Jadi
kegiatan pembelajaran ditandai adanya upaya disengaja, terencana dan sistematik
yang dilakukan oleh pendidik untuk membantu peserta didik dalam melakukan kegiatan
belajar.
Dengan
demikian optimalisasi proses pembelajaran yaitu proses atau cara mengoptimalkan
kegiatan siswa untuk belajar sedangkan guru berperan untuk membantu siswa dalam
melakukan kegiatan belajar atau membelajarkan siswa. Upaya guru dalam mengoptimalkan
pembelajaran dapat beragam penerapannya, antara lain berupa bantuan dorongan /
motivasi dan bimbingan belajar. Penerapannya tergantung pada situasi kegiatan belajar
yang akan atau sedang dilakukan. Namun arah yang ditempuh guru adalah agar siswa
aktif melakukan kegiatan belajar dan bukan sebaliknya guru yang lebih
mengutamakan kegiatan untuk mengajar. Jadi interaksi pembelajaran yang aktif
antara siswa dan guru adalah faktor penting dalamkegiatan pembelajaran.
1.2 Pengertian Metode Contextual Teaching And
Learning (CTL)
Metode merupakan cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan. Metode mengandung unsur
prosedur yang disusun secara teratur dan logis serta dituangkan dalam suatu
rencana kegiatan untuk mencapai tujuan. Menurut Knowles (1977:133) dalam
Sudjana (2005:14) Metode adalah pengorganisasian peserta didik di dalam upaya
mencapai tujuan. Metode berkaitan
dengan teknik yaitu langkah-langkah yang ditempuh dalam metode untuk mengelola
kegiatan pembelajaran.
Hal ini
sesuai dengan Abdul Madjid (2006 : 136 -137) metode dalam pendidikan merupakan
cara yang ditempuh atau dipergunakan dalam upaya memberikan pemahaman pada
siswa. Metode yang dipergunakan oleh guru dalam proses pembelajaran dapat
beragam, yang perlu diperhatikan adalah akomodasi menyeluruh terhadap
prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar yaitu; (1) berpusat pada siswa atau student
oriented; (2) belajar dengan melakukan atau learning by doing; (3)
mengembangkan kemampuan sosial atau learning to live together;
(4)mengembangkan keingintahuan dan imajinasi; (5) mengembangkan kreativitas dan
ketrampilan memecahkan masalah.
Pembelajaran
Kontekstual atau dikenal dengan istilah Contextual Teaching And Learning
(CTL) menurut Mulyasa (2006 : 102) merupakan konsep pembelajaran yang
menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan
siswa secara nyata, sehingga siswa mampu menghubungkan dan menerapkan
kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Siswa akan merasakan pentingnya
belajar dan akan memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang
dipelajarinya.
Hal ini
sesuai dengan pendapat Sanjaya (2006 : 109) CTL adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk
dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan.
Dari
pengertian tersebut terdapat tiga konsep dasar CTL yaitu : (1) CTL menekankan
pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi artinya proses belajar
diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung; (2) CTL mendorong agar
siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi
kehidupan nyata artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata sehingga materi akan
bermakna dan tertanam erat dalam memori siswa sehingga tidak medah terlupakan;
(3) CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan artinya CTL
bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajari akan tetapi
bagaimana materi itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi
pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia
nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari,
sementara siswa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan sedikit demi sedikit dan
dari proses mengkonstruksi sendiri sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam
kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
Dalam
pembelajaran kontekstual tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar pada
siswa dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber pembelajaran yang memadai.
Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran berupa hafalan tetapi
mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran. Lingkungan belajar yang kondusif
sangat penting dan menunjang pembelajaran kontekstual. Hal ini senada dengan
Mulyasa (2006:103) mengemukakan : pentingnya lingkungan belajar dalam
pembelajaran kontekstual; (1) belajar efektif itu dimulai dari lingkungan
belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton
ke siswa aktif bekerja dan berkarya, guru mengarahkan; (2) pembelajaran harus
berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka.
Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya; (3) umpan balik amat
penting bagi siswa; (4) menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja
kelompok itu penting.
Sementara
itu menurut Nurhadi (2004: 148-149) kunci dalam pembelajaran kontekstual
adalah; (1) real word learning; (2) mengutamakan pengalaman nyata; (3)
berpikir tingkat tinggi; (4) berpusat pada siswa; (5) siswa aktif, kritis dan
kreatif; (6) pengetahuan bermakna dalam kehidupan; (7) pendidikan atau education
bukan pengajaran atau instruction; (8) memecahkan masalah; (9) siswa
akting, guru mengarahkan, bukan guru akting, siswa menonton; (10) hasil belajar
di ukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes.
Dengan
demikian pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual memiliki ciri
harus ada kerja sama, saling menunjang, gembira, belajar dengan bergairah,
pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif,
menyenangkan, tidak membosankan, sharing dengan teman, siswa kritis dan
guru kreatif. Proses kegiatan pembelajaran dapat lebih bermakna jika kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan berangkat dari pengalaman belajar siswa dan guru
yaitu kegiatan siswa dan guru yang dilakukan secara bersama dalam situasi
pengalaman nyata, baik pengalaman dalam kehidupan sehari-hari maupun pengalaman
dalam lingkungan.
1.3
Komponen Utama atau Aspek-aspek Pembelajaran Kontekstual
Komponen
utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas
adalah konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning),
menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan
(modeling), refleksi (reflection) dan penilaian sebenarnya (authentic
assesment). Kelas dapat dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika menerapkan
komponen-komponen tersebut dalam pembelajarannya (Nurhadi, 2004 : 31-51).
Konstruktivisme
adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif
siswa berdasarkan pengalaman. Inkuiri adalah proses pembelajaran didasarkan
pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Bertanya
adalah menggali kemampuan, membangkitkan motivasi dan merangsang keingintahuan
siswa. Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai
contoh yang dapat di tiru oleh siswa. Refleksi adalah proses mengendapkan
pengalaman yang telah dipelajari dengan cara mengurutkan kembali kejadian atau
peristiwa pembelajaran yang telah dilalui. Penilaian nyata adalah proses
mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar siswa yang diarahkan pada
proses belajar bukan hasil belajar. (Sanjaya, 2006 : 118–122).
Dalam
komponen konstruktivisme sebagai filosofi dapat dikembangkan pemikiran bahwa
siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan
sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya. Dengan
demikian siswa belajar sedikit demi sedikit dari konteks terbatas, siswa
mengkonstruksi sendiri pemahamannya. Pemahaman yang mendalam diperoleh melalui
pengalaman belajar yang bermakna.
Komponen
inkuiri sebagai strategi belajar dapat dilaksanakan untuk mencapai kompetensi
yang diinginkan. Siklus yang terdiri dari mengamati, bertanya, menganalisis dan
merumuskan teori baik perorangan maupun kelompok. Diawali dengan pengamatan,
lalu berkembang untuk memahami konsep/fenomena. Dalam hal ini mengembangkan dan
menggunakan ketrampilan berpikir kritis.
Komponen
bertanya sebagai keahlian dasar yang dikembangkan, bertanya sebagai alat
belajar mengembangkan sifat ingin tahu siswa. Mendorong siswa untuk mengetahui
sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi, digunakan untuk menilai
kemampuan siswa berpikir kritis dan melatih siswa untuk berpikir kritis.
Komponen
masyarakat belajar sebagai penciptaan lingkungan belajar yaitu menciptakan
masyarakat belajar atau belajar dalam kelompok-kelompok.
Dalam hal
ini berbicara dan berbagi pengalaman dengan orang lain. Bekerja sama dengan
orang lain untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik dibandingkan dengan
belajar sendiri.
Komponen
pemodelan, model sebagai acuan pencapaian kompetensi yaitu menunjukkan model
sebagai contoh pembelajaran (benda-benda, guru, siswa lain, karya inovasi dll).
Membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana menginginkan
siswa untuk belajar, dan melakukan apa yang diinginkan agar siswa melakukannya.
Komponen
refleksi sebagai langkah akhir dari belajar yaitu melakukan refleksi di akhir
pertemuan agar siswa merasa bahwa hari ini mereka belajar sesuatu. Dalam hal
ini refleksi berarti cara-cara berpikir tentang apa yang telah dipelajari.
Menelaah dan merespon terhadap kejadian, aktivitas dan pengalaman.
Mencatat
apa yang telah dipelajari dan merasakan ide-ide baru. Komponen penilaian
sebenarnya adalah melakukan penilaian yang sebenarnya dari berbagai sumber dan
dengan berbagai cara. Dalam hal ini mengukur pengetahuan dan ketrampilan siswa.
Mempersyaratkan penerapan pengetahuan atau pengalaman. Tugas-tugas yang
kontekstual dan relevan. Proses dan produk kedua-duanya dapat diukur.
Jadi dalam
pembelajaran kontekstual berarti melaksanakan komponen komponen atau
aspek-aspek pembelajaran kontekstual, dalam hal ini guru memegang peranan
penting dalam menciptakan pembelajaran yang menggairahkan atau menyenangkan
sehingga guru harus kreatif memilih metode pembelajaran yang efektif dalam
menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif. Dari segi proses guru dikatakan
berhasil apabila mampu melibatkan sebagian besar siswa secara aktif, baik
fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran. Sedangkan dari segi
hasil guru dikatakan berhasil apabila pembelajaran yang diberikan mampu
mengubah perilaku sebagian besar siswa ke arah penguasaan kompetensi dasar yang
lebih baik.
2.
Rencana Tindakan
Rencana
tindakan yang dapat digunakan untuk mengatasi pembelajaran geografi agar dapat
menarik, siswa menjadi termotivasi, minat belajar siswa tinggi adalah dengan
metode pembelajaran kontekstual atau CTL. Dengan optimalisasi pembelajaran
geografi melalui metode CTL merupakan alternatif proses pembelajaran agar lebih
menyenangkan dan bermakna. Sebagai pedoman langkah dalam memberikan tindakan
kelas maka kegiatan dalam proses pembelajaran kontekstual dapat diurutkan
sebagai berikut:
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang
dilaksanakan atau guru menjelaskan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa
serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang
akan dipelajari.
b. Guru menjelaskan prosedur pembelajaran
CTL.
c. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok
sesuai jumlah siswa.
d. Guru melakukan pre test untuk mengukur
kemampuan dasar siswa.
e. Guru membagi tugas siswa untuk melakukan
pengamatan atau observasi. Guru dapat memberi lembar pengamatan dan menunjukkan
materi yang harus dipersiapkan siswa dalam presentasi
f. Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas
yang harus dikerjakan siswa.
g. Siswa melakukan pengamatan sesuai dengan
pembagian tugas kelompok dan mencatat hal-hal yang mereka temukan.
h. Siswa melakukan diskusi kelompok dari
hasil temuan mereka sesuai materi yang di tugaskan guru.
i.
Siswa
menyerahkan hasil diskusi kelompok ke guru sebelum presentasi di depan kelas.
j.
Siswa
melakukan forum diskusi kelas atau mendiskusikan hasil temuan mereka dengan
adanya kelompok yang presentasi secara bergantian di depan kelas.
k. Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan
yang diajukan oleh kelompok yang lain.
l.
Selama
presentasi dan diskusi kelas, guru mengevaluasi dan mencatat point-point yang
perlu dipertegas.
m. Guru melakukan pemantapan dengan
memberikan tambahan point-point yang perlu dipertegas.
n. Dengan bantuan guru, siswa menyimpulkan
hasil observasi atau pengamatan.
o. Guru bersama-sama siswa mengadakan
refleksi terhadap proses dan hasil belajar.
p. Guru memberikan post test untuk mengukur
pemahaman hasil belajar.
q. Dari proses tersebut guru dapat mengetahui
apakah proses pembelajaran geografi sudah optimal.
Rencana
tindakan itu tidak hanya diberikan dalam satu kali tatap muka tetapi dapat
dilaksanakan lebih dari satu pertemuan dalam tiap siklus. Setelah siswa
melakukan kunjungan studi ke luar atau observasi lapangan sampai siswa
mengerjakan tugas dan menghasilkan sebuah karya serta mempresentasikannya.
C.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif sedangkan jenis penelitian termasuk Penelitian
Tindakan Kelas (PTK).
1.
Setting Penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Gresik. Alamat sekolah di Jalan
Raya Slempit Gresik. Lokasi sekolah tepatnya di desa Slempit, Kecamatan
Kedamean dan Kabupaten Gresik.
SMA Negeri
1 Gresik ini terletak diperbatasan selatan kabupaten Gresik, perbatasan Krian
dan perbatasan Mojokerto Penelitian ini dilaksanakan berkolaborasi dengan dua
orang guru mata pelajaran geografi. Subyek penelitian yang di ambil adalah
kelas XI IS 1. Waktu pelaksanaan semester 1 tahun pelajaran 2006 / 2007.
Kelas XI
IS 1 berjumlah 38 siswa, laki-laki 18 dan perempuan 20 siswa.
Dengan
karakteristik siswa yang lebih menyukai proses pembelajaran dengan metode
bervariasi, tidak hanya di dalam ruangan kelas saja. Siswa cepat merasa jenuh
jika harus terus memperhatikan ceramah guru, siswa lebih senang proses pembelajaran
yang memberi kesempatan siswa untuk eksistensi diri melihat tampilan
teman-temannya. Namun siswa yang aktif dalam diskusi hanya siswa tertentu saja,
sebagian besar masih kurang aktif dan kurang kreatif dalam belajar.
Latar
belakang sosial-ekonomi siswa mayoritas anak petani dengan tingkat
kesejahteraan menengah ke bawah. Buku-buku pembelajaran yang dimiliki sendiri
masih terbatas, namun rata-rata mereka memanfaatkan sarana perpustakaan sekolah
yang cukup memadai. Kemampuan akademik siswa masih terbatas karena motivasi
belajar siswa yang rendah. Situasi kelas saat pembelajaran masih belum optimal,
siswa masih belum seluruhnya mempunyai keaktifan dalam belajar.
2.
Persiapan Penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini menggunakan metode pembelajaran kontekstual dengan persiapan
:
a. Pembuatan lembar instrumen penelitian
b. Mempersiapkan materi pembelajaran untuk
tugas observasi dan diskusi.
c. Mempersiapkan model pembelajaran dan media
pembelajaran atau membuat Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) agar
menarik dan mudah dipahami siswa.
d. Mempersiapkan dan menentukan lokasi
pembelajaran sesuai dengan materi pembelajaran.
e. Persiapan pre test, post tes dan pembuatan
perangkat penilaian.
f. Lembar penilaian proses untuk memantau
keaktifan, kemandirian, kompetensi, kelancaran dan ketepatan.
g. Membuat lembar observasi untuk memantau
kegiatan proses pembelajaran dan untuk mengetahui optimalisasi pembelajaran
kontekstual.
3.
Siklus Penelitian
Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan tiga siklus. Menurut model classroom
action research Kemmis dan Tanggart, maka tahap awal atau siklus 1 yang kita lakukan adalah :
a.
Perencanaan.
- Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau skenario Pembelajaran dengan metode CTL agar pembelajaran menarik.
- Mempersiapkan media pembelajaran sebagai model dalam pembelajaran dan lokasi pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran.
- Membuat lembar observasi atau instrumen penelitian untuk memantau proses pembelajaran berbasis CTL.
- Membuat alat evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran atau penilaian proses pembelajaran.
b.
Pelaksanaan dan Pengamatan (Action dan Observasi)
1.
Pendahuluan
1.1 Guru menjelaskan kompetensi yang harus
dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi
pembelajaran.
1.2 Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL
§ Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok
sesuai dengan jumlah siswa. Tiap kelompok 5 -6 siswa.
§ Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan
observasi atau pengamatan sesuai dengan materi yang diterima dan guru juga dapat
memberi lembar pengamatan.
§ Melalui observasi siswa ditugaskan untuk
mencatat berbagai hal yang ditemukan.
1.3 Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh
setiap siswa
2. Inti
2.1 Di Lapangan
§ Siswa melakukan observasi atau pengamatan
sesuai dengan pembagian tugas kelompok.
§ Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan
di lapangan sesuai dengan alat observasi yang telah merekan tentukan sebelumnya.
2.2 Di dalam Kelas
§ Siswa mendiskusikan hasil temuan sesuai
dengan kelompoknya masing-masing dan mengmpulkan hasil diskusi.
§ Siswa melakukan diskusi kelas dari hasil
temuan di lapangan sesuai dengan materi yang ditugaskan guru. Adanya presentasi
secara bergantian di depan kelas tiap kelompok.
§ Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan
yang diajukan oleh kelompok yang lain.
3. Penutup
3.1 Guru dengan siswa mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar
hari itu atau dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sesuai
dengan indikator hasil belajar
3.2 Guru memberi kesempatan siswa untuk mengungkapkan pengalaman belajar
mereka.
c.
Refleksi
Guru
memberikan penilaian kelompok-kelompok siswa yang melakukan diskusi dan
presentasi. Selain itu guru menyimpulkan hasil analisa yang diamati pada siklus
pertama.
Dalam
siklus pertama ini apabila masih kurang maksimal maka akan dilanjutkan dengan
pelaksanaan siklus 2 dengan tetap menggunakan metode CTL. Pelaksanaan siklus 2 tetap melalui tiga tahap
yaitu perencanaan, action/observasi dan refleksi. Jika hasil masih belum
maksimal maka dilaksanakan siklus 3 juga melalui tahap perencanaan,
action/observasi dan refleksi. Pada Penelitian ini kami membatasi 3 siklus
saja.
4.
Pembuatan Instrumen
Pengamatan
yang dilakukan secara kolaboratif yang melibatkan guru mata pelajaran yang
sejenis sebagai pengamat di kelas ini menggunakan instrumen penelitian sebagai
berikut :
a. Lembar pertanyaan atau wawancara
b. Lembar Observasi dan Lembar Cek list
c. Lembar evaluasi atau penilaian
5.
Analisis dan refleksi
Analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah memanfaatkan analisa deskriptif dari
proses dan hasil belajar. Analisis juga dilakukan dari hasil observasi dan
wawancara. Analisis berdasarkan siklus yang secara bertahap. Analisis 1 dalam
siklus 1 yang hasilnya direfleksikan ke siklus 2 begitu juga ke siklus 3.
Sedangkan refleksi yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang dilakukan.
Penelitian
dengan metode pembelajaran kontekstual ini, peneliti berharap siswa akan
menjadi lebih termotivasi dalam proses pembelajaran. Tindak lanjut dalam
penelitian ini siswa dapat menjadi lebih aktif dan pembelajaran kontekstual
akan dilakukan secara kontinyu oleh guru.
D. JADUAL
PENELITIAN
E. RENCANA
ANGGARAN BIAYA
Kegiatan penelitian
ini membutuhkan dana sebanyak Rp. 1.500.000,- (Satu Juta Lima Ratus Ribu
Rupiah) dengan rincian sebagai berikut :
F.
DAFTAR PUSTAKA/ RUJUKAN
Madjid,
Abdul. (2006). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Mulyasa.
(2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi.
Bandung : Remaja Rosda karya.
_______.
(2006). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Nurhadi.
Yasin, Burhan.Gerrad, Agus. (2004). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya
dalam KBK. Malang : Universitas Negeri Malang.
Sanjaya,
Wina. (2006). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Jakarta : Kencana Prenada
Media Group.
Siberman, Mel. (1996). Active Learning. United
States of America : Allyn and Bacon.
Sudjana.
(2005). Metoda dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung : Falah
Production.
_______.
(2005). Strategi Pembelajaran. Bandung : Falah Production.
Tim
Pelatih Penelitian Tindakan. (2006). Teknis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research) Sekolah Menengah Atas. Surabaya :
Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Sub Din Dikmenum Perluasan dan Peningkatan Mutu SMA.
_______. (2006). Pendekatan Kontekstual
(Contextual Teaching and Learning). Surabaya : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sub Din Dikmenum Perluasan dan
Peningkatan Mutu SMA.
Wiriatmadja,
Rochiati. (2006). Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk meningkatkan
kinerja guru dan dosen. Bandung : Remaja Rosda karya.
G.
BIODATA PENELITI
1. Nama :
NIP : Tempat/Tgl. Lahir :
Tingkat Pendidikan :
Unit Kerja :
Alamat Unit Kerja :
Alamat Rumah :
Telp. Rumah :
2. Nama :
NIP :
Tempat/Tgl. Lahir :
Tingkat Pendidikan :
Unit Kerja :
Alamat Unit Kerja :
Alamat Rumah :
Telp.
Rumah :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar